Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Heboh



Heboh

1Lyra sudah pergi sejak dua jam yang lalu karena aku yang memintanya. Bukan kerena aku merasa tak nyaman dengan kehadirannya, aku hanya sedang ingin sendiri.     

Aku memintanya untuk tak menceritakan masalah kehamilan yang sedang aku dan Astro perdebatkan pada orang lain. Terutama ayah dan ibu, juga opa dan oma. Aku tak ingin memancing keributan yang tak perlu. Lagi pula entah kenapa aku yakin hasilnya akan tetap negatif walau Astro akan mengajakku ke dokter setelah dia pulang.     

Lyra memang mengajakku berbincang. Kami membicarakan banyak hal dan akan duduk diam sambil membaca di sekitarku saat aku sedang bekerja. Namun kurasa akan lebih baik jika dia berkeliling untuk mengecek keadaan.      

Sekarang aku sedang membaca buku tentang kehamilan yang Denada berikan padaku sebagai hadiah pernikahan. Aku mendapatkan banyak informasi yang selama ini tak kuketahui.     

Pada banyak perempuan, mereka tak mengalami mual dan muntah saat hamil. Yang justru menjadikan mual bukan sebagai indikator hamil atau tidaknya seseorang.      

Di buku itu tertulis sebaiknya melakukan USG jika ingin mengetahui keberadaan janin dengan jelas. Terlebih, memang akan lebih baik jika melakukan konsultasi dengan petugas medis mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika ingin melakukan program hamil karena ada banyak informasi hoax dan mitos menyesatkan yang tersebar tentang kehamilan.     

Entah sudah berapa lama tanpa sadar aku mengelus perutku. Aku sendiri merasa terkejut saat menyadari tanganku sedang menyusup ke dalam perutku sendiri, yang membuatku mengingat tingkah Astro tadi pagi. Tunggu sebentar....     

Dia sudah sering mengelus perutku dan berpura-pura sedang bicara pada calon anaknya sejak kami menikah. Dia tidak hanya melakukannya tadi pagi. Benarkah dia benar-benar berharap aku hamil sejak saat itu?     

Aku mengambil handphone dan menemukan pesan dari Astro yang dikirim sepuluh menit yang lalu. Kurasa aku terlalu fokus membaca hingga tak menyadari ada pesan darinya.     

Astro : Sebentar lagi aku sampai. Siap-siap ya. Kita ke dokter     

Aku : Okay     

Aku menghela napas sesaat dan meletakkan buku yang kubaca di atas meja. Aku akan membacanya lagi nanti jika aku memiliki waktu luang. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari. Apa yang harus kupakai untuk berkunjung ke dokter kandungan?      

Aku tak memiliki sebuah daster karena aku tak suka memakainya. Aku memang memiliki dress, tapi kurasa dress itu terlalu berlebihan untuk kunjungan ke dokter kandungan. Aku menatap penampilanku sendiri di cermin, dengan sebuah kaos yang sedikit kebesaran, celana panjang dan jaket. Mungkin ini saja cukup.     

Kurasa aku akan membawa buku nikah andai saja kami dianggap melakukan hubungan terlarang di luar nikah, maka aku mengambil sebuah clutch dan memasukkan kedua buku nikah milikku dan Astro. Aku juga memasukkan handphone dan dompet, juga sebuah buku sketsa kecil dan satu pak pensil warna andai aku terlalu bosan untuk menunggu giliranku.     

Aku mengambil topi dan memakainya, lalu keluar kamar dan menuruni tangga. Tepat saat aku akan membuka pintu depan, Astro membuka gerbang dan berjalan masuk ke halaman.     

Aku mengunci pintu dan menghampiri Astro, lalu menyalami dan mencium tangannya. Dia meraih kepalaku dan mengecup bibirku.     

"Ready?"     

Aku hanya mengangguk dan tersenyum manis. Astro mengamit tanganku dan membimbingku hingga aku duduk, lalu menutup gerbang dan menguncinya. Dia kembali masuk ke mobil dan duduk di balik kemudi.     

"Kenapa tadi kamu ngusir Lyra? Aku kan minta dia jagain kamu." dia bertanya sambil menyalakan mobil dan memulai perjalanan kami.     

