Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Es



Es

1Aku berbaring di bantal milikku sendiri yang terasa dingin. Aku mengalihkan tubuhku membelakangi Astro karena tak ingin menatapnya.     

Menatapi dinding kamar yang bercat maroon justru membuatku merasa lebih buruk. Sepertinya benar aku bersikap begitu tega padanya. Bagaimana tidak? Coba lihat semua yang sudah dia lakukan untukku.     

Aku menghela napas dan memejamkan mata, ada bulir air hangat lolos dari selanya. Dadaku terasa sesak dan yang bisa kulakukan hanya meremas ujung bantal untuk menahan isak yang mungkin keluar.     

Kenapa aku menjadi begitu membingungkan? Aku bahkan tak tahu apa yang kuinginkan.     

Di depan mataku sekarang hanya ada kelebatan saat Astro mengenggamku menuju meja di tengah pantai, dengan tatapan yang tenang dan mantap. Juga bibirnya saat kami bercumbu di tengah senja setelah kami menikah.     

Aku membuka mata saat Astro memindahkan kepalaku dari bantal ke lengannya dan memelukku dari belakang. Hangat napasnya membelai puncak kepalaku, yang entah bagaimana menjalar hingga ke dadaku dan menghentikan air mata yang mengalir.     

"Aku ga akan ngerayu. Aku cuma mau peluk, jadi jangan nolak." ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku.     

Aku hanya mengangguk dan menggumam sambil terus menatap dinding. Entah apa yang harus kukatakan padanya.     

Lalu hening lama sekali. Hingga rasanya aku memejamkan mata dan tertidur tanpa memikirkan apapun lagi. Dia menepati ucapannya, dia hanya memelukku.     

Aku memaksa mataku terbuka dengan kepala yang terasa sakit saat alarm handphone berbunyi. Masih ada lengan Astro sebagai tempat kepalaku berbaring, dengan lengannya yang lain memeluk lenganku dan tangannya menggenggam tanganku. Kenapa baru sekarang aku berpikir mungkin saja dia merasa lelah bertahan dengan posisi ini semalaman?     

Aku meraih handphone dan mematikan alarm. Aku memang memasang alarm lebih pagi sejak kemarin, pukul 04.05. Jika semalam Astro berkata aku terbangun saat hampir jam dua, berarti dia baru tidur sekitar dua jam.     

Aku mengelus jarinya yang menggenggamku perlahan, lalu mengangkat lengannya yang memelukku sebelum beranjak turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Aku tak ingin membangunkannya sekarang. Aku akan membangunkannya satu setengah jam lagi.     

Aku merapatkan selimut ke tubuhnya dan mengecup dahinya, lalu menatapnya dalam diam. Astro memang selalu terlihat tampan walau sedang tertidur.     

Aku hampir saja akan menyentuhnya lagi, tapi aku membatalkannya. Akan lebih baik jika aku tak mengganggunya sekarang. Dia membutuhkan waktu beristirahat sedikit lebih lama.     

Aku memasukkan handphone ke saku dan mengambil laptop dari studio. Aku kembali ke kamar dan menuju ke dinding pembatas. Aku keluar dari lemari di sisi kamar yang lain dengan hati-hati, lalu berjalan menuruni tangga menuju dapur.     

Aku meletakkan laptop dan handphone di meja makan, lalu menghampiri kulkas. Isi kulkasku masih sama seperti kemarin. Mungkin aku akan membeli satu kulkas tambahan untuk partner kerjaku agar mereka tak merasa sungkan jika ingin menyimpan makanan.     

Aku mencuci semua perkakas kotor, mengambil berbagai bahan makanan di kulkas dan mulai memasak. Kemarin, Astro lah yang memasak karena dia memiliki janji untuk memasak untukku sejak kami berjalan di pantai sepulang dari dokter kandungan. Kuharap dia tak akan mengoceh tentang aku tak boleh terlalu lelah saat dia bangun nanti.     

