Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kontak



Kontak

2Aku menyodorkan handphone pada Astro untuk meminta pendapat. Dia membacanya dengan alis mengernyit mengganggu dan mengetikkan pesan balasan.     

Astro : Beresin di sini aja. Aku ga mau ketauan Sendy lagi punya penguntit     

Kyle : Okay     

Astro : Ada tanda-tanda om Hubert ngikutin kita?     

Kyle : Belum ada     

Astro menyodorkan handphone padaku dan mengangguk. Sepertinya dia akan semakin waspada mulai saat ini.     

Lukisan yang dibeli Kak Sendy selesai di bungkus dengan rapi menggunakan keamanan berlapis kayu. Lukisan itu dibawa ke mobil dan diletakkan di bagasi belakang bersama berbagai koper.     

Aku melihat Bastian membisikkan sesuatu pada Kak Sendy sambil melirik ke arahku. Entah kenapa mungkin sebetulnya dia adalah orang yang menyenangkan andai saja dia tak salah bersikap di depan Astro dan terlanjur mendapatkan sikap dingin Astro sebagai balasan.     

Kak Sendy hanya mengangguk pada Bastian yang menjauh menuju motornya dan menoleh pada Astro sambil tersenyum, "Dia mau ngajak kita makan. Dia ikut ke mana aja kita pergi selama di area Jogja sebagai bentuk permintaan maaf kalau kamu ngijinin."     

Astro berdecak kesal, tapi aku memberinya tatapan peringatan sambil mengelus lengannya.     

"Ga pa-pa, Kak. Tadi Astro bilang kepengen gudeg. Mungkin Bastian tau di mana gudeg yang enak." ujarku.     

Kak Sendy mengangguk sambil mengeluarkan handphone dari sakunya, "Aku chat dulu."     

"Oh ya kita mau ke toko oleh-oleh dulu. Khawatir keburu tutup."     

Kak Sendy hanya mengangguk sambil mengetik pesan. Entah apa yang diketikkannya, aku cukup yakin pesan itu untuk Bastian. Kak Sendy memberi isyarat pada kami untuk kembali naik ke mobil dan berkendara.     

Aku hanya mengangguk dan mencari keberadaan perempuan yang membantu Kak Sendy memproses jual beli lukisan, tapi dia tak terlihat di mana pun. Padahal aku ingin menitipkan pesan pada pemilik galeri jika memungkinkan.     

Kami berkendara keluar dari area galeri dan kembali keluar dari gang yang memutar dengan Kak Sendy yang menyetir mobil. Astro memilih duduk di jok tengah untuk menemaniku, yang sebetulnya membuatku merasa malu walau Kak Sendy terlihat bersikap biasa saja.     

"Sorry ya, Kak." ujarku sambil menatap Kak Sendy dari spion tengah.     

Kak Sendy tertawa, "Santai aja. Seru juga sekali-sekali jadi supir kalian."     

Uugh posisi ini memang terlihat seperti Kak Sendy adalah supir kami. Aku ingin sekali meminta maaf lagi, tapi Astro menyodorkan roti di depan mulutku dan membuatku menatapnya sebal sambil menggigit roti.     

"Bastian mau ngajak kalian ke resto yang punya menu gudeg dan posisinya ga jauh dari toko oleh-oleh yang mau kalian datengin." ujar Kak Sendy sambil melirik ke layar handphonenya.     

"Bilang dia jangan deket-deket istriku." ujar Astro.     

Kak Sendy tertawa sambil terus menyetir. Tak lama, sebuah motor menyusul kami. Tepat di sisi tempatku duduk dan memberi isyarat pada kami untuk mengikutinya. Kurasa itu adalah Bastian yang berkendara, maka aku mengangguk. Dia yang mengarahkan rute perjalanan pada kami.     

Aku mengamit roti dari tangan Astro dan menghabiskannya dalam diam sambil menatap keluar jendela. Namun aku mendengarkan semua percakapan Astro dan Kak Sendy yang sedang membahas tentang pertemuan rutin kami. Kak Sendy ternyata sudah tahu tentang Hendry yang sengaja tidak mengundang kami beberapa waktu belakangan ini.     

Kami sampai di toko oleh-oleh sekitar empat puluh menit kemudian. Tampilan luar tokonya masih sama dengan foto Gerard bertahun lalu hingga aku dengan mudah bisa mengenalinya dari kejauhan. Toko ini tak terlalu besar atau kecil, dan cukup ramai. Aku melirik jam di lenganku, pukul 17.11.     

Astro memegangi tanganku sejak turun dari mobil, seolah sengaja menjauhkanku dari Bastian. Aku tersenyum pada Bastian dan mengucapkan terima kasih tanpa suara saat memergokinya sedang melirik ke arahku. Dia hanya tersenyum malu-malu.     