Aah sepertinya Lyra melapor padanya....     

Aku menoleh dan mengelus wajahnya, "Jangan cemberut gitu. Nanti gantengnya ilang."     

Astro menatapku sebal, "Aku ga mau kamu sendirian di rumah. Kalau ada apa-apa gimana? Kamu sama calon bayiku harus aman, kamu tau?"     

"Aku ga pa-pa kok sendiri di rumah. Kamu udah makan kan?"     

Astro hanya menggumam mengiyakan. Entah bagaimana, tapi sejak tadi pagi dia selalu mengoceh tentang bagaimana jika aku benar-benar hamil. Dia bahkan memaksaku menghabiskan porsi makan yang lebih banyak dari biasanya, memintaku untuk tidak bekerja, juga melarangku mengangkat benda apapun. Alih-alih terasa menyebalkan, aku justru merasa dia menggemaskan.     

Aku melepas elusanku wajahnya, lalu meletakkan tanganku di antara persneling dan tangannya. Dulu dia selalu melakukan hal ini saat ingin selalu menggenggam tanganku sebelum kami menikah.     

Astro mengelus jariku yang berada di bawah tangannya, "Jaga diri baik-baik. Aku ga mau kamu sakit."     

"Aku sehat kok."     

Astro menoleh padaku, tapi tak mengatakan apapun. Lalu kembali fokus ke rute perjalanan kami. Aku tahu dia gugup, dia hanya tak menyebutkannya karena ingin mengelola perasannya sendiri.      

"Abis dari dokter mau ke mana?"     

"Kamu mau jalan-jalan?"     

"Kalau kamu ga keberatan. Kerjaan kamu kan banyak."     

"Aku bisa nemenin kamu sampai jam tujuh, tapi abis itu kita pulang. Semua kerjaanku ada di rumah."     

Aku mengecup tengkuknya dan menarik diriku kembali bersandar pada punggung kursi, "Thank you."     

"Jangan mancing, Honey. Kamu yang minta kita libur making love beberapa hari, tapi kalau kamu nakal begitu aku ga akan repot-repot nahan diri."     

Aku tersenyum manis, "Aku anak baik, kamu tau?"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan menyentil dahiku, "Iya anak baik yang kecanduan making love gara-gara aku manjain tiap hari."     

Dia benar. Aku mengalihkan tatapanku ke luar jendela di sebelahku, tapi aku mengamati ekspresi Astro dari pantulan sosoknya. Dia masih tersenyum, tapi tatapannya menghadap ke depan.     

"Aku mau liat berapa hari kamu bisa tahan ga minta aku manjain. Dua hari? Erm kayaknya cuma sehari." ujarnya sambil mengelus jariku.     

Uugh laki-laki ini benar-benar menyebalkan....     

Aku mengabaikannya hingga hening di antara kami. Aku hanya memperhatikan pemandangan sepanjang jalan dari jendela sambil membalas elusannya di jariku hingga kami sampai di rumah sakit khusus ibu dan anak.     

Astro memarkir mobil. Lalu keluar dan membukakan pintu untukku. Dia mengamit tanganku dan membimbingku masuk menuju rumah sakit. Aku bisa merasakan tangannya basah karena keringat.     

"Nervous?" Astro bertanya tanpa menatapku.     

"Bukannya kamu yang lagi nervous?"     

Astro menoleh dan tersenyum tipis, "Keliatan banget?"     

Aku menaikkan bahu, tapi tak mengatakan apapun. Kurasa akan lebih baik jika aku membiarkannya mengelola perasaannya. Dia tak akan suka aku mengoceh di saat seperti ini.     

Kami sampai di meja pendaftaran. Astro mengajakku duduk di kursi yang ada dan menjelaskan maksud kami datang untuk bertemu dengan dokter kandungan. Dia berkata dia sudah membuat janji sebelumnya.     

Proses pendaftaran berlangsung dengan cepat. Kami diberitahu harus ke mana dan melakukan apa. Kami mengangguk dan berterimakasih sebelum bangkit. Kami baru saja akan melangkah menjauh, saat aku mendengar salah seorang staf pendaftaran berbicara cukup jelas.     

"Mereka bukannya yang sempet heboh nikah muda itu ya? Udah hamil aja?"     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.