Istri Kecil Tuan Ju

Kebohongan Lagi.



Kebohongan Lagi.

2Mata Nyonya Sarah mulai memerah, ia tahu kalau Julian sedang memiliki masalah karena ia tidak pernah melihat Julian berpenampilan buruk seperti ini.     

Nyonya Sarah semakin terkejut saat melihat bercak darah di kemeja Julian.     

Julian masih terdiam dengan tatapan kosong. Dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan ibunya walaupun ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya pada ibunya.      

"Kenapa ada bercak darah di bajumu? Apakah kamu sudah bertarung dengan seseorang? Kenapa kamu hanya diam?" Tanya Nyonya Sarah sambil menangis karena ia sudah tidak bisa membendung air matanya.      

Sebagai seorang ibu, nyonya Sarah selalu memastikan agar anak-anaknya dalam keadaan baik. Oleh karena itu, hatinya hancur saat melihat keadaan anaknya yang tampak buruk.     

"Mama jangan menangis! Aku tidak apa-apa! Aku kesini untuk bertemu dengan Ayah. Apakah dia ada di rumah?" Kata Julian sambil menyeka air mata di pipi Nyonya Sarah.     

"Papa mu belum pulang dari kemarin. Menurut sekretaris nya dia sedang melakukan perjalanan bisnis. " Jawab Nyonya Sarah dengan suara yang lemah.      

Julian menarik nafas berat karena dia tahu kalau Papa nya lagi-lagi membohongi Mamanya. Ia pun mengepalkan tangannya karena sudah tidak tahan dengan kelakuan Tuan Jhosep.      

"Baiklah kalau begitu, aku akan pulang sekarang." Kata Julian.     

"Kenapa kamu harus pulang cepat? Setidaknya kamu bersihkan dirimu dulu disini. Atau makan bersama Mama!" Kata Nyonya Sarah dengan penuh harap.     

Nyonya Sarah sudah lama tidak bertemu dengan Julian. Oleh karena itu ia ingin sekali menikmati kebersamaan dengannya walaupun hanya sebentar.      

"Maafkan aku Mama! Aku harus pergi karena ada urusan penting yang harus aku selesaikan. Aku janji akan datang kemari bersama Zio dan aku akan membawa satu orang lagi ke hadapan Mama nantinya. " Kata Julian menyakinkan ibunya agar tidak berusaha menahannya.      

"Kamu tidak berbohong kan? Mama kesepian disini. Jasmin sudah pergi, Nathan pun jarang berkunjung semenjak ia menikah. Jadi, cuma kamu dan Zio yang bisa Mama harapkan untuk datang berkunjung setiap hari. Atau kalian bisa tinggal disini bersama Mama. " Nyonya Sarah kembali menanangis karena dia benar-benar sedih.      

Selama ini, Nyonya Sarah tinggal di rumah yang mewah sendirian. Suaminya jarang pulang dan anak-anaknya sudah memilih kehidupan sendiri. Oleh karena itu ia merasa sudah  kehilangan kebahagiaan dan kehangatan di masa tuanya.      

"Aku janji! Setelah semua urusan ku selesai aku datang." Julian memeluk Ibunya dengan erat. Ia berharap semua segera selesai agar ia bisa memberitahu ibunya kalau dia dan Qiara sudah kembali hidup bersama.     

Setelah itu Nyonya Sarah membiarkan Julian pergi begitu saja walaupun perasaannya masih berat.      

Tepat saat mobil Julian keluar dari gerbang, Nathan menghentikan mobilnya.      

Seketika itu Nathan langsung membuat panggilan ke nomer Ibunya untuk mencaritahu apa yang sudah terjadi.      

"Halo sayang?" Terdengar suara lembut Nyonya Sarah dari seberang telpon setelah panggilan tersambung.      

"Halo Mama. Apakah Papa dan Kakak Julian ada di rumah?"      

"Papa sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus melaksanakan tugasnya sebagai menteri. Kalau Julian, baru saja keluar dari rumah. Memangnya ada apa sayang?" Jawab Nyonya Sarah.     

"Tidak ada apa-apa Mama! Kalau begitu aku tutup sekarang! Aku mencintaimu Mama!" Setelah itu Nathan mengakhiri panggilannya karena dia harus mengikuti kemana Julian pergi.     

Karena Nathan yakin kalau Julian pasti sedang mencari Ayahnya.     

