Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Rifki



Rifki

1Aku memberikan presentasi melalui video call dari laptop pagi-pagi sekali pada jajaran managemen gerai kopi. Setelah itu membantu Astro mengepak semua barang dari apartemen untuk dipindahkan ke rumah rahasia kami.     

Satu hari penuh kami pakai untuk memindahkan barang-barang dari apartemen dan satu hari penuh kami gunakan untuk membereskankan semua barang di rumah rahasia kami. Untungnya rumah ini besar sehingga mampu menampung semuanya walau kami harus memindahkan semua alat olahraga ke atap agar bisa memakai ruangan olahraga sebagai kamar untuk menampung semua barang-barang pindahan.     

Kami melebarkan kanopi di atap untuk melindungi semua alat-alat olahraga, sekaligus memasang peredam suara di dinding yang bersebelahan dengan workshop. Kami juga memasang lampu-lampu kecil di bawah kanopi karena aku yang memintanya agar terlihat lebih cantik saat malam tiba.     

Astro masih bersikeras akan membiarkan apartemennya kosong dan tak menyewakannya pada siapapun sebelum kami benar-benar pindah. Dia bahkan meminta keamanan apartemen untuk mengabarinya jika ada seseorang yang mencurigakan berkeliaran karena semua pengawal kami berjaga di sekitar kami.     

Dua hari berlalu dengan cepat karena ada begitu banyak hal yang kami lakukan. Entah kenapa aku baru merasa lelah sekarang, setelah semua perpindahan barang sudah selesai. Tubuhku bahkan terasa lemas dan aku hampir tertidur saat aku mendengar Astro bicara padaku.     

"Kalau mau tidur di kamar, Honey. Jangan di meja makan."     

Aku hanya sanggup menggumam. Mataku tetap terpejam dengan kedua tangan memeluk meja dan menopang pelipisku.     

"Ayo." ujarnya sambil berusaha mengangkat tubuhku di lengannya.     

Aku menolaknya dengan menjauhkan lengannya. Aku tahu dia juga lelah walau mungkin dia akan tetap kuat menggendongku menaiki tangga. Aku hanya tak ingin membebaninya.      

Aku justru menyandarkan punggung ke punggung kursi dan menatapnya lekat, "Bisa tolong ambilin laptopku?"     

Astro menatapku tak percaya, "Kamu udah lemes gitu mau kerja?"     

Aku mengangguk dan mencoba tersenyum manis. Walau aku tak tahu bagaimana senyumku terlihat saat ini.     

Astro menoleh untuk menatap jam di dinding dapur dan menatapku kembali, "Cuma satu jam ya."     

"Okay, Honey."     

Astro memberi tatapan sebal padaku sebelum berlalu. Aku sempat menatapi langkah kakinya sebelum menghilang dari pandanganku. Dia terlihat sexy sekali walau memakai kaos dan celana boxer selutut. Mungkin karena aku sudah terbiasa melihat tubuhnya hingga aku bisa dengan mudah menikmati lekuk tubuh yang tersembunyi.     

Astaga ... aku mesum sekali.     

Aku mengedarkan tatapanku ke sekeliling dapur. Dapur ini cukup luas. Lebih luas dari dapur milik Oma, tapi jauh lebih hening.     

Oma selalu menghabiskan waktu di dapur untuk memasak atau membuat kue. Bahkan saat Oma mulai belajar merajut pun, Oma selalu memilih dapur dan teras belakang sebagai tempat untuk melanjutkan rajutannya yang tertunda.     

Aku menggigit sedikit ujung bibirku. Jika kami pindah nanti dan tinggal di apartemen, mungkin akan lebih baik. Kami hanya berdua. Seharusnya sebuah apartemen cukup bagi kami, bukan?     

Astro mengelus puncak kepalaku saat kembali dan meletakkan dua laptop di atas meja makan. Seharusnya aku juga tahu dia tak akan melewatkan kesempatan bekerja.     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi tersenyum manis saat melihatnya menatapku tajam. Kurasa aku memang hanya akan memiliki waktu satu jam saja untuk menyelesaikan pekerjaanku. Aku menyalakan laptop dan wifi, lalu membuka semua bar pekerjaan yang terbengkalai hari ini. Aku mulai dengan mengecek email dari Sari.     

Sari semakin teliti dengan pekerjaannya, juga memberiku laporan tepat waktu tanpa cela. Semua laporan stok bahan, produk, omset, jam kerja setiap partner kerjaku, semua desain baru yang akan kami produksi dan desain lama yang tak akan kami produksi lagi, hingga nama-nama crafter baru yang belajar di toko. Jika perkiraanku tepat, aku akan memiliki dua partner kerja baru untuk menggantikan Gon dan Vinny.     

Aku baru saja akan membuka email dari Pak Bruce saat Astro menyentuh lenganku. Aku menoleh padanya dan dia menyodorkan laptopnya padaku, dengan pesan dari Axe yang berisi berbagai data.      

