Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bastian



Bastian

1Kami sedang di dalam perjalanan menuju Bogor menggunakan mobil. Kak Sendy ikut bersama kami karena ingin ke Jakarta. Dia akan mengikuti pertemuan khusus di antara kolega papanya di sana.     

Sesuai dengan rencana, kami akan singgah di sebuah galeri yang memamerkan karya pelukis Suzu di perbatasan Jogja-Klaten. Astro juga sudah memberitahu Kak Sendy kami akan singgah di salah satu toko yang menjual oleh-oleh di tengah perjalanan. Toko yang adalah toko pengganti sentra batik yang pernah dikunjungi oleh Gerard bertahun lalu.     

Aku sedang berkirim pesan dengan Donna melalui aplikasi pesan di handphone saat mendengar Kak Sendy bertanya tentang alamat apartemen kami di Jerman pada Astro. Aku hanya mendengar mereka yang duduk bersisian di depan dalam diam. Aku memang memilih duduk di jok tengah karena lebih leluasa bergerak. Lagi pula aku merasa tak enak hati pada Kak Sendy jika membiarkan dia duduk di sini seorang diri.     

Astro menjawab semua pertanyaan Kak Sendy dengan sempurna, seolah Jerman adalah negara yang akan kami tinggali mulai semester depan. Dia benar-benar pandai berpura-pura. Aku bahkan menyempatkan diri tersenyum manis saat memergokinya sedang melirik ke arahku dari spion tengah.     

Donna : Kuliah di Jerman banyak liburnya kan? Kalian pasti bisa sering jalan-jalan     

Aku : Aku akan milih kerja di apartemen dibanding jalan-jalan. Lagian beda waktu Jerman-Indonesia lumayan. Kayaknya berat badanku udah balik ke yang dulu lagi waktu pulang ke sini nanti     

Donna : Atau justru tambah gemuk waktu pulang? Masakan Oma kamu enak banget. Aku kangen     

Aku : Kamu boleh ke sini dan ketemu Oma kapan aja. Ga harus nunggu aku di rumah     

Donna : Aku masih belum dibolehin ke sana sama Mama, Za     

Aku : Mama gimana? Sehat?     

Donna : Sehat banget. Selama di sini kerjaannya makan sama olahraga. Badan mamaku lebih sexy dari badanku sekarang. Aku envy banget     

Aku : Kamu juga harus olahraga, Donna     

Donna : Aku pengen latihan muaythai kayak kamu dulu, tapi rahimku masih belum bisa kayaknya. Kadang masih sakit     

Aku menatapi layar handphone dalam diam. Aku tahu Donna pernah menggugurkan kandungannya. Fase itu sangat berat untuknya hingga dia memutuskan untuk mencoba bunuh diri.     

Donna : Aku kaget banget kemarin mama bilang kalau ada cowo yang aku suka, mama mau minta dia langsung nikahin aku     

Donna : Padahal sekarang aku ga kepikiran sama sekali soal cowo. Aku mau belajar main piano biar bisa nyamain skill Teana. Aku mau minta Teana bikin konser kecil bareng aku     

Aku : Semangat ya, Don. Kamu pasti bisa. Beberapa hari lalu aku liat video kamu manggung, bagus banget. Teana yang ngasih video itu     

Donna : Astaga aku lupa mau ngirim video itu ke kamu, Faza. Maaf banget     

Aku : Ga pa-pa, aku udah liat. Bagus kok. Kalau kamu belajar dan latihan lebih intensif pasti bisa bikin konser bareng Teana nanti     

Donna : Nanti aku kasih kamu tiket VVIP kalau aku bisa bikin konser sama Teana beneran      

Aku : Aku tunggu tiketnya. Sekalian buat Astro ya. Dia pasti marah kalau ga dikasih juga     

Donna : Pasti dong. Dia ga akan ngijinin kamu pergi ke konser sendirian hahaha     

Lalu pembicaraan kami melebar ke desain pakaian dan dekorasi panggung. Donna berkata andai aku memilih menjadi seorang event organizer, dia akan menggunakan jasaku karena mengingat kemenangan desain lomba tujuh belas agustusan di sekolah kami, aku lah yang menyarankannya. Terlebih, desain AT Project saat aku membantu Zen memang menjadi desain favorit hingga saat ini.     

Aku melirik ke jam di lenganku, pukul 14.23. Entah kenapa terasa lama. Saat aku nekat menjenguk Astro di apartemen dari Jogja, aku hanya membutuhkan waktu tak lebih dari empat jam. Saat ini kami sudah berkendara hampir empat jam dari hotel tempat Kak Sendy menginap dan belum sampai di area Jogja.     

"Kita ga nyasar kan?" aku bertanya pada Astro dan baru menyadari Kak Sendy yang duduk di sebelahnya sedang tidur.     

