Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Ditutupi



Ditutupi

2Ternyata aku salah.     

Kami memang memasuki kamar milik Ayah dan Ibu, tapi kami berbincang di satu ruangan kerja yang berada di sebelah kamar itu. Ruangan kerja yang hanya bisa diakses dari kamar dengan sebuah pintu yang memisahkan kedua ruangannya.     

Ada dua rak buku, satu meja kerja dengan beberapa kursi mengelilinginya, juga sebuah meja lain yang terletak beberapa meter dari meja kerja. Kami sedang duduk mengelilingi meja itu sekarang.     

"Kalian kabur dari Lyra?" Ayah bertanya dengan tatapan yang terlihat tenang.     

"Ga kabur kok, Yah. Cuma lagi pengen berdua aja." ujar Astro.     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Tatapannya pada ayahnya terlihat mantap. Dia benar-benar pandai berpura-pura.     

Aku tahu Ayah pasti akan mengerti maksud ucapan Kakek Arya walau tak mengetahui kejadian lengkapnya. Namun Ayah pasti akan mendapatkan informasi yang sebenarnya jika Ayah menginginkannya dan aku pasti akan berada dalam masalah jika Ayah tahu apa yang sebenarnya terjadi.     

Aku tak tahu apakah benar Lyra yang memberi tahu pada Kakek Arya tentang aku yang pergi dengan berjalan kaki atau memang ada pengawal lain yang Kakek Arya pekerjakan tanpa sepengetahuanku dan Astro. Yang mana pun terlihat sama buruknya bagiku.     

Ayah menatapku dan Astro bergantian, "Ayah tau susahnya nikah muda. Ayah juga dulu debat setiap hari sama Ibu. Berantem karena masalah sepele juga ga jarang, tapi kalian yang milih jalan ini. Jadi kalian harus tanggung jawab sama pilihan yang kalian ambil. Ayah udah berkali-kali nanya soal kesanggupan kalian sebelum kalian nikah muda kan?"     

"Iya, Yah." ujar Astro.     

"Ibu ga mau nyalahin kalian yang pengen bebas sekali-sekali, tapi kondisi sekarang ga bisa biarin kalian keliaran seenaknya tanpa pengawalan. Harusnya kalian tau soal itu." ujar Ibu.     

"Faza minta maaf, Faza cum ..."     

"Kita cuma lagi pengen jalan sendiri." ujar Astro untuk memotong ucapanku. Dia bahkan tak menoleh padaku dan terus menatap orang tuanya bergantian. "Ga ada apa-apa kok. Kita ga akan begitu lagi."     

Ibu menghela napas dan menatap Ayah, lalu mengangguk singkat.     

"Okay, kalau kalian bilang begitu. Kalian udah cukup dewasa buat milih mana yang harus kalian hindari. Jangan sampai kepercayaan Ayah hilang karena kalian gegabah ambil keputusan." ujar Ayah.     

"Astro ngerti, Yah." ujar Astro.     

Ayah mengangguk singkat, tapi tatapannya terlihat tajam dalam sedetik waktu yang terlewat. Aku bahkan merasakan bulu halusku bergidik saat melihatnya.     

"Kamu bilang mulai bulan depan ga akan terlalu sering ke Lombok. Berarti bisa pulang sebulan dua kali kan?" Ibu bertanya.     

"Iya, Bu. Nanti kalau Astro udah bikin jadwal baru Astro kabarin Ibu." ujar Astro.     

Ibu mengangguk, "Jangan kerja terus. Kalian harus banyak istirahat. Kalian harus liburan, tapi jangan kabur dari pengawasan. Bodyguard kalian kan ga ganggu. Mereka cuma ngawasin."     

"Iya, Ibu Cantik. Astro janji ga gitu lagi." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Bahkan di saat seperti ini pun dia masih begitu pandai merayu. Coba lihat ekspresinya itu.     

"Kalian ada yang nyadar sesuatu?" tiba-tiba saja Ayah bertanya.     

Aku dan Astro saling bertatapan. Aku memang merasa ada yang aneh dengan sikap Tante Olla, tapi ...     

"Soal Tante Olla?" Astro bertanya.     

Ayah mengangguk, "Faza ga nyadar?"     

"Soal tatapannya tadi waktu Kakek nanya soal siapa yang keberatan?" aku bertanya.     

Ayah dan Ibu mengangguk bersamaan. Saat aku menoleh pada Astro, dia sedang menatapku dengan tatapan yang sulit kutebak.     

"Sebenernya Olla ragu-ragu terlibat di resepsi kalian, tapi kayaknya Ganesh yakinin Olla semuanya pasti baik-baik aja." ujar Ayah yang menghentikan kalimatnya sesaat sebelum melanjutkan.      

"Yang tau kalian pegang senapan asli cuma yang ada di rumah waktu itu, tapi kalau dugaan Ayah bener, Teana pasti ngasih tau Lusi sama Andra (suami Tante Lusi). Sebelum resepsi kalian, malamnya kita emang bahas soal rencana perlindungan kalian lagi via video call sama Kakek, tapi Olla ga ada karena dia lagi ada janji sama koleganya. Kalau dugaan Ayah bener, kayaknya Ganesh ga bahas apa-apa soal kalian yang dapet pistol dari Kyle." lanjut Ayah.     

