Gerakan
Gerakan
"Fine, tapi kamu harus tetep hati-hati."
Aku mengangguk dan melanjutkan aktivitas makanku. Astro tak mengatakan apapun lagi setelahnya hingga kami menghabiskan makanan kami dalam diam. Kami duduk di restoran hingga perut kami terasa lebih nyaman, lalu kami pulang.
Aku baru mendapati keberadaan Kyle setelah kami keluar dari parkiran restoran. Dia membuntuti kami dengan motor dan sengaja memberi jarak yang cukup pada kami agar tak terlalu dekat.
Jalanan malam ini lenggang sekali. Angin dingin khas pantai membelai tubuh walau berangsur pergi saat kami berkendara menjauh.
"A quoi penses-tu (Kamu lagi mikir apa)?"
Astro menoleh padaku dan tersenyum, "Vous êtes belle (Kamu cantik)."
Aku hampir saja tertawa, tapi justru menyembunyikan wajah di bahunya dan memeluknya lebih erat. Ini terasa lucu, tapi bulu halusku justru meremang.
Sejak Ibu meminta kami belajar bahasa Perancis, kami memang mempelajari kalimat-kalimat sederhana dan akan bicara bahasa Perancis untuk mengingatnya lebih sering sekaligus berlatih. Namun dia justru sering memujiku cantik dengan bahasa Perancis dan logat Perancis yang terdengar sexy di telingaku.
"Mau kursus bahasa Perancis aja?" Astro bertanya sambil mengelus jariku yang berada di dadanya. "Kayaknya cara ngomongku aneh."
Aku menatapnya melalui spion, "Kursus di mana yang bisa ngajarin kita malem? Kita cuma punya waktu sekitar jam tujuh sampai jam delapan sebelum kerja."
"Nanti aku cari tau." ujarnya sambil melepas jariku dan menaikkan kecepatan motor.
Kurasa aku akan setuju saja dengannya. Lagi pula mungkin kami hanya akan mengambil kursus dasar singkat sebelum benar-benar pindah ke negara pilihan ayahnya. Kami akan diwajibkan mengambil kelas khusus berbahasa Perancis di negara tujuan kami berkuliah nanti jika memang dibutuhkan untuk regulasi perkuliahan.
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Udara malam menyenangkan sekali. Aku menyukainya.
Kami sampai di workshop dan langsung beranjak ke kamar setelah mengunci gerbang dan pintu depan yang menyambut kami dengan bunyi bel yang terdengar seperti lonceng. Kami melewati jalan rahasia di dalam lemari dengan hati-hati dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Sekali ya?" ujarnya sambil memelukku dan menatapiku penuh hasrat.
Aah laki-laki benar-benar....
Kurasa aku akan menggodanya sebentar, "Tadi bukannya nyuruh aku langsung istirahat."
"Rrgh kamu sexy banget. Sekali ya." ujarnya sambil memelukku lebih erat dan mengecup tengkukku yang basah, membuat bulu halusku meremang.
"Sekali aja ya. Ga boleh minta nambah." bisikku tepat di telinganya.
Dia hanya mengangguk dan mengecup bahuku, lalu menjalar ke wajah dan mencumbu bibirku perlahan. Aku tahu dia lihai sekali merayu. Entah sudah berapa kali aku tak lagi menolaknya saat dia mengajakku bercinta. Lagi pula dia juga selalu menepati ucapannya untuk bersikap lembut.
Kami membersihkan diri sekali lagi setelah sesi bercinta kami dan berganti pakaian sebelum merebahkan tubuh di tempat tidur. Lengannya yang menjadi alas kepalaku terasa nyaman sekali. Aku hampir saja langsung tertidur jika tak mendengar suaranya mengajakku bicara.
"Thank you." ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku.
Aku hanya menggumam mengiyakan tanpa membuka mata. Aku mengantuk sekali. Aku tahu dia masih bicara saat kesadaranku berpindah ke alam mimpi. Entah apa yang dia bicarakan, aku tak terlalu mendengarkan.
Aku tak yakin apakah aku bermimpi, tapi saat aku membuka mata, Astro sudah tak ada di sisi tempat tidur miliknya. Aku menggeser tubuh dan mencari keberadaan jam di dinding kamar, pukul 05.21. Sudah pagi.
Aku memaksa tubuhku bangkit dan berjalan menuju studio mini, tapi Astro tak ada di sana. Aku melanjutkan langkah kaki menuju dapur, ternyata dia sedang membuat pancake yang aromanya menguar ke seluruh ruangan. Aku menghampirinya dengan cepat dan memeluk tubuhnya dari belakang.
Dia mengamit tanganku dari dadanya dan mengecupnya, "Bonjour mon coeur (Pagi, Cantik)."
"Bonjour (Pagi)." ujarku sambil mengecup bahunya.
"Udah mateng nih, sarapan yuk."
Aku mengangguk dan melepaskan pelukanku, lalu mengamit satu piring dan menyodorkannya padanya. Dia mengisi piring itu dengan pancake yang sudah matang berwarna coklat keemasan dan beraroma harum yang membuat perutku terasa lapar.
Kami beranjak ke meja makan dan makan sambil saling menyuapi. Pancake buatannya enak sekali, sangat cocok dengan madu dan beberapa potong buah-buahan.
"Mau kerja di mana?" aku bertanya setelah pancake di piringku habis.
"Kamu belum mandi kan? Belek kamu masih nyangkut di mata tuh." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku memberinya tatapan sebal sambil mengusap mata. Dia benar dan dia menyebalkan. Dia pasti tahu ada kotoran di mataku sejak tadi, tapi tidak memberitahuku.
"Jelek." ujarku sambil memberinya tatapan sebal dan beranjak bangun.
"Heii, mau ke mana? Ini beresin dulu." ujarnya saat aku berjalan menjauh.
"Aku mau mandi. Kamu ga boleh ikut." ujarku sambil melambaikan tangan tanpa menoleh lagi padanya.
Aku mendengar suara terbentur dan Astro menyusulku saat aku hampir sampai di anak tangga paling atas, "Kamu ga boleh ikut aku mandi."
"Ooh, come on. Biasanya juga mandi bareng."
Aku memberinya tatapan sebal walau tak mengatakan apapun. Aku berlari menuju kamar mandi dan mengunci pintu dari dalam sebelum dia sempat menyusulku.
"Honey, buka pintunya."
"Ga mau." ujarku sambil tertawa, tapi tak ada jawaban dari luar.
Apakah dia pergi? Atau sengaja mendiamkanku agar aku membuka pintu? Yang mana pun sama saja. Kurasa aku akan mengabaikannya.
Aku menyalakan keran untuk mengisi bath tub dengan air hangat dan melepas pakaian. Aku menatapi tubuhku di cermin dekat wastafel. Aku gemuk sekali. Aku mengerucutkan bibir dan hampir saja mengutuk Astro yang membuat tubuhku segemuk ini. Namun aku memang terlihat lebih berisi, mungkin dia memang lebih menyukai tubuh yang seperti ini.
Aku menghela napas perlahan dan mengamit sikat gigi. Astaga, aku bahkan lupa sikat gigi sebelum turun ke dapur untuk mencarinya. Aku hampir saja mengutuk diriku sendiri, tapi aku baru menyadari sesuatu.
Bahkan dengan tubuhku yang belum mandi dan menyikat gigi pun Astro memujiku cantik. Entah kenapa ini terasa lucu hingga ada senyum lebar sekali mengembang di bibirku.
Aku menyikat gigi dengan cepat dan mencuci wajah, lalu mengeringkan wajah dengan handuk. Aku memasukkan sebuah bath bomb beraroma citrus ke dalam bath tub yang kuambil dari kabinet dan membuka pintu dengan hati-hati sambil menyembunyikan tubuh di balik pintu. Astro sedang berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada menghadap ke arah pintu, dengan tatapan tajam yang membuatku bergidik ngeri.
Aku berusaha tersenyum manis walau tak yakin bagaimana aku terlihat saat ini, "Jangan cemberut, nanti cepet tua."
Astro menyentil dahiku dan mendorong pintu hingga terbuka lebih lebar tanpa mengatakan apapun. Dia menutup pintu dan menatapiku dengan tatapan lapar.
Aku mengecup bibirnya dan melepas kaos yang dipakainya, lalu melucuti celananya hingga dia telanjang dan mengajaknya berendam di dalam bath tub. Biasanya dia lah yang akan duduk di belakangku dan memelukku, tapi kali ini aku yang duduk di belakangnya sambil memijat bahunya dalam diam. Aku tahu dia marah padaku dan mengatakan apapun saat dia sedang marah akan percuma saja hingga hening di antara kami selama beberapa lama.
"Aku punya rencana." ujarnya tiba-tiba.
"Apa?"
"Kita pancing Abidzar bikin gerakan."
Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang memijat bahunya dan menatapnya tak percaya. Dia tidak menoleh sedikit pun padaku, tapi ... yang benar saja?
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-