Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Samsak



Samsak

1Keringatku bercucuran setelah melampiaskan emosi pada samsak selama hampir setengah jam. Kurasa sekarang aku mengerti kenapa Astro sering melakukan hal ini.     

Napasku memburu, tapi teratur dan bertenaga. Semua emosi yang biasanya hanya akan kubiarkan berputar di pikiranku sekarang terasa lepas dan meninggalkan keyakinan bahwa aku akan menemukan cara untuk menyelesaikan segalanya. Entah bagaimana caranya.     

Aku memang masih memikirkan berbagai hal. Opaku yang sedang beristirahat di rumah sakit, omaku yang terlihat jauh lebih lelah, segala masalahku yang datang silih berganti, tapi segalanya kegelisahanku menguap dan yang terngiang di telingaku adalah pesan ayahku agar aku selalu berhati-hati.     

Aku menghibur diriku sendiri karena aku akan bisa pulang ke rumah Opa beberapa hari lagi. Aku dan Denada melakukan panggilan video call saat dia berada di rumah sakit tadi siang hingga aku bisa berbincang dengan Opa dan Oma. Kurasa itu cukup untuk menghilangkan rasa rinduku pada Opa dan Oma untuk sementara waktu.     

Aku sudah menyelesaikan masalahku dengan akun bernama Dara yang adalah mantan kekasih Putri. Putri membantuku bernegosiasi dengannya dan berkata kami akan menggunakan jalur hukum jika dia tidak memberikan permintaan maaf secara terbuka karena sudah mengacau di kolom komentar akun sosial media kami.     

Aku mengakhiri pergumulanku dengan samsak setelah satu tendangan setinggi kepala orang dewasa. Aku mengatur napas sesaat sebelum duduk di lantai dekat sofa sambil meneguk air.     

Aku harus mengerjakan jadwal yang sudah kubuat bersama Astro sesaat lagi. Hampir satu jam yang lalu, aku meminta dia melanjutkan pekerjaannya seorang diri sedangkan aku berlalu ke atap. Aku berkata padanya aku ingin menenangkan diri.     

Aku mengatur napas sebelum beranjak menuruni tangga. Aku mengecek keberadaan Astro di studio dari pintu yang sengaja dibiarkan terbuka. Dia sedang serius sekali mengerjakan entah apa. Jarak kami tak cukup dekat hingga aku tak dapat melihat apa yang sedang dia kerjakan.     

"Aku mandi dulu ya." ujarku sambil tetap berdiri di depan pintu.     

Astro menoleh padaku, "Emang di luar hujan? Kok badan kamu basah?"     

"Aku abis latihan pakai samsak. Aku mandi dulu ya." ujarku sambil berlalu ke kamar kami dan langsung masuk ke kamar mandi.     

Aku baru saja melepas pakaian dan mengguyur tubuh dengan shower yang mengaliri air hangat saat Astro membuka pintu. Aku bergegas menghampirinya dan mendorongnya keluar saat dia masih terkejut dengan sikapku, lalu menutup dan mengunci pintu.     

"Kenapa aku ga boleh masuk?" dia bertanya sambil mengetuk pintu.     

"Aku lagi 'dapet'. Aku ga mau kamu liat. Jorok ih."     

"Aku kan udah liat semuanya. Kenapa sekarang ga boleh? Aku ga keberatan liat darah sedikit."     

"Ga boleh! Bawel banget. Sana lanjut kerja. Nanti aku nyusul. Aku mandi sebentar aja kok."     

"Ga mau. Aku mau masuk. Buka pintunya."     

Aku mendengar Astro memanggilku berkali-kali di luar sana. Aku mengabaikan permintaannya dan mandi dengan cepat. Kurasa aku harus mengingat untuk mengunci pintu kamar mandi lain kali. Ini benar-benar memalukan.     

Aku mengeringkan tubuh dengan handuk dan memakai celana dalam yang sudah kutempelkan pembalut, lalu melilitkan handuk ke tubuh sebelum keluar. Astro baru saja akan mengetuk pintu saat aku muncul dan dia menatapku dengan kesal.     

Aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku dan mengecup bibirnya, "Jangan cemberut. Nanti cepet tua."     

"Kamu nyebelin."     

Aku tersenyum manis, "Kamu kan tetep cinta aku walau aku berubah jadi nenek-nenek."     

Astro mencubit pipiku pelan, "Pinter ya sekarang?"     

Aku mengangguk, "Kan ketularan kamu."     

Alih-alih mendebatku dia justru memelukku dengan sebelah tangan dan meraih tengkukku dengan tangannya yang lain, lalu mencumbu bibirku hingga suhu tubuh kami naik. Kami baru saling melepaskan diri saat kami membutuhkan udara untuk kami hirup.     

"I love you." ujarku sambil mengecup bibirnya.     

"Rrgh tanggung jawab kamu." ujarnya sambil memelukku lebih erat. Aku tahu apa yang dia inginkan karena aku bisa merasakannya di bawah sana.     

"Ga bisa, Honey. Aku lagi 'dapet'." ujarku sambil tersenyum manis.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengelus bibirku dengan lembut, "Kamu kan pinter."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"Kerjaan kita banyak, kamu tau?" ujarku sambil melepaskan diri dari pelukannya dan berjalan menghampiri lemari.     

