Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Istirahat



Istirahat

2"Baik banget ya, Nyonya Cantik? Bilang mau istirahat, tapi malah kerja." ujar Astro sambil menyentil dahiku saat aku baru saja menyalami dan mencium tangannya.     

Aku menatapnya tak percaya, hingga tak ada satu kalimat pun yang keluar dari bibirku. Dia baru saja menyebutku "nyonya".     

Astro menggenggam tanganku dan membawaku masuk ke kamar workshop diikuti oleh tatapan semua orang. Yang mengherankan, mereka justru tersenyum melihat kami. Dia meletakkan ransel di meja kerja setelah mengunci kamar, lalu memelukku erat dan mencumbu bibirku dengan lembut. Wajah kami merona merah sekali saat kami saling melepaskan diri.     

"Mau dihukum apa?" Astro bertanya sambil mengatur napasnya.     

Aku hanya terdiam sambil menutup bibirku dengan tangan.     

"Joget dangdut ya? Tapi pakai lingerie."     

"Seriously?"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengangguk penuh kemenangan, "Kan kamu juga hukum aku joget dangdut kalau aku bikin ulah. Sekarang kamu aku hukum karena kamu bikin ulah. Enak aja bilangnya mau istirahat, tapi malah keliaran di workshop seharian."     

"Itu ..."     

Astro mencubit pipiku pelan, "Apa?"     

"Aku ... bosen."     

"Coba ngomong lagi. Tambah bikin ulah aku tambahin hukuman kamu." ujarnya yang masih mencubit pipiku.     

"Maaf. Aku ga niat kerja kok. Lagian aku cuma merhatiin mereka. Aku ga ngapa-ngapain." ujarku sambil mencoba melepas cubitannya di pipiku walau tak terasa sakit.     

Astro memberiku tatapan sebal sambil melepas cubitannya, "Hukuman kamu aku tagih nanti malem. Sekarang kamu istirahat. Ga boleh kerja. Kerjanya nanti malem sekalian bantuin aku ngecek laporan mingguan resto sama resort. Okay?"     

Kurasa aku harus mengikuti keputusannya walau aku tak menyukainya, maka aku mengangguk. Aku memang bersalah. Seharusnya aku tak menampakkan diri di workshop hari ini.     

Astro menghela napas dan mengajakku melewati lemari menuju kamar di rumah rahasia kami. Dia mengajakku duduk di tepi tempat tidur dan menatapku lekat, "Kamu yang minta istirahat kan? Sekarang kamu istirahat. Aku bangunin kalau aku mau kerja nanti. Kamu udah janji tetep sehat. Katanya mau nemenin aku sampai tua?"     

Aah bagaimana pula aku harus menjawabnya? Sedangkan aku sama sekali tidak mengantuk.     

"Okay, Honey?" Astro bertanya dengan tatapan menuntut.     

Aku hanya mampu terdiam dan mengangguk.     

Astro meraih kepalaku dan mengecup dahiku, "Aku tinggal ke workshop ya. Nanti aku balik ke sini kamu udah harus tidur. Kalau ga tidur aku kasih hukuman tambahan."     

Aku menatapnya dengan tatapan sebal, tapi Astro membalas tatapanku dengan tatapan tajam. Aku mengangguk dan merebahkan tubuh di tempat tidur. Kurasa aku akan mencari cara, entah bagaimana, untuk segera tidur. Aku harus membuat Astro tidak mengubah pikirannya untuk membawaku pulang besok malam atau aku harus menunggu sebulan lamanya untuk bisa bertemu Denada dan itu jelas adalah hal yang akan memperburuk keadaan.     

Astro menegadahkan tangannya padaku, "Mana hape kamu? Nanti aku tinggal malah main hape."     

Aku mengambil handphoneku di saku dan memberikannya pada Astro dengan terpaksa. Dia menerimanya dengan senyum tipis dan segera memasukkan handphoneku ke saku jaketnya.     

"Aku tinggal ya." ujarnya sambil mengelus puncak kepalaku.     

Aku hanya mengangguk.     

Astro mengecup dahiku sebelum bangkit dan menghilang di pintu rahasia menuju workshop. Dia meninggalkanku seorang diri di kamar bercat maroon ini.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Terasa sepi sekali hingga aku bisa mendengar suara detakan detik jam menggema di telingaku. Sebetulnya aku ingin sekali turun dari tempat tidur dan mencari entah apa di dalam kulkas, tapi aku khawatir Astro akan muncul tiba-tiba dan menambah hukuman untukku.     

