Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jaga



Jaga

2Donny : Vinny mau bakar toko. Rencananya di lantai dua yang katanya ada dapur. Istri kamu bodoh banget sih ngapain sediain dapur di toko craft?     

Aku menatapi pesan yang Donny kirimkan pada Astro melalui laptop. Jantungku berdetak kencang, juga terasa ada sesuatu yang berputar di perutku. Aku tahu aku sedang merasakan firasat buruk.     

Jika benar Gon tak tahu apapun tentang rencana Vinny seperti yang Vinny katakan pada Donny saat kami bertemu di lounge hotel, maka mungkin Vinny memang bergerak sendiri.      

Sebuah ruangan yang dulu ditempati oleh Putri sebagai kamar sudah berubah menjadi gudang penyimpanan bahan sejak Putri mengikutiku ke Surabaya. Ruangan itu sangat dekat dengan dapur yang memang kubangun di lantai dua. Ruangan itu akan mudah sekali terbakar dan api akan membesar, juga menjalar ke ruangan lain.     

Aku memang memiliki tiga tabung pemadam di toko, tapi jika kebakaran yang direncakan menjalar ke ruangan lain kurasa tiga tabung tak akan cukup. Apa yang harus kulakukan?     

Entah kenapa aku benar-benar merasa aku bodoh sekali. Aku menyambar handphone yang tergeletak di meja dan memberi Giana panggilan telepon. Aku tahu ini sudah larut sekali dan Giana mungkin saja sudah beristirahat, tapi aku akan mencoba peruntunganku lebih dulu.     

"Ya, Kak?" terdengar suara Giana yang tak bertenanga. Kurasa dia benar-benar sudah beristirahat dan aku membangunkannya.     

"Sorry ganggu kamu malem-malem. Aku bisa minta kamu nginep di toko mulai besok? Semua barang di ruangan bekas kamar Putri bisa dipindah."     

"Gimana, Kak?" Giana bertanya seolah tak mendengarku bicara sebelum ini.     

"Aku minta kamu nginep di ruko toko, Gi. Bisa?"     

"Aku nginep di toko?"     

"Iya. Di ruangan bekas kamarnya Putri."     

"Aku mau aja sih, tapi bukannya aku di toko cuma sementara aja sampai Kakak nemu crafter baru? Tadi Sari bilang udah nemu dua orang buat dikenalin ke Kakak kalau Kakak pulang."     

"Kamu mau atau ga? Kalau kamu ga mau aku minta Sari yang nginep di toko." ujarku dengan cepat. Aku tak memiliki waktu untuk membahas hal ini berputar-putar.     

"Aku ijin emakku dulu ya, Kak. Emak pasti bingung kalau aku tiba-tiba ga pulang."     

"Okay kamu ijin dulu. Sekarang."     

"Hah? Sekarang, Kak?"     

"Iya, sekarang. Besok kamu tinggal bawa barang dan nginep di sana."     

"Oh ... gitu ya, Kak. Duh ... sebentar aku liat dulu emakku udah tidur apa belum. Aku matiin telponnya ya."     

"Ga perlu dimatiin. Aku tunggu."     

"Oh ... okay."     

Lalu hening. Kurasa Giana meninggalkan handphonenya di kamar sementara dia mencari di mana ibunya berada.     

Aku menghela napas dan menoleh untuk menatap Astro, "Aku bodoh banget, ya?"     

Astro menggeleng dan mengelus puncak kepalaku, "Kamu cuma lagi apes. Ini salahku juga. Waktu kamu rekrut Gon sama Vinny, aku lagi kena kasus jadi aku ga bisa bantu kamu nyari tau siapa mereka. I'm sorry."     

"Bukan salah kamu. Aku yang polos banget ga manfaatin sumber daya Opa. Padahal aku bisa minta tolong."     

Astro menarikku mendekat padanya. Dia memelukku dengan melingkarkan kedua kakinya dan kedua lengannya di tubuhku. Hangat tubuhnya nyaman sekali. Andai aku sedang tak begini gusar, kurasa aku akan memilih untuk tidur sebentar.     

"Kak." terdengar suara Giana di ujung sambungan telepon kami.     

"Gimana?"     

"Emak nanya kenapa aku disuruh nginep di toko. Toko sama rumahku kan ga terlalu jauh, cuma perlu naik angkot."     

Aah....     

"Aku liat ada orang aneh yang lewat toko beberapa hari belakangan dari CCTV. Aku khawatir ada yang niat jahat. Kalau ada kamu kan kamu bisa cepet telpon polisi kalau ada apa-apa."     

"Ada yang mau nyuri, Kak? Beneran?"     

"Aku ga tau apa niatnya, tapi lebih bagus kalau ada yang jaga toko sementara waktu. Kamu mau ga? Kalau ga mau aku minta Sari yang nginep."     

"Sebentar aku tanya emak dulu ya, Kak. Aku ga berani mutusin ini sendiri."     

"Okay."     

