You Too
You Too
Aku menemukan fakta bahwa kedua orangtuaku berniat ke Bonaire jika Danar sudah berusia delapan tahun. Dengan pertimbangan bahwa anak berusia delapan tahun akan lebih mudah diberi arahan dan sudah lebih kooperatif jika diajak bekerja sama.
Sejujurnya aku mencari nama Lana di data diary Bunda dan berharap Bunda mengenalnya entah bagaimana caranya, tapi aku tak menemukan nama itu di kolom pencarian. Entah apakah Bunda memang mengenalnya dan sengaja tak menuliskannya atau memang sama sekali tak mengenalnya.
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan beberapa kali. Aku sudah menyadari betapa rumitnya keluargaku sejak Opa mengaku memiliki perusahaan perakitan senjata, tapi saat ini aku benar-benar tak habis pikir.
Ayah dan bundaku adalah orang tua yang baik sekali. Mereka membiarkanku, Fara dan Danar melakukan segala hal yang kami inginkan dengan arahan yang cukup. Mereka bahkan sering membantu orang lain yang membutuhkan.
Aku tak akan heran jika ada seseorang menyukai keduanya, tapi menyakiti seluruh keluarganya hanya karena cinta yang bertepuk sebelah tangan adalah hal yang gila. Aku sama sekali tak sanggup memikirkan bagaimana hal itu bisa menjadi suatu hal yang normal untuk dilakukan.
Saat aku mengetahui keberadaan Zenatta dan rencananya padaku, aku tahu dia hanya melakukan itu karena terobsesi pada Astro. Mungkin motif Om Neil justru lebih kuat dibandingkan dengan motif Zenatta yang hanya sekedar menyukai Astro. Walau harus kuakui, dampak dari berbagai percobaan jahat mereka memang keterlaluan.
Bagaimana tidak? Mereka perencana dibalik layar kasus Astro dengan Cokro dan Dissa, mereka juga sengaja meminta orang bayaran untuk membuntutiku walau pengawalku bisa menangkap mereka. Yang terparah, mereka merusak resepsi pernikahanku yang seharusnya sakral dan khitmad.
Bagaimana jika kami tak membuat ledakan buatan dan mengevakuasi semua orang di saat yang tepat? Mereka akan menakuti banyak orang dan mungkin akan melukai entah siapa.
Ini lucu sekali. Mereka begitu arogan hingga berani membawa senjata api dan gas air mata, tapi mereka berusaha menghindarkan diri dari jerat hukum hingga mengerahkan segala sumber daya untuk membantu meringankan beban hukuman mereka di penjara. Entah apakah aku harus menyebut mereka dungu atau bagaimana. Aku sama sekali tak mengerti.
Sekarang, aku harus mengurus Vinny dengan rencananya untuk membakar toko craftku. Dari keterangan yang bisa kudapatkan dari Ibu, Giana, juga kedua teman Astro yang berjaga di sana, sejauh ini tak ada sesuatu yang mencurigakan. Walau rencanaku dan Astro sebetulnya sudah matang.
Aku bisa bernapas lebih lega karena toko kain Opa, gerai kopi dan workshopku sejauh ini aman. Walau aku harus meningkatkan keamanan jika terjadi sesuatu. Aku bahkan sudah menjadwalkan beberapa pertemuan melalui video call ke jajaran managemen minggu depan.
Mungkin aku memang lebih aman berada di workshop ini sementara waktu. Setidaknya ada Cacha di dalam workshop ini, juga pengawalku yang lain berjaga di sekitar kami. Cacha banyak membantuku dan Putri selama beberapa hari ini. Dia bahkan bekerja lebih efisien dari Putri hingga aku berkali-kali memergoki Putri sedang menatapnya dengan tatapan kagum yang jelas sekali.
Aku melirik jam di sudut laptop, pukul 17.02. Sudah waktunya aku melepas semua partner kerjaku pulang. Aku menutup semua bar pekerjaanku, lalu mematikan wifi dan laptop. Aku memeluknya dan membawanya turun ke lantai dua bersamaku.
Cacha sedang membantu Qori mengurus sebuah gelang mutiara yang baru selesai dibuat, Bara dan Parti sudah membereskan barang-barang mereka, sedangkan Umar masih berkutat dengan arahan desain oleh Putri di sebuah meja dekat jendela. Aku tersenyum melihat mereka semua. Aku akan benar-benar merindukan suasana ini jika aku dan Astro pindah nanti. Entah ke negara mana.
Aku duduk di sebelah Umar dan memperhatikan sketsa desain buatannya di sebuah kertas. Desain yang akan cocok dipakai untuk sebuah pesta dan entah kenapa aku terpikirkan Viona.
