Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Menyayangkan



Menyayangkan

0Tiba-tiba aku merasa panik saat kami sampai di deretan pohon karet yang gelap. Kami sebentar lagi sampai ke rumah opa. Tangan Astro masih menggenggam tanganku sejak kami berangkat beberapa jam lalu, tapi tak mampu menghalau panik yang datang tanpa diduga.     

Astro mengelus jariku perlahan, "It's okay."     

Aku mendongkak dan mengangguk. Aku tahu kami akan baik-baik saja. Bagaimana tidak? Kami akan pulang ke rumah opa.     

Aku hanya tiba-tiba merasa perutku berputar saat membayangkan opa mungkin saja menyembunyikan bunda dariku. Juga saat membayangkan apa saja yang opa bicarakan dengan Zen atau apa yang terjadi di antara keduanya. Harus kuakui aku merasa tak rela.     

Astro memelukku lebih erat dan mengecup dahiku, "Kita pulang, Honey. Oma kangen banget kan sama kamu?"     

Aku hanya mampu mengangguk. Sebetulnya aku sudah menyiapkan banyak pertanyaan tentang Zen atau bunda, tapi semua pertanyaanku terasa terlalu menuntut hingga aku berniat tak akan bertanya tentang apapun. Lagi pula, aku tak ingin ada kamera opa yang merekam pembicaraanku di rumah itu.     

Mobil opa mulai memasuki halaman rumah, dengan pak Said yang menjemput kami di bandara sebagai supirnya. Juga ada Jian yang duduk di kursi sebelah kemudi untuk menjaga kami.     

Jantungku berdetak semakin kencang dengan sensasi berputar di perutku yang terasa lebih intens saat menatap rumah tua yang bertahun-tahun menjadi tempat tinggalku hingga beberapa bulan yang lalu. Sepertinya Astro menyadarinya hingga mengecup jariku sedikit lebih lama dan tersenyum padaku.     

"Kamu harus senyum atau opa akan khawatir." bisik Astro dengan cepat dan jelas, tepat di telingaku.     

Aku mengangguk sambil menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ini terasa lebih baik.     

Aku mengecup pipinya dan menatapnya lekat, "Thank you."     

Astro mengecup dahiku sampai mobil benar-benar berhenti, lalu melepas kecupannya dan membuka pintu untuk mengajakku turun bersamanya. Dia baru saja akan berjalan ke bagasi saat Jian memberi isyarat dia lah yang akan membantu kami mengambilkan koper. Astro hanya mengangguk dan memimpin langkahku menuju rumah, dengan tangannya yang masih menggenggam tanganku.     

Setiap langkah mendekati rumah membuat jantungku berdetak semakin kencang. Bahkan terasa berhenti berdetak saat Astro mengetuk pintu. Namun segera berubah menjadi detakannya yang biasa yang dipenuhi dengan kehangatan saat oma membuka pintu dengan tatapan khawatir.     

"Oma bilang kan jangan maksain diri ke sini malem ini. Besok aja ga pa-pa kok." ujar oma sambil memelukku dengan erat dan mengusap punggungku.     

Aku melepas genggaman tangan Astro dan memeluk oma dengan erat, "Ga maksain kok, Oma. Astro bisa diajakin pulang sekarang makanya kita berangkat malem ini. Faza kangen banget."     

Oma melonggarkan pelukannya hingga aku bisa menyalami dan mencium tangannya. Lalu Astro melakukan hal yang sama.     

"Masuk yuk, ini udah malem. Kalian harusnya udah istirahat sekarang." ujar oma sambil mengamit tanganku dan menarikku masuk.     

Aku mengangguk dan mengamit tangan Astro dengan tanganku yang lain. Entah kenapa semua pikiran burukku tiba-tiba menghilang hanya dengan menggenggam tangan mereka.     

"Saya langsung pamit ya. Ada janji ketemu bu Nia." ujar Jian yang berdiri di belakang kami sambil menyodorkan koper pada Astro.     

Astro mengangguk, "Titip salam buat ibu sama ayah."     

"Permisi." ujar Jian yang mengangguk dan langsung berlalu.     

"Oma sehat?" Astro bertanya saat oma menutup pintu dengan canggung sambil menatap Jian yang berjalan menjauh.     

Oma menoleh pada Astro, "Oma sehat. Kalian makan dulu ya baru istirahat. Ngobrolnya besok aja."     

Astro menatapku untuk meminta pendapat. Aku hanya mengangguk.     

"Iya, Oma. Opa udah istirahat ya?" Astro bertanya.     

"Opa ada di ruang baca, yapi besok aja kalau mau ketemu. Opa belakangan ini sibuk. Mungkin nanti langsung istirahat kalau udah selesai. Nanti Oma kasih tau opa kalau kalian udah sampai."     