Aku memilih sebuah kaos kebesaran dan sebuah celana panjang, lalu berpakaian tanpa menghiraukan keberadaannya yang sedang menatapku dengan tatapan menderita. Aku meletakkan handuk di bahu dan mengusap rambutku yang basah dengannya.     

"Ayo." ujarku sambil memberi Astro isyarat untuk kembali ke studio.     

Astro menatapku sebal dan menyentil dahiku pelan, "Aku tagih kalau kerjaan kita selesai."     

Aku hanya mengangguk dan memeluk pinggangnya sambil berjalan. Aku tahu dia akan merayuku dengan berbagai cara jika tiba saatnya nanti dan aku tak akan sanggup menolaknya. Akan lebih baik jika aku menyanggupinya saja dibandingkan harus melihatnya bertingkah menyebalkan selama kami bekerja.     

Kami duduk bersisian menghadap ke laptop kami masing-masing. Aku melirik ke jam di sudut laptopku, pukul 20.26. Aku hanya memiliki waktu sekitar dua setengah jam untuk menyelesaikan semuanya sebelum jam sebelas. Aku membuka bar percakapan dengan Kyle dan memberinya sebuah pesan.     

Aku : Ada info lain soal Eko? Ini udah lewat beberapa hari     

Kyle : Kyle usahain besok pagi udah ada, Nona     

Aku : Aku tunggu     

Kyle : Baik, Nona     

Aku : Kamis nanti kamu ikut kita pulang kan?     

Kyle : Maaf Kyle ga bisa nemenin Nona pulang. Nanti Jian yang nemenin, sama Rilley yang jaga Nona dari jauh     

Aku : Kamu tau kan Opa sakit?     

Kyle : Kyle tau, Nona, tapi Kyle masih ada tugas di basecamp     

Aku : Kamu mau nitip sesuatu buat Opa?     

Kyle : Kyle cuma bisa berdoa buat tuan. Kyle ga mau dianggap cari muka cuma karena Kyle udah nganggep tuan sebagai orang tua Kyle sendiri     

Aku : Okay. Nanti aku sampaiin salam dari kamu ya     

Kyle : Makasih, Nona     

Aku menghela napas. Kyle adalah anak asuh Opa. Padahal tak akan menjadi masalah andai dia memberi Opa sesuatu. Aku pun tak akan melarangnya.     

Aku mengecek sosial media workshop dan terkejut karena ada pernyataan tertulis yang dibuat oleh akun Dara. Dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf karena sudah membuat keributan. Dia juga berkata akan bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan oleh tingkahnya.     

Aku menarik napas lega dan memperlihatkan pernyataan itu pada Astro. Dia hanya membacanya dalam diam dan mengangguk singkat.     

Aku tahu Astro sempat mengambil alih akun bernama Dara dan mengganti password saat berbincang dengan Putri dan mengganti passwordnya kembali setelah memastikan Putri mengerti dengan apa yang terjadi. Kurasa Rifki sebagai pemilik akun Dara juga pasti menyadari akunnya sempat diambil alih oleh orang lain.     

Aku melirik layar laptop Astro yang memperlihatkan bagian-bagian robot Koko Krab. Sepertinya dia memang sedang sangat berkonsentrasi untuk menyelesaikan rancangan robot itu sebelum kami benar-benar pindah.     

"Jojo udah ngajuin diri buat gantiin kamu?"     

"Udah. Dia udah mulai masuk tim dan lagi belajar soal proyek Koko Krab." Astro menjawab tanpa menoleh padaku.     

Aku mengangguk singkat saat tiba-tiba mengingat sesuatu, "Kamu inget Dokter Alena pernah nyebut soal pelukis yang nama samarannya Suzu?"     

"Inget, kenapa?"     

"Dokter ga bilang apa-apa soal galeri tetap yang jual hasil lukisannya kan?"     

"Ga. Kenapa?"     

"Ga pa-pa. Aku sempet cari tau soal nama samaran itu di hapeku tadi sore, tapi aku ga nemu apa-apa."     

Astro menoleh padaku pada akhirnya, "Kamu mau minta Axe cari tau?"     

"Ga perlu. Besok Dokter Alena ke workshop buat ngambil kalungnya. Besok aja aku tanya."     

Astro terlihat berpikir sesaat sebelum bicara, "Kamu ga ngira Suzu itu bunda kamu kan?"     

Aku menggeleng, "Ga. Aku cuma pengen tau. Aku udah lama ga ngobrol sama sesama pelukis. Kayaknya seru kalau aku bisa ngobrol sama dia. Kamu kan ngelarang aku ngobrol sama Zen."     

"Kamu kan bisa ngobrol sama Sendy, Reno, Denada, atau temen-temen kamu yang lain. Ga harus Zen." ujarnya dengan tatapan tersinggung yang jelas sekali.     

Aku mengecup bibirnya, "Dasar cemburuan."     

Astro memelukku erat sambil mencumbu bibirku perlahan dan melepasnya tepat saat hasratku mulai naik, "Dasar ga peka."     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.