Ada sebuah percakapan panjang antara Putri dan seseorang bernama Rifki sejak akhir tahun lalu hingga sesaat sebelum kepindahan Putri yang membahas setiap detail kepindahannya ke Surabaya karena aku memintanya bekerja untukku di workshop. Juga ada sebuah data lengkap tentang Rifki yang ternyata adalah salah satu asisten dosen di kampusku yang lama saat itu, di jurusan yang berbeda denganku.     

Rifki adalah seseorang yang menyukai Zenatta sejak lama. Lokasi-lokasi tempat dia menggunakan internetnya sama dengan beberapa lokasi Dara menggunakan akunnya. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan informasi tentangku hingga bisa mendekati Putri dengan mulus, tapi aku cukup yakin dia adalah tipe laki-laki bucin. Sama seperti laki-laki yang berada di sebelahku saat ini.     

Aku : Itu aja? Ini Faza     

Axe : Ada banyak foto sama video, tapi kamu pasti ga mau liat mereka telanjang. Astro bisa ngamuk kalau aku kasih kamu foto sama video itu     

Aku menghela napas berat. Kepalaku terasa berdenyut mengganggu, jantungku berdetak semakin kencang dengan batu besar mengendap di dadaku. Kurasa aku tahu Putri baru saja dimanfaatkan oleh Rifki.     

Aku tak pernah begitu ingin tahu tentang hubungan asmara siapapun sampai saat ini. Aku tahu Putri memang pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki dan mereka memutuskan hubungan sebelum Putri pindah ke Surabaya. Aku hanya tak menyangka masalahku akan membawa masalah bagi orang lain juga.     

"Aku ga bisa mecat Putri." ujarku sambil terus menatap layar laptop.     

"Aku tau."     

"Aku harus ngasih tau dia soal ini sendiri?" aku bertanya sambil menoleh dan menatapnya.     

"Ga perlu. Axe bisa isengin akun Dara. Kamu liat aja besok." ujar Astro dengan kilat di matanya.     

Aku terdiam sebelum bicara, "Jangan terlalu jahat. Aku ga suka."     

Aku sengaja mengatakannya karena aku tahu dia akan mampu melakukan apapun jika dia menginginkanya. Aku hanya tak ingin membuat hati Putri lebih terluka. Mengetahui mantan kekasihnya mempermainkannya sedemikian rupa pasti akan terasa sangat menyakitkan.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Kamu mikir aku mau ngapain?"     

"Kamu bisa jadi jahat Astro. Aku tau. Aku ga mau kamu begitu."     

"Tapi emang ada banyak orang jahat di dunia ini. Kita aja dapet masalah terus, ga pa-pa kan kalau sekali-sekali kita yang bikin masalah?"     

Astaga....     

"Aku gatel mau bikin orang kesel juga." ujarnya dengan kilat berbahaya di matanya.     

Aku mencubit pipinya dengan kencang, "Aku ga suka kamu begitu. Kita bukan orang jahat, Astro. Kan kamu yang bilang jangan samain level kita sama mereka. Kamu kenapa sih?"     

"Aku lagi kesel. Kesel banget!"     

"Aku tau. Aku juga kesel. Capek, tapi aku ga mau jadi kayak mereka. Aku ga mau bikin orang lain sakit gara-gara aku atau kita." ujarku sambil melepas cubitanku dan menyodorkan laptopnya kembali padanya. "Aku percayain sama kamu, tapi aku ga mau punya suami jahat."     

Astro terlihat sedang bergumul dengan entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang, tapi aku akan mengabaikannya saja.     

Aku mengalihkan tatapanku kembali ke laptopku dan mulai meneliti email dari Pak Bruce walau aku tahu Astro masih menatap gerak-gerikku dengan seksama. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum satu jam waktu yang diberikan olehnya padaku habis. Entah bagaimana caranya.     

Aku baru menyelesaikan seperempat laporan saat Astro menyodorkan laptopnya padaku kembali. Ada sebuah akun sosial media dengan nama akun Dara. Sepertinya Astro sudah mengambil alih akun itu sekarang.     

Astro mengirimkan permintaan pertemanan pada akun sosial media Putri yang langsung diterima saat itu juga. Astro mengirimkan pesan pada Putri dengan sebuah foto.     

Astro (menggunakan akun Dara) : Kamu inget?     

Putri : Dari mana kamu dapet foto itu?     

Putri : Ga kapok-kapok ya kamu bikin ulah?     

Putri : Aku bisa laporin kamu ke polisi     

Astro : Jangan galak gitu. Ini aku Rifki, pakai akun Dara. Akun Dara ini aku yang bikin buat gangguin bos kamu     

Putri mengetik pesan lama sekali, tapi pesan itu tak juga datang. Namun handphoneku di atas meja bergetar, ada telepon dari Oma. Oma tak biasanya meneleponku di jam seperti ini.     

"Ya, Oma?" aku bertanya tepat saat aku mengangkat telepon dari Oma. Jantungku berdetak kencang sekali.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.