Opa sibuk adalah hal yang aneh untukku. Sepengetahuanku opa selalu bisa mengendalikan semua yang opa inginkan dari jauh karena opa memiliki orang-orang yang bisa dipercaya.     

Aku menoleh untuk menatap Astro dalam diam. Kurasa dia juga memiliki pemikiran yang sama denganku karena menganggukkan kepalanya.     

"Sini kopernya Oma taruh di kamar. Kalian makan dulu." ujar oma sambil melepas tanganku saat kami sampai di ruang tengah.     

"Astro aja. Oma ga perlu repot begitu." ujar Astro sambil melepas genggaman tangannya padaku dan berjalan menjauh. "Kamu ke dapur duluan."     

Aku hanya mengangguk dan mempererat genggaman tanganku pada oma. Aku tahu oma pasti akan menyiapkan semuanya saat aku dan Astro datang. Aku hanya tak ingin oma menganggapku sebagai tamu.     

"Oma temenin Faza makan sebentar ya? Faza kangen." ujarku sambil memeluk lengan oma.     

Oma tersenyum, "Oma temenin ngobrol sebentar ya. Oma udah makan tadi bareng opa."     

Kurasa aku tak bisa meminta yang lebih dari itu, maka aku mengangguk. Aku menarik sebuah kursi untuk oma duduk sebelum duduk di kursi lain di sebelahnya, kursi yang biasa kududuki selama bertahun-tahun.     

"Oma minta maaf ga ngasih tau Faza dulu kalau opa ngijinin Zen dateng ke makam. Kemarin Zen sempet bilang ke Oma kalau ternyata Faza baru tau dari Zen." ujar oma sambil menuang teh dari teko ke dua gelas dan menyodorkan satu padaku.     

"Ga pa-pa, Oma. Faza ga masalah kok."     

Oma menatapku dengan tatapan khawatir, "Sebenernya opa sempet ga setuju Faza minta orang buat jaga makam. Selama ini kan makam baik-baik aja. Opa sempet mikir kalau orang itu orang suruhan Astro, tapi oma bilang Faza yang minta makam dijagain karena Faza ga bisa sering ke makam lagi."     

Aku memang pernah memberitahu oma bahwa aku mempekerjakan seseorang untuk menjaga makam karena aku sudah jarang datang untuk membersihkan makam itu. Oma menyetujuinya dengan mudah saat aku mengatakannya. Aku tak tahu ternyata opa merasa keberatan dengan hal itu.     

"Makasih ya, Oma. Faza emang pengen makam itu bersih terus. Kan Faza jarang pulang. Faza juga ga mungkin minta oma bersih-bersih di sana."     

Oma menepuk punggung tanganku yang berada di atas meja, "Oma ngerti, tapi kalau nanti opa bilang ke Faza kalau opa keberatan, Faza bisa jelasin aja ya? Opa kan pernah bilang opa ga akan ikut campur keputusan Faza."     

Aku mengangguk, "Zen masih sering main catur sama opa?"     

"Hampir setiap sabtu minggu. Oma jadi heran kenapa Zen ga cari pacar. Faza kan udah nikah."     

Aku hampir saja tertawa, tapi aku menahannya semampuku. Aku pun memiliki pendapat yang sama. Walau memang benar aku lah yang mengizinkannya bermain catur bersama opa jika dia memiliki waktu, tapi bukan berarti dia harus datang setiap sabtu dan minggu. Tunggu sebentar....     

"Jadi Oma tau Zen suka sama Faza?" aku bertanya.     

Oma menghela napas, "Oma emang udah tua, tapi Oma ga bodoh. Buat apa laki-laki dateng setiap minggu kalau bukan buat deketin Faza?"     

Begitukah?     

"Oma pernah bilang ke Zen kalau Faza udah milih Astro dari pertama kali Zen dateng bawa catur, tapi dia dateng terus. Oma jadi ga tega mau bilang itu lagi. Lagian Zen juga ga pernah minta ngobrol sama Faza. Zen fokus sama opa, jadi Oma biarin. Tingkahnya persis opa muda dulu. Ga gampang nyerah, keras kepala." ujar oma dengan senyum di bibirnya.     

Kurasa aku semakin mengerti kenapa Zen bersikap sulit ditebak dan selalu penuh percaya diri. Dia mungkin saja merasa mendapatkan izin untuk mendekatiku karena opa dan oma memang membuka kesempatan baginya.     

"Faza udah nikah, Oma. Oma bisa kasih tau Zen, dia ga harus dateng tiap weekend. Dia bisa cari perempuan lain."     

Entah ada apa dengan tatapan oma padaku, tapi aku mendapatkan kesan oma menyayangkan ucapanku. Atau mungkin, menyayangkan keputusanku untuk memilih Astro.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.