Aku mengambil handphone dari saku dan mencari nama Viona di aplikasi pesan, tapi aku justru menatapnya ragu-ragu. Viona pasti akan merasa tak enak hati jika aku tahu tentang pertemuan yang aku sengaja tak diundang untuk menghadirinya, bukan? Walau sudah pasti kami tak akan bisa datang karena kami baru akan pulang minggu ini, tapi entah kenapa ini terasa menyebalkan.
Aku menutup aplikasi pesan dan membatalkan niat untuk menghubungi Viona, tepat saat Bara dan Parti duduk mengitari meja. Aku tahu mereka menunggu Qori menyelesaikan pekerjaannya sebelum meminta izin untuk pulang.
"Kalian semua masih single kan?" tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari mulutku dan membuat mereka semua menoleh padaku. "Sorry, aku ga niat kepo kok. Cuma ... maaf kalau aku sama Astro sering kelewat mesra."
Putri terlihat terganggu dengan kalimatku dan sepertinya memilih untuk diam saja. Aku tahu dengan baik bagaimana Rifki memberikan luka untuk hatinya dan mungkin tak akan sembuh dalam waktu dekat.
"Aku punya calon istri kok." ujar Umar.
"Oh ya?" aku bertanya dengan terkejut, yang lainnya juga memberikan reaksi yang sama. Aku bahkan melihat ekspresi Qori berubah menjadi sangat ingin tahu.
Umar mengangguk, "Kita udah rencana mau nikah akhir tahun ini, tapi dia jauh. Dia tinggal di Lampung."
Aku tersenyum, "Semoga lancar ya. Kamu harus kabarin aku kapan kamu nikah, nanti aku rayu Astro buat pulang."
Umar tersenyum lebar sekali, "Pasti."
Kurasa aku baru menyadari mungkin setelah Umar menikah nanti, dia akan memilih berhenti dari workshop ini dan membuka workshop miliknya sendiri. Entah kenapa hatiku terasa tak rela walau harus kuakui dibandingkan rekan kerjanya yang lain, Umar lah yang berkembang paling pesat. Entah bagaimana pula ada sedikit rasa bangga menyusup hingga aku tersenyum dalam diam.
"Yang kemarin cancel orderan, kenapa? Apa dia cancel karena komentar jelek waktu itu?" Parti bertanya.
"Dia ada masalah sama calon tunangannya. Ga ada hubungannya sama komentar jelek itu kok." Putri menjawab dengan singkat dan mengalihkan tatapannya pada lembaran sketsa di hadapannya. "Ini bisa dieksekusi besok. Kamu beresin barang, Mar."
Umar mengangguk dan bangkit untuk membereskan barang miliknya. Dia duduk kembali ke kursi yang dia tinggalkan bersama Qori dan Cacha, lalu kami membahas apa saja yang akan kami kerjakan esok hari sebelum aku mengantar mereka ke parkiran.
Bel yang berbunyi seperti lonceng menyambutku saat membuka pintu untuk kembali masuk. Aku bergegas ke atap workshop dan menyandarkan tubuh pada pembatas balkon yang menghadap ke jalan raya untuk menatap senja. Senja dari balkon ini cantik sekali, membuat sesuatu di hatiku terasa hangat. Seperti ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku.
Aah andai bundaku kembali lagi padaku....
Aku menghela napas berat sambil mengedarkan tatapanku pada jalan raya yang terhampar di hadapanku. Aku bisa melihat Jian dan Rommy di sudut yang berbeda, juga Rilley walau awalnya kupikir dia adalah orang lain. Kemudian tatapanku terpaku pada sesosok laki-laki di atas motor yang berhenti tepat di depan workshop. Aku tersenyum saat dia mendongkak untuk menatapku.
"I LOVE YOU." teriaknya sambil memperlihatkan satu buket bunga lavender dan sebuah kotak berwarna hijau lumut di masing-masing tangannya.
Dia membuatku tertawa. Entah kenapa terasa seperti seorang laki-laki akan melamar kekasih hatinya. Padahal jelas kami sudah menikah beberapa bulan lalu.
Aku segera menuruni tangga dan kami bertemu tepat di anak tangga paling bawah. Aku memeluknya dan mengecup bibirnya, tapi dia mengamit tengkukku dan mencumbuku dengan lembut.
"I love you." kalimat itu kami ucapkan bersamaan setelah kami saling melepaskan diri. Kami saling menatap satu sama lain seolah kami tak pernah melakukan hal ini sebelumnya dan tersenyum, "I love you too."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-