Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bangunan



Bangunan

0Aku sedang memperhatikan petunjuk dari GPS di layar handphone untuk menyusuri jalan pulang. Seingatku tadi aku tidak melewati jalan ini saat dalam perjalanan menuju apartemen. Aplikasi GPS di handphone-ku memang akan menunjukkan jalan yang bebas hambatan, tapi terkadang terasa menyebalkan saat aku diberi saran arah di area yang masih sangat baru untukku.     

Lagu yang melantun dari radio membuatku merasa lebih baik di tengah kepanikanku mencari jalan pulang. Sepertinya aku harus menenangkan diri sebentar. Aku menepikan mobil dan menarik napas panjang beberapa kali, lalu mengambil handphone dari holder sebelah kemudi.     

Mencari alternatif jalan lain sepertinya menjadi satu-satunya pilihan yang kumiliki. Aku berkutat dengan semua pilihan jalur selama beberapa lama, sampai akhirnya aku memutuskan akan memakai aplikasi GPS yang lain. Astro pasti akan khawatir jika dia tahu aku tersesat seperti ini.     

Aku baru berkendara sekitar setengah jam dari apartemennya. Kami berbincang lama sekali karena aku tak tega menolak permintaannya untuk berbincang denganku sedikit lebih lama. Dengan kondisiku saat ini, sepertinya aku akan sampai di rumah sekitar jam setengah sembilan malam.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Matahari sudah menggantung rendah di ufuk sana. Senja yang terlihat cantik bagiku yang mulai merasa lelah. Kemudian mataku terpaku pada sebuah bangunan yang sudah sedikit tua di pinggir jalan, dengan spanduk bertuliskan "DIJUAL" di balkon lantai tiga. Cukup terlihat jelas untukku yang berjarak tak lebih dari dua puluh meter.     

Aku menyalakan mobilku kembali dan mengendarainya perlahan hingga sampai tepat di depan bangunannya. Kemudian mengambil beberapa foto sebelum keluar dari mobil.     

Bangunan itu sepertinya dulunya adalah rumah, tapi direnovasi sedemikian rupa hingga terlihat minimalis. Ada kafe kecil di luar bangunan, dengan kusen baja dan kaca yang memenuhi lebar bangunan. Bangunan itu juga memiliki pohon melati belanda yang menjalar di satu sisi dinding menuju balkon lantai tiga.     

Aku turun dari mobil dengan menenteng ransel dan handphone. Sepertinya bangunan itu masih berpenghuni. Aku mengetuk pintunya beberapa kali, "Permisi."     

"Ya?" terdengar suara lembut seseorang dari dalam, lalu seorang wanita berusia sekitar 55 tahun muncul membukakan pintu.     

"Sore, Bu."     

"Sore. Ada apa ya?"     

"Saya liat ada spanduk di atas. Katanya bangunan ini dijual. Ibu pemiliknya?"     

Ibu itu menatapku dari atas, ke bawah, lalu kembali. Ada kebingungan yang terpancar jelas dari matanya. Sepertinya aku mengerti. Dipikir bagaimanapun, seorang perempuan seusiaku bertanya tentang bangunan yang dijual adalah hal yang aneh.     

"Sebentar ya, Bu." ujarku sambil mundur beberapa langkah dan menelepon Lyra dengan suara pelan. "Bisa tolong aku?"     

"Ibu-ibu itu ngancem kamu?" Lyra bertanya.     

"Aku mau nanya bangunan ini dijual atau ga, tapi kayaknya ibu itu ga percaya. Kalian ke sini ya. Bilang aja om sama tanteku."     

"Okay."     

Aku menutup sambungan telepon dan kembali menghadapi wanita yang masih menatapku dengan tatapan bingung. Situasi ini membuatku merasa canggung.     

"Faza udah sampai duluan ya? Maaf, Tante lama." ujar Lyra yang tiba-tiba datang, dengan Rommy di sisinya.     

"Ga pa-pa, Tante. Bu, ini Tanteku." ujarku.     

Lyra mengulurkan tangan pada wanita itu, "Nama saya Lyra. Ini Rommy suami saya."     

"Oh iya, nama saya Jumini. Ada keperluan apa ya?" wanita itu bertanya, tapi wajahnya terlihat bersinar.     

"Saya mau nanya soal bangunan ini. Bangunan ini bener mau dijual, Bu?"     

"Iya, betul. Bangunan ini memang mau dijual. Mari masuk dulu. Silakan."     

Aku membiarkan Lyra dan Rommy masuk lebih dulu sementara aku melihat-lihat struktur bangunan dan mengambil foto sudut-sudut bangunannya. Aku tahu mereka pasti mengerti apa yang harus dilakukan.     