Aku menghela napas perlahan dan mencoba memejamkan mataku. Aku membayangkan ada domba melompat dan menghitungnya, tapi setelah hitungan ke seratus aku masih belum mengantuk.     

Aku menggeser tubuh dan meringkuk ke samping. Aku membayangkan ada Astro sedang memelukku, tapi tak berhasil membuatku merasa mengantuk. Padahal akan lebih baik jika ada Astro sedang memelukku, detakan jantungnya selalu menemaniku terlelap sejak kami menikah.     

Aku mengelus bantal miliknya dan memeluknya. Aroma green tea tertinggal di sana. Kenapa aku justru merindukannya sekarang?     

Padahal mudah saja bagiku untuk bertemu dengannya. Aku hanya tinggal melangkahkan kaki menuju lemari dan aku akan mendapati Astro di workshop. Yang menjadi asalah adalah dia pasti akan marah jika aku melakukannya. Dia baru saja memintaku untuk beristirahat dan aku menyanggupinya.     

Aku membenamkan wajahku di bantal miliknya dan membayangkan sedang memeluknya. Begini terasa lebih baik, walau pasti jauh lebih baik jika aku benar-benar memeluknya.     

Entah bagaimana tubuhku berangsur terasa lebih tenang, irama napasku mulai lambat dan teratur, bahkan suara detakan jam yang sebelumnya menggema di telingaku mulai berangsur hilang. Sekarang yang kulihat hanya sebuah tempat yang terang, sejuk dan menenangkan.     

Tak ada apapun di sini. Kurasa hanya ada aku, juga semua pikiran yang saling bersahutan. Namun entah kenapa aku menanggapinya dengan tenang, seolah aku bisa mengendalikan semuanya dengan mudah tanpa merasakan emosi yang bergejolak.     

Sebuah suara memanggilku. Saat aku membuka mata, Astro sedang berbaring dan menatapku dengan lembut.     

"Jam berapa?" entah kenapa aku bertanya tentang jam. Mungkin karena yang terakhir menghilang dsri kesadaranku beberapa saat lalu adalah bunyi detakan jam.     

"Jam setengah delapan." ujarnya sambil mengamit bantal yang kupeluk dan memakainya. "Denada chat kamu."     

Tiba-tiba detakan jantungku terasa kencang. Apa yang baru saja kudengar? Aku tidak sedang salah mendengar bukan?     

Aku memaksa tubuhku bangkit dan duduk, "Hapeku mana?"     

Astro terlihat ragu-ragu saat bangkit dan duduk di hadapanku sambil mengambil handphone di saku jaketmya, "Jangan nangis ya."     

Sial ... aku bahkan belum melihat pesan apa yang Denada kirimkan untukku. Aku mengambil handphoneku dari tangan Astro dengan paksa dan membukanya dengan jari yang sedikit bergetar. Astaga ... aku bahkan tak pernah merasa begini salah tingkah saat menerima pesan dari Astro.     

Aku menggigit bibir bawahku saat aku melihat nama Denada di aplikasi pesanku, dengan foto profilnya sedang menutup wajah dengan sebuah boneka. Entah bagaimana, hanya dengan melihat foto profilnya mampu membuat detakan jantungku kehilangan iramanya. Aku membuka pesan darinya dengan satu ketukan di layar handphone.     

Denada : Aku tunggu di rumah     

Air mataku meleleh hanya dengan membaca satu pesan darinya. Kurasa sekarang aku tahu kenapa Astro memintaku untuk tidak menangis. Dia benar-benar mengerti aku.     

Aku : Okay     

Denada membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Entah kenapa hatiku terasa sakit. Sakit yang sama seperti saat Astro mendiamkanku dua hari yang lalu hingga aku memutuskan untuk pergi dengan berjalan kaki.     

Aku : Aku kangen     

Denada mengetikkan pesan selama beberapa lama, tapi sepertinya dia membatalkan niatnya untuk membalas pesanku karena pesan darinya tak kunjung datang.     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kurasa aku tak perlu menunggunya membalasku. Aku sudah memberitahunya apa yang ingin kuberitahukan padanya. Itu saja cukup bagiku.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.