Lalu hening kembali. Jantungku masih belum bisa kukendalikan saat ini walau hangat tubuh Astro sudah memberiku sedikit ketenangan. Kecupannya di puncak kepalaku pun tak berhasil mengurangi rasa gusarku.     

Sial ... Kenapa ada begitu banyak masalah datang bersamaan saat aku sedang menstruasi? Emosiku benar-benar diuji saat ini.     

"Sabar, Honey. Kamu harus nenangin diri dulu." ujar Astro dengan bibir bergerak di puncak kepalaku.     

Aku hanya mampu menggumam. Aku tahu dia benar dan itulah yang sedang berusaha kulakukan, tapi ini terasa sulit sekali. Aku melirik jam di dinding studio, pukul 22.39. Aku tak memiliki banyak waktu lagi.     

"Kak, emakku ngijinin, tapi nanti kalau ada apa-apa gimana? Aku cuma sendirian di toko."     

Astaga ... apa yang harus kulakukan sekarang?     

"Kamu takut?" aku bertanya.     

"Em ... aku ga berani."     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Ya udah ga usah. Aku minta Sari aja yang nginep. Maaf udah ganggu kamu malem-malem. Aku tutup ya."     

Aku langsung menutup telepon dan meletakkannya di sofa di sebelahku, lalu memeluk Astro erat karena aku butuh menenangkan diri lebih dulu. Di pikiranku sekarang berkelebat berbagai macam hal dan tak ada satu pun yang terlihat bagus bagiku.     

Bertahun-tahun aku mengelola bisnis craft itu hingga berhasil memiliki satu ruko dan satu cabang kecil. Aku bahkan berencana membuka cabang baru saat aku pindah ke Surabaya walau niatku batal dan aku justru membangun sebuah workshop perhiasan.     

Dengan mudahnya seseorang berniat jahat dan sudah berencana membakar hasil kerja keras yang kubangun bertahun-tahun. Aku merasa kesal sekali. Aku bahkan cukup yakin aku akan mampu memaki seseorang di titik ini.     

"Kamu bisa sewa orang jaga di depan toko, Honey." ujar Astro sambil terus memelukku erat.     

Aku tahu dia benar. Aku hanya tak ingin Vinny merasa curiga jika aku mempekerjakan orang baru. Menurut laporan Giana sore tadi, Vinny terlihat terkejut sekali saat melihatnya berada di toko.      

Giana berkata, Vinny terlihat seperti sedang berhati-hati walau Giana tak terlalu banyak mengajaknya berbincang. Justru Gon lah yang banyak berbincang dengan Giana dan menanyakan bagaiamana rasanya mengelola cabang kecil yang kupercayakan padanya.     

Aku melonggarkan pelukanku dan menatap Astro lekat, "Harus?"     

"Pilihannya di tangan kamu. Kecuali kamu mau sengaja biarin toko kamu kebakar dan gugat Vinny. Mau gimana pun, kamu pasti bisa nemu bukti kalau kebakaran itu udah direncanain. Sekalian aja kamu jeblosin Vinny ke penjara."     

Aah....     

"Aku ga setega itu, Astro."     

Astro menaikkan bahu, "Keputusannya ada di kamu. Kalau aku yang jadi bosnya, aku udah pecat dia sekarang. Masa bodoh dia mau mikir apa. Aku ga akan rela hasil kerjaku dihancurin gitu aja."     

Lagi-lagi dia benar. Aku memang memiliki banyak pilihan. Aku hanya ... tak tega untuk melakukan hal semacam itu. Aku bodoh sekali.     

Aku mengambil laptop Astro dan mengetikkan pesan pada Donny.     

Aku : Gimana caranya kamu dapetin info itu?     

Donny : Aku mancing papa bocorin rencana     

Sial ... berarti Vinny memang tak semudah itu berubah pikiran. Aku tahu Donny mengajak Vinny bicara setelah dia pulang dari Surabaya dan itu sudah berlalu beberapa hari. Kurasa Donny memang tak mendapatkan informasi apapun dari Vinny.     

Donny : Aku bisa kirim orang jaga di depan toko istri kamu kalau kamu mau, tapi aku minta tender     

"Ngelunjak banget orang ini." ujar Astro dengan ketus setelah membaca pesan Donny dan mengetikkan pesan balasan untuknya.     

Astro: Kalau cuma bayar orang buat jaga toko aku juga bisa, ga perlu nunggu bantuan kamu     

Donny : Ayolah, pasti ada cara buat bikin tender sama kamu. Terder yang waktu itu gimana?     

Astro : Batal     

Astro langsung menutup bar percakapannya dengan Donny dan mematikan laptop. Tatapan kesalnya jelas sekali, tapi segera berubah lebih lembut saat menoleh untuk menatapku.     

"Aku harus gimana, Astro?"     

"Kamu mau aku yang ambil keputusan?"     

Aku menyandarkan kepala di bahunya dan bicara tanpa menatapnya, "Aku bingung."     

"Okay. Aku yang ambil keputusan. Kamu ga boleh protes."     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.