Astro mengajakku menghapiri sederetan etalase dan membuatku membeku saat menatapi kemasan di setiap produknya. Ini adalah oleh-oleh yang sama dengan yang Zen titipkan pada Gon untukku berbulan-bulan yang lalu. Oleh-oleh saat neneknya datang ke rumahnya dan aku belum sempat menemui neneknya. Aku bahkan mengingat dengan jelas saat Zen melarangku datang karena tak ingin neneknya menaruh hati padaku seperti mamanya dan Kak Liana.     

Aku menarik napas perlahan dan mengedarkan pandangan ke seisi toko. Aku berharap akan menemukan beberapa lukisan, tapi aku tak menemukan satupun. Aku justru melihat beberapa pigura foto terpasang di dinding dekat kasir dan memutuskan untuk menghampirinya karena ingin melihat lebih dekat.     

Ada sepasang suami istri di satu pigura foto, dengan cetakan hitam putih. Aku tak pernah melihat mereka dan aku yakin sekali, tapi entah kenapa aku merasa tak asing. Foto lainnya hanyalah foto-foto proses pembuatan berbagai camilan dengan cetakan berwarna, kurasa itu untuk menunjukkan betapa cemilan di sini dibuat dengan istimewa.     

"Permisi, Mbak." ujar seorang pegawai laki-laki. Saat aku menyadari, sepertinya aku menghalangi langkahnya menuju kasir.     

"Maaf, Mas." ujarku sambil bergeser.      

Aku mengedarkan pandanganku kembali ke seisi toko. Toko ini apik sekali, walau sudah terlihat tua. Seharusnya toko berusia emat tahun tak akan terlihat setua ini, bukan?     

"Maaf, Mas. Saya bisa ketemu sama pemiliknya?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku dan segera mendapatkan tatapan aneh dari beberapa pegawai. Namun Astro dan pelanggan yang mendengarku justru menatap penuh minat. "Saya ... ada tugas khusus bikin biografi pemilik bisnis."     

Laki-laki yang menegurku sesaat lalu menatapku menyelidik, "Maaf, Mbak, ownernya ga tinggal di sini. Ini khusus toko aja."     

"Boleh saya minta kontaknya?"     

Laki-laki itu menggeleng dengan gusar, "Ga bisa, Mbak. Maaf."     

"Kalau saya bikin janji dulu, gimana? Saya lewat area ini lagi hari minggu. Saya tau di lokasi toko ini dulu ada sentra batik. Kalau Mas ..."     

"Maaf ya, Mbak. Saya mau kerja lagi."     

Aah....     

Aku mengangguk ragu-ragu dan menjauh dari area kasir. Satu kemasan camilan di tanganku hampir saja rusak jika aku tak menyadari aku harus mengendalikan diri. Aku menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali. Ini terasa lebih baik.     

Astro sedang menatapku khawatir saat aku menoleh padanya, "Biar Kyle yang cari tau."     

Aku hanya mengangguk. Mungkin memang lebih baik Kyle yang mencari informasi. Aku tahu aku terlalu gegabah hingga bertanya tanpa berpikir. Mungkin pegawai itu merasa gusar karena menyadari aku sedang berbohong.     

Aku tahu aku tak sepandai Astro saat sedang berpura-pura. Apakah aku harus mulai mempelajari teknik berpura-pura seperti dirinya? Aku tak yakin apakah aku akan mampu melakukannya karena berpura-pura memang meninggalkan sensasi bersalah di hatiku, tapi ... haruskah aku mencoba? Kenapa ini justru terasa seperti aku sedang melakukan tindakan tercela?     

Bastian menyodorkan sebuah kantong yang sudah berisi berbagai camilan sambil melirik ke camilan yang kupegang, "Kamu mau itu? Sini biar aku bayar sekalian. Yang ini semuanya buat kamu. Aku udah biasa ke toko ini dari toko ini buka dan yang aku pilihin ini semuanya yang paling enak."     

Astro hampir saja mendebat Bastian, tapi aku mengelus lengannya dan menaruh camilan di tanganku ke dalam kantong. Astro menatapku tajam dan hampir saja mengatakan entah apa, tapi aku mengecup pipinya.     

"Tuan ganteng ga boleh marah-marah." ujarku sambil tersenyum manis dan mengalihkan tatapanku pada Bastian yang sedang terkejut. "Thank you. Sorry, suamiku emang cemburuan, jadi tolong jangan bikin dia marah."     

Bastian mengangguk dan segera mengantri untuk membayar. Aku tahu dia melirik pada kami berkali-kali sejak kami sampai di toko ini. Mungkin dia ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu karena Astro selalu ada di sisiku.     

Aku mengedarkan pandanganku sekali lagi ke seisi toko. Entah kenapa toko ini membuatku merasa nyaman. Mungkin karena aromanya, atau suasananya. Yang manapun, kurasa aku akan datang ke toko ini lain kali jika aku memiliki waktu.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.