Bangunan ini memiliki cat biru muda yang sudah terkelupas di berbagai bagian. Ada area yang luas di lantai ini andai aku ingin membuka cabang toko craft. Lahan parkir di luar juga cukup luas jika bagian kafenya dihilangkan dan sepertinya cukup untuk tiga buah mobil terparkir bersamaan. Aku hanya perlu merenovasi beberapa bagiannya.     

Lyra memberi isyarat padaku untuk mengikutinya ke lantai dua. Ada satu kamar, satu ruangan kedap suara dan sebuah ruangan lebar di tengah, dengan jendela lebar sepanjang lebar ruangan yang mengingatkanku pada rumah Astro. Yang berbeda adalah jendelanya langsung memperlihatkan keadaan jalan raya di bawah sana tanpa balkon.     

Aku mengikuti Lyra dan Rommy naik satu lantai lagi, di sini hanya ada lahan kosong dan banyak pohon. Sepertinya pohon-pohon yang merupakan pohon hasil cangkokan karena berukuran kecil namun banyak yang sudah berbuah, juga ada banyak tanaman bunga. Ada tiga kursi panjang dengan satu meja di tengah yang dilindungi dengan kanopi transparan di atasnya. Aku menyukai bangunan ini.     

Aku memberi isyarat pada Rommy, sepertinya dia mengerti. Aku berjalan mendekat hingga cukup untukku mendengar pembicaraan mereka.     

"Ibu simpen nomor saya dulu. Nanti saya ke sini lagi. Nomor Ibu udah saya simpen. Nanti saya telpon dulu sebelum saya ke sini." ujar Rommy.     

"Jangan dijual ke orang lain ya, Bu. Kita lagi buru-buru mau ke kota sebelah sekarang." ujar Lyra.     

"Oh iya, nanti spanduknya saya turunin." ujar Bu Jumini.     

Aku sudah cukup mendengar pembicaraan mereka. Aku berjalan menjauh untuk duduk di salah satu meja panjang dan mengirimkan pesan berisi berbagai foto yang baru saja kuambil pada Astro.     

Aku : Aku udah nemu mahar yang aku mau. Bisa?     

Astro : Bisa, Honey. Kasih aku alamatnya     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku sama sekali tak menyangka akan menemukan mahar yang kucari di tengah perjalanan pulang dari apartemennya.     

Aku tak tahu apakah aku akan meminta Astro tinggal di sini setelah kami menikah, tapi tempat ini cocok sebagai cabang tokoku yang baru. Bangunan ini berada tepat di sisi jalan besar dan terlihat cantik. Dengan sedikit renovasi, kurasa bangunan ini akan menarik perhatian pengendara jika sudah siap dipakai.     

Lyra memberi isyarat padaku untuk turun. Aku mengikutinya. Kami pamit untuk melanjutkan perjalanan saat keluar. Bu Jumini terlihat senang sekali saat melepas kami pergi.     

"Bisa anter aku pulang? Aku mau tidur dulu sebentar." ujarku pada Lyra.     

Lyra hanya mengangguk dan memberi isyarat pada Rommy. Sepertinya Rommy mengerti. Lyra mengikutiku ke mobilku sementara Rommy kembali ke mobil mereka.     

"Kalian ga ngelakuin aneh-aneh di apartemen tadi kan?" Lyra bertanya sambil menyalakan mobilku.     

Aku menoleh padanya, "Emangnya aku keliatan abis kayak gitu?"     

Lyra tersenyum, "Aku ga bisa tiba-tiba dobrak apartemen yang dikasih password."     

Aku menghela napas, "Aku cuma masak buat Astro. Abis itu kita cuma ngobrol kok."     

Lyra melirikku penuh arti, "Nakal sedikit ga pa-pa kok. Aku ga akan lapor."     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Kurasa akan lebih baik jika aku tidur saja. Tubuhku terasa lelah sekali.     

Aku menyalakan radio sebelum mengalihkan pandangan ke jendela di sampingku. Senja terlihat cantik sekarang, dengan semburat gelap yang mulai muncul, membuat hatiku terasa lebih tenang.     

Handphone-ku bergetar. Ada pesan dari Astro.     

Astro : Besok aku minta Jian ngurusin semua transaksi jual beli bangunan itu. Kamu mau buka cabang Lavender's Craft di sana?     

Aku : Kamu ngerti aku banget ya?     

Astro : Mau aku renovasi sekalian?     

Aku : Boleh kalau ga ngerepotin, tapi desainnya aku yang pilih