Aku dan Astro saling bertatapan, lalu kami mengalihkan tatapan kami kembali pada Ayah dan Ibu. Aku tahu kesalahpahaman seperti ini bisa saja terjadi dan wajar saja jika Tante Olla merasa terancam. Karena jika fakta tentang kami yang memegang senjata api asli terbuka, kami pasti akan berada dalam masalah.     

Sebetulnya aku sempat bepikir aneh. Kenapa fakta tentang Zenatta memegang senjata api ditutupi jika keluarganya begitu percaya diri saat merangsek masuk dan membuat keributan di resepsi pernikahanku? Aku benar-benar tak mengerti. Aku dan Astro memang memegang senjata api, tapi hanya untuk perlindungan diri. Kami tak akan memakainya jika kami tak benar-benar terpaksa menggunakannya.     

"Itu bukan masalah kan, Yah? Maksud Astro sejauh ini perkembangan sidangnya bagus." ujar Astro.     

"Sementara ini iya, tapi Ayah ga yakin kedepannya kalau kakek udah ga ada akan jadi kayak apa. Seharusnya keluarga Ganesh sama keluarga Lusi ga bisa masuk mansion ini. Ayah emang ga keberatan karena Ayah ga terlalu suka mansion ini, tapi kalau kita mau ngikutin aturan yang seharusnya mereka emang ga boleh di sini."     

Aku memang sudah mengetahui tentang hal ini dari Astro, tapi mendengarnya langsung dari Ayah membuat sesuatu berputar di perutku.     

"Ayah mau minta tolong sama kalian jaga hubungan baik sama Ray, Teana sama Axe. Mau gimanapun, mereka udah tau seluk beluk mansion ini dan tau semua masalah kita karena kakek ikut libatin mereka. Masa depan hubungan keluarga kita ada di tangan kalian, kalian ngerti?" ayah bertanya.     

"Astro ngerti, Yah. Kita usahain." ujar Astro sambil menggenggam tanganku dan menatapku dengan tatapan mantap. "Ya kan, Honey?"     

Aku mengangguk, "Aku ikut keputusan kamu."     

"Ngomong-ngomong kemarin kalian berantem kenapa?" tiba-tiba saja Ibu bertanya.     

Aku sudah merasa salah tingkah karena aku tak mungkin memberitahu Ibu tentang apapun tentang dugaan kehamilanku. Aku bahkan menggenggam tangan Astro lebih erat saat menyadari Ayah sedang menatap kami dengan tatapan ingin tahu.     

"Anak perempuan Ibu kan emang aneh kalau lagi 'dap ...'" ucapan Astro terpotong karena aku menutup mulutnya dengan tanganku.     

Aku tahu orangtuanya pasti sudah tahu aku sedang menstruasi, tapi aku merasa malu jika Astro yang memberitahukannya pada mereka.     

Ayah menghela napas, "Sabar dong. Baru juga 'dapet'. Kamu belum ngerasain kalau Faza nanti lahiran. Anggap aja latihan buat kamu nahan diri kalau istri lagi ngambek."     

Ibu menahan tawa sambil bicara, "Nikmatin aja deh kalian berantem sekarang. Kalau udah punya anak ga boleh begitu. Malu kalau dicontoh. Ibu ga mau punya cucu sukanya marah-marah."     

Astro mengelus puncak kepalaku dan aku terpaksa melepas tanganku yamg menutup mulutnya, "Puas-puasin ngambek sekarang. Kalau udah punya anak ga boleh. Ibu yang bilang."     

Aku menatap Astro dengan tatapan sebal, tapi dia justru tersenyum lebar sekali. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

Ibu memang pernah berkata Ibu dan Ayah mengalami masa yang berat di awal pernikahan mereka. Mungkin masalah yang mereka hadapi berbeda dengan kami, tapi bagaimanapun kami harus tetap melaluinya dan berusaha mencari solusi.     

Aku sudah mendapatkan solusi dari masalahku dengan Denada. Aku juga tak terlalu kesulitan mengerjakan semua pekerjaanku. Yang perlu kupikirkan sekarang adalah bagaimana aku dan Astro bisa menjalin hubungan yang lebih baik. Astro sudah berkali-kali mengingatkanku kami akan bersama sampai tua. Dia bahkan pernah sengaja berkata aku akan terjebak seumur hidup dengannya.     

"Lusi kayaknya mau minta pindah. Kemarin sempet ngobrol sama Ayah. Rumahnya ga jauh dari sini jadi masih tetep bisa ngawasin kakek, tapi mungkin Teana sama Axe tetep dibiarin tinggal di sini. Ayah belum tau juga. Kita liat aja gimana perkembangannya." ujar ayah tiba-tiba.     

Aku dan Astro saling bertatapan, tapi tak mengatakan apapun. Itukah yang ingin dibicarakan Tante Lusi dengan Kakek Arya sebelum kami ke sini?     

=======     

Stay safe readers.. Stay at home..     

Jangan keluar kalau ga penting banget yaa.. Semoga wabah covid19 ini segera berakhir. Aamiin ♡     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.