Diwaktu yang sama, Virsen dan Viona sedang duduk menikmati minuman mereka di ruangan Viona.      

"Maxwell benar-benar gila. Dia sudah berani menggunakan pistol nya. Aku tidak akan tinggal diam!" Kata Viona sambil menggoyangkan gelasnya dengan tatapan yang tajam.     

"Kamu seperti tidak mengenal orang gila itu saja. Dia sangat mengerikan oleh karena itu kita harus hati-hati kalau mau balas dendam." Sahut Virsen sambil tersenyum licik.     

"Ahhh ... Aku hampir gila dibuatnya. Belum selesai urusan Julian dan Qiara, sekarang aku harus berurusan sama si gila Maxwell." Teriak Viona sembari melempar gelas minumannya.      

Virsen terkejut namun tidak menunjukkan banyak reaksi karena dia juga tahu kalau Viona terkadang bisa berubah nekat dan mengerikan seperti Maxwell.     

Tepat saat itu, ponsel Virsen berbunyi dan itu dari orang yang di bayar untuk mencari sebuah informasi penting.      

"Siapa?" Tanya Viona dengan curiga.      

"Seseorang yang akan membawaku ketempat dimana orang yang aku cintai berada. Sudah saatnya aku memikirkan hatiku bukan mengurus hal yang melelahkan terus menerus. " Setelah mengatakan itu, Virsen berdiri sambil menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Halo?"     

"Halo bos, kami sudah berhasil mencaritahu keberadaan nian Reina. " Kata orang yang berada di seberang telpon.     

"Dimana dia?" Tanya Virsen dengan tidak sabaran.     

"Dia sedang berlibur di pulau Jeju bersama asistennya. "      

"Kerja bagus! Kalau begitu aku akan mengirim sisa bayaran mu setelah aku bertemu dengan nya. "     

"Baik bos!"     

Setelah itu, Virsen mengakhiri pembicaraan nya sambil tersenyum-senyum.     

Viona mengerutkan keningnya melihat Virsen tampak sangat bahagia.     

"Mau kemana kamu?" Tanya Viona dengan sinis.      

"Aku akan berlibur ke pulau Jeju. Aku muak disini, oleh karena itu aku butuh memenangkan diriku disana. Kalau kamu mau ikut, silahkan!" Jawab Virsen.      

Viona menyeringai kearah Virsen. Dia tidak mungkin liburan disaat genting seperti ini. Apalagi pekerjaannya sebagai direktur Istana Flory mengharuskan dia untuk bekerja dengan serius.      

"Diam kakak aku anggap sebagai tanda tidak mau. Kalau begitu aku pamit sekarang! Sampai ketemu lagi!" Virsen melambaikan tangannya kearah Viona.      

Setelah itu ia segera pergi meninggalkan ruangan Viona dengan gembira.      

Hati Virsen sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan perempuan yang dia cintai. Ia pun langsung memesan tiket menuju Jeju tampa tahu apa yang sudah menunggunya di Jeju.      

Restauran.      

Sementara itu, Qiara sampai di tempat yang sudah ditentukan oleh Maxwell.      

Untuk sesaat Qiara ragu masuk ke dalam restauran mewah itu karena sangat sepi dari pengunjungnya.      

'Kenapa sangat sepi? Bukankah bos Maxwell memintaku untuk datang kesini? Aku tidak salah alamat kok.' Batin Qiara.      

"Qiara ... "     

"Oh astaga ... " Qiara terkejut saat ia mendengar suara itu dari arah belakangnya.      

"Bos?"     

"Ayo masuk dulu lalu bicara!" Kata Maxwell sambil menarik tangan Qiara dengan pelan.     

Qiara pun mengikuti Maxwell dengan patuh.      

Beberapa Saat Kemudian.     

"Kamu mau makan apa? Sebutkan saja agar koki restauran ini langsung membuatnya untukmu." Tanya Maxwell setelah mereka duduk di tempat yang nyaman.     

"Saya kesini bukan untuk makan! Tapi, saya ingin bicara dengan bos." Ucap Qiara dengan ekspresi serius.      

Maxwell menarik nafas dalam. Ia memperbaiki duduknya lalu menatap Qiara dengan penuh arti.     

"Apakah kamu sudah tahu?"     

Qiara mengangguk dengan mata yang mulai berkaca-kaca.      

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Maxwell lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.