Astro menatapku melalui spion tengah, "Ga kok. Aku emang ambil kecepatan sedang biar ga terlalu capek. Kita sampai di galeri sekitar setengah jam lagi. Masih ada waktu."     

Kurasa aku akan setuju saja dengannya, maka aku mengangguk. Lagi pula dia memang benar karena galeri itu tutup pukul 17.30.     

"Kamu laper? Mau drive thru?"     

"Ga usah. Roti dari Kak Sendy masih ada nih." ujarku sambil melirik ke sekantong plastik berisi roti pemberian Kak Sendy saat kami menjemputnya di hotel. "Kamu mau?"     

"Suapin ya." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Jika Kak Sendy melihatnya bertingkah seperti ini mungkin kami sedang mendapatkan tatapan iri. Untunglah dia sedang tidur.     

Aku mengamit satu roti dan membukanya, lalu menyodorkannya tepat di depan mulut Astro. Dia menggigitnya sambil tersenyum lebar. Aku hampir saja mengecup tengkuknya karena merasa gemas, tapi aku membatalkannya. Aku tahu Kak Sendy masih tidur, tapi aku tak ingin memancing hasrat suamiku di saat seperti ini.     

"Kenapa kamu ga tidur?" Astro bertanya setelah menelan suapan pertamanya.     

Aku menyandarkan dagu di jok kemudi dan menatapnya lekat, "Aku lagi chatting sama Donna. Lagian ini masih siang. Aku kan ga biasa tidur jam segini."     

Astro mengelus puncak kepalaku, "Kalau capek bilang ya. Kita bisa berhenti dulu sebentar."     

Aku menggumam mengiyakan sambil mengamit tangannya yang sedang mengelus puncak kepalaku dan mengamatinya. Tangan itu masih memperlihatkan sedikit luka bekas terbakar walau sudah tak lagi membuatku khawatir. Aku mengecup tangan itu dan berbisik, "I love you."     

"I love you too, Honey." ujarnya sambil mengecup tanganku yang masih memegang roti.     

"Abisin rotinya. Kamu harus fokus kalau nyetir, kamu tau?"     

Dia hanya memberiku senyum menggodanya yang biasa sambil mengamit roti dari tanganku dan menggigitnya, "Aku jadi pengen gudeg. Nanti kita cari ya?"     

"Bilang dulu ke Kak Sendy." ujarku sambil mengelus rambutnya. Sebetulnya aku sedang ingin memeluknya, tapi posisi ini menyulitkan. Lagi pula aku tak ingin dipergoki sedang bermesraan oleh Kak Sendy.     

Astro hanya menggumam mengiyakan dan menghabiskan rotinya dalam diam. Dia membuang bungkus plastik ke tempat sampah dekat dengan kakinya. Tempat sampah khusus untuk sampah kering yang selalu ada di mobil ini.     

Aku mengecup pipinya dan menarik tubuh kembali duduk ke jok tengah. Sepertinya perjalanan ini akan panjang dan melelahkan karena aku akan sulit mencuri waktu untuk memeluk Astro.     

Aku menatapi barang-barang di sekitarku. Ada dua novel yang belum sempat kubaca dan sebuah buku bisnis milik Astro. Dia yang memintaku membacanya untuk menghilangkan bosan sekaligus menambah wawasan, tapi aku sama sekali tak berniat untuk menyentuhnya.     

Aku mengamit earphone dan memasang daftar musik dari handphone sambil menatapi suasana di luar melalui jendela yang silih berganti. Aku hampir saja tertidur saat menyadari kami sudah memasuki area gang memutar yang disebutkan oleh Dokter Alena. Membutuhkan waktu lima belas menit memutari gang itu sebelum akhirnya kami sampai di galeri.     

Astro yang membangunkan Kak Sendy sebelum kami turun sementara aku melepas earphone dan memperhatikan desain luar gedung galeri. Galeri ini memiliki desain arsitektur yang khas walau area gedungnya kecil. Warna merah yang dominan dan aksen kayu mengingatkanku akan desain khas Tiongkok.     

Astro membuka pintu di sebelahku dan mengajakku turun. Dia memeluk pinggangku dan mengecup puncak kepalaku setelah aku keluar. Aku mencari keberadaan Kak Sendy karena khawatir dia akan memergoki kami, tapi dia sedang menatapi gedung galeri penuh minat hingga mengabaikan kami.     

"Sendy!" teriak seorang laki-laki, yang membuat kami menoleh padanya. Dia sedang tersenyum lebar dan berlari pada kami. Anehnya dia langsung mengulurkan tangan padaku saat sampai di hadapan kami. "Faza kan? Aku Bastian."     

"Astro, suaminya Faza." ujar Astro sambil menerima uluran tangannya dengan tatapan tajam dan dingin, hingga Bastian pucat pasi.     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.