Kami bahkan belum menyelesaikan masalah kami semalam.     

Bagaimana aku harus membahasnya lagi nanti untuk mendapatkan jawaban? Bukankah akan sangat canggung membahas masalah yang sudah terlewat? Astro bahkan memelukku hingga aku tertidur. Apakah dia menganggap yang semalam bukanlah masalah baginya?     

Aku meninggalkan opor ayam yang belum matang di atas wajan dan menunggunya matang sambil mulai memasak sambal goreng kentang. Kenapa tiba-tiba aku mengingat kwetiau yang pernah membuat kami saling berdiam diri selama beberapa hari? Walau kwetiau itu juga yang membuatku mengatakan padanya aku bersedia menunggu.     

Aku berpikir sesaat, lalu mencuci tangan dengan sabun dan mengelapnya. Aku berlari menaiki tangga dan masuk ke kamar, lalu memasuki lemari dengan hati-hati dan muncul di kamar rumah rahasia kami.      

Aku melihat Astro baru saja keluar dari kamar mandi, sedang berhenti mengusap rambutnya yang basah dan menatapku dengan canggung. Dia hanya memakai celana boxer selutut dan dada masih telanjang.     

Aku berjalan cepat untuk menghampirinya dan memeluknya erat. Dia masih membeku. Dia bahkan menahan napas, tapi detak jantungnya mulai berirama kencang.     

Aku mendongkak untuk menatapnya, "Aku minta maaf."     

Ada senyum canggung mengembang di bibirnya. Sepertinya dia mulai mengambil napas lagi. Jelas sekali terlihat tak percaya aku baru saja meminta maaf.     

"Aku minta maaf. Aku serius."     

Astro mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum bicara, "Ga masalah kalau ga aku maafin kan? Aku marah banget kalau kamu mau tau."     

Seperti ada bongkahan es jatuh ke dasar perutku saat mendengarnya bicara. Sebetulnya aku masih belum yakin kenapa aku meminta maaf. Aku hanya tak ingin dia melukai dirinya sendiri karena melampiaskan kekesalannya seperti dua tahun lalu. Jari-jarinya terluka karena memukul samsak entah berapa kali.     

Aku menarik napas perlahan, "Aku akan tetep minta maaf walau kamu ga maafin."     

Aku memang mengatakannya, tapi terasa seperti ada lubang menganga di dalam dadaku. Ini terasa menyebalkan.     

Astro menurunkan tangan yang sesaat lalu masih memegang handuk di kepalanya dan merapikan helaian rambut ke belakang telingaku, "Tapi aku ga bisa marah lama-lama sama kamu."     

Entah bagaimana, tapi tatapan matanya berubah menjadi jauh lebih lembut. Dia mengamit tengkukku dan mengecup puncak kepalaku.     

"Aku cinta banget sama kamu, kamu tau?" ujarnya dengan bibir masih menempel di puncak kepalaku.     

Aku mendongkak untuk menatapnya dan mengecup bibirnya, "Aku juga, emangnya kamu ga tau?"     

"Sayang kamu ga mau batalin hukuman. Aku kan masih punya waktu buat manjain kamu sekarang."     

Aah sial ... tatapan itu lagi.     

"Pakai baju kamu. Aku harus balik ke dapur, aku lagi masak." ujarku sambil melepas pelukanku dan berjalan menjauh.     

Astro mengamit tanganku dan menggenggamnya. Membuatku menghentikan langkah dan menoleh padanya, tapi dia menarikku berjalan ke lubang menganga dan kami keluar dari lemari di sisi kamar yang lain.     

"Kamu harus pakai baju dulu, kamu tau?" ujarku saat Astro memimpin langkah keluar kamar workshop.     

"Ga perlu. Aku mau bikin kamu lama-lama liat badanku yang sexy. Aku mau bikin kamu ga tahan nahan hukuman kamu." ujarnya tanpa menoleh.     

Astaga ... apa yang baru saja kudengar?     

Aku menatapnya tak percaya, tapi aku tak sanggup mengatakan apapun. Dia baru saja berkata tak akan memaafkanku dan sekarang dia sedang berusaha membuatku membatalkan hukumanku untuknya.     

Opor ayam yang kumasak hampir matang saat kami sampai di dapur, tapi Astro memaksaku duduk di salah satu kursi meja makan. Dia memberiku tatapan tajam sambil menarik kursi untuk memintaku duduk, lalu menaruh handuk yang sejak tadi menempel di bahunya ke salah satu punggung kursi yang lain.     

"Aku aja yang masak. Kamu lanjutin kerjaan kamu semalem." ujarnya sambil beranjak menghampiri berbagai bahan masakan yang tadi kutinggalkan. "Kamu mau bikin sambel goreng kentang?"     

Aku mengangguk sambil menatapnya yang bergerak cepat untuk menyalakan chopper. Dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkutat untuk menyelesaikan masakan yang kutinggalkan.     

Aku menopang dagu sambil menatapnya dalam diam. Dia benar-benar berniat membuatku membatalkan hukuman. Coba lihat tubuhnya yang sexy sedang bergerak untuk memasak. Perempuan lain mungkin akan segera menariknya untuk melepas hasrat.     

"Terus aja liatin aku sampai kamu puas. Kalau ga tahan kamu bisa tarik aku balik ke kamar, kamu tau?" ujarnya sambil menoleh padaku dan memberiku seyum menggodanya yang biasa. Ucapannya tepat seperti yang baru saja kupikirkan.     

Aku tersenyum manis, "Terus aja usaha. Aku masih ga pengen tuh."     

Senyum menggoda di bibirnya lenyap dan berubah dengan tatapan lapar. Namun dia mengalihkan tatapannya dan kembali berkutat untuk memasak.     

Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku tahu dia sedang merasa sangat kesal. Akan lebih baik jika aku membiarkannya saja dan tak mengganggunya untuk sementara waktu.     

Aku menyalakan laptop dan mengecek semua foto yang sudah diedit. Astro benar saat berkata dia sudah mengedit semuanya. Dia juga sudah mengunggahnya ke website dan halaman sosial media. Bahkan kalimat yang dia pilih untuk keterangan gambar sangat bagus, tak mengherankan karena dia memang sudah terbiasa menggunakan kalimat persuasif untuk memancing respon orang lain.     

Kurasa aku baru saja menyadari beberapa waktu belakangan ini dia jarang sekali menggunakan kalimat persuasifnya padaku. Dia terasa lebih jujur dan menggunakan kalimat yang memang dia ingin katakan. Sepertinya aku lah yang belum terbiasa dengan cara barunya untuk memberitahu padaku apa yang ada di dalam hatinya, hingga membuat kami bertengkar semalam.     

Aku menatapnya dalam diam. Dia benar-benar pandai memasak dan dia tulus memasak untukku walau aku tahu suasana hatinya sedang buruk sekali.     

Aku bangkit dan menghampirinya, lalu mematikan kompor dan menariknya menjauh. Aku mendorong tububnya menempel ke kitchen set, lalu meraih tengkuknya dan mencumbu bibirnya. Coba lihat betapa dia sangat menginginkanku.     

Aku menahan wajahnya saat kami mengambil napas, "Cuma ... ciuman, Honey. Aku ga akan kasih lebih.."     

Tatapannya berubah menjadi penuh hasrat, "Aku tau. Dasar bawel."     

Dia mencumbuku lebih dalam. Kurasa masalah kami selesai tanpa ada kata-kata yang terucap untuk menjelaskan. Entah berapa lama aku membiarkannya melepas perasaannya, tapi dia benar-benar menepati ucapannya. Kami hanya bercumbu.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.