Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pertunangan



Pertunangan

1"Proses renovasinya dimulai besok ya, Za. Tinggal nunggu pilihan desain dari kamu aja." ujar Leone, arsitek yang akan merenovasi toko Lavender's Craft melalui sambungan telepon kami.     

Astro yang memintaku memakai jasanya karena pekerjaannya merenovasi resort sangat baik. Awalnya aku menolak karena tokoku hanyalah sebuah ruko, tidak seperti Astro yang merenovasi keseluruhan resort dan restoran dalam beberapa tahap. Namun Astro meyakinkanku bahwa besarnya area yang direnovasi bukanlah masalah.     

"Aku udah kirim desain barunya ke email barusan. Nanti kabarin kalau ada sesuatu yang kamu butuhin atau kalau kamu punya desain lain yang lebih cocok." ujarku sambil memutar pensil di tangan dan menatapi lembaran kosong di atas meja.     

"Pilihan desain kamu bagus kok. Aku baru buka email nih, tapi nanti kalau ada tambahan desain lagi aku email lagi ya."     

"Okay. Aku tutup telponnya ya."     

"Sebentar, ini aku usahain selesai lebih cepet. Perkiraan renovasinya sekitar tiga minggu, tapi aku usahain bisa selesai dua minggu. Kamu mau pindah ke Jerman kan?"     

"Iya. Aku tunggu kabar baik dari kamu aja, Leone. Aku tutup ya, aku ada kerjaan lain."     

"Okay."     

Aku menutup sambungan telepon dan meletakkan handphone di meja. Seharusnya aku sedang membuat desain kalung baru, tapi otakku terasa berhenti berfungsi.     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu merebahkan tubuh di kursi panjang sambil menatap langit. Hari ini cerah berawan. Sinar matahari tak terlalu menyengat karena hari hampir senja.     

Aku meminta Cacha dan Putri yang mengurus workshop, sedangkan aku menyembunyikan diri di atap lagi setelah kami makan siang bersama semua partner kerja kami. Aku berkata pada mereka berdua aku tak ingin diganggu dan mereka benar-benar tak mengangguku hingga saat ini.     

Sebetulnya setelah aku kembali ke Surabaya setelah kebakaran toko Lavender's Craft terjadi lebih dari seminggu yang lalu, semua partner kerjaku memberikan semangat untuk kembali membangun toko dari awal. Aku tahu mereka peduli dan baik sekali hingga mengkhawatirkanku seperti itu. Namun aku memang lebih sering menyembunyikan diri di atap ini karena ada banyak hal yang sedang kupikirkan dan berakibat dengan kami tak terlalu sering bertemu sepanjang hari.     

Aroma bunga dari pot yang tertanam di atap ini membelai hidungku sesekali, bersamaan dengan hembusan angin yang melewati tubuhku. Aku hampir saja memejamkan mata saat mengingat sesuatu. Kyle atau Rilley belum memberi data yang kuminta pada mereka. Ini sudah berselang empat hari, tapi mereka belum menghubungiku sekalipun.     

Aku menggigit bibir bawah dengan gelisah. Aku akan mendiskusikan ini dengan Astro setelah dia pulang. Aku tak ingin berpikir berlebihan saat ini. Tidak saat ada banyak sekali hal lain yang harus kupikirkan.     

Aku menghela napas panjang dan bangkit, lalu menghapiri pembatas balkon dan menatap ke bawah. Ada empat mobil, milikku dan milik Astro, yang dua lainnya mungkin milik pelanggan kami. Aku tak tahu mereka siapa karena baru pertama kali melihat mobil itu. Aku cukup yakin Chaca dan Putri sedang melayani mereka saat ini.     

Aku beranjak kembali ke bawah kanopi dan mulai membuat sketsa kasar sebuah ruangan yang akan kubangun di atap ini. Aku akan membuat ruangan kamar khusus untuk Cacha menginap selama aku pindah ke luar negeri untuk berkuliah. Aku akan memesan bahan bangunan sedikit lebih banyak untuk menutup akses jalan di balik lemari menuju rumah rahasia.     

Aku baru saja akan menggambar atap saat mendengar suara dua pasang langkah kaki menaiki tangga. Entah kenapa jantungku berdetak kencang karena suara langkah kakinya tak terdengar familiar hingga aku menatapi anak tangga sebagai bentuk waspada. Betapa terkejutnya aku saat melihat Kak Sendy dan Om Hanum muncul sambil tersenyum. Aku baru saja akan bangkit dan menghampiri mereka, tapi Om Hanum memintaku tetap duduk sambil menghampiriku.     

Aku menyalami Om Hanum setelah dia duduk, "Kenapa ga ngabarin kalau Om mau ke sini? Faza kan bisa bikin kue dulu."     

"Ga perlu repot-repot. Om sama Sendy ke sini cuma sebentar." ujar Om Hanum sambil melepas tanganku.     

"Workshop kamu bagus." ujar Kak Sendy sambil mengedarkan tatapan pada berbagai tanaman di sekitar kami. "Kayaknya aku mau bikin taman di atap kayak gini juga."     

Aku tersenyum sambil bangkit, "Faza ambilin minum dul ..."     

"Jangan. Ada Hubert di bawah." ujar Om Hanum yang tiba-tiba membuatku membeku. "Duduk di sini aja. Om cuma mau ngobrol sebentar."     

Aku kembali duduk dengan ragu-ragu. Detakan jantungku kencang sekali. Bagaimana mungkin ada Om Hubert di bawah dan aku sama sekali tak tahu? Aku memang meminta Cacha dan Putri untuk tidak menggangguku, tapi seharusnya aku diberi tahu jika ada Om Hubert datang ke workshop ini.     

"Persiapan ke Jermannya gimana?" Om Hanum bertanya.     

"Ibu bilang semuanya udah disiapin, jadi kayaknya aman. Faza sama Astro tinggal wawancana di imigrasi aja."     

"Om ada keluarga yang tinggal di sana. Kalau nanti kebetulan Om ke sana, kita ketemu ya. Om mau ajak Faza keliling ke beberapa galeri penting."     

Aku hanya sanggup mengangguk. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa karena pikiranku penuh dengan sosok Om Hubert di bawah lantai ini.     

"Ada titipan buat kamu." ujar Kak Sendy sambil merogoh sesuatu ke dalam saku jaket dan mengeluarkan sebuah kotak khas workshop. Entah kenapa aku merasa aku tahu apa isinya.     

Aku menghela napas sambil menerimanya dan membuka kotak. Dugaanku tepat. Ini adalah cincin      

tunangan untuk Denada dari Xavier.     

"Denada bilang dia udah nelpon kamu. Dia maksa aku kasih itu ke kamu waktu tau aku mau ke sini."     

"Aku udah bilang aku ga bisa terima ini. Ini punya      

Vier, harusnya dia balikin ke Vier kalau emang ga bisa nerima."     

"Denada ga mau ketemu Vier makanya dia nitip itu ke aku buat kamu."     

Aku hanya mampu diam. Aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Xavier akan sakit hati jika tahu aku yang menyimpan cincin pertunangan miliknya. Apakah aku harus mengirimkannya kembali padanya?     

"Om ga mau ikut campur urusan anak muda, tapi mungkin ada baiknya cincin itu balik ke pembuatnya." ujar Om Hanum.     

Astaga, yang benar saja? Aku memang membuat desain cincin khusus karena permintaan Xavier, tapi cincin ini bukan buatanku.     

"Om ke sini mau minta Faza bikin desain perhiasan?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan kami.     

"Bukan. Om dapet kabar Faza mau ke Bogor. Faza harus hati-hati karena Hubert dapet info itu juga."     

Aku terkejut sekali, "Om Hubert tau dari mana Faza mau ke Bogor?"     

"Hubert dapet informasi soal itu dari mata-mata bayarannya. Om ga tau mata-mata mana yang dia maksud, Om cuma tau Hubert kemungkinan ada di Bogor waktu Faza di sana. Kebetulan sebelum ke Surabaya, Om sempet ketemu Jaya. Jaya sempet ngasih tau Om karena Om ada rencana di Jakarta hari minggu."     

Begitukah?     

"Om Hubert ngapain ikut Om Hanum ke sini hari ini?" aku bertanya dengan hati-hati sekali karena tak ingin menyinggung perasaan Om Hanum.     

"Hubert mau bikin kalung buat istrinya. Katanya istrinya kenal sama Faza dan pengen punya satu kalung bikinan workshop ini."     

"Om Hubert sempet curiga kamu di sini, tapi Putri bilang kamu lagi istirahat dan ga masuk kerja. Kita sempet modus ke lantai dua mau liat proses pembuatan perhiasan, tapi kamu emang ga ada di sana jadi Putri ngajak om Hubert turun lagi buat milih desain. Cacha yang ngasih tau kita kalau kamu di sini." ujar Kak Sendy.     

Aku menarik napas lega dan baru saja akan berterima kasih saat mendengar Kak Sendy bicara.     

"Aku denger kamu mau ke galeri yang mamerin lukisan karya pelukis Suzu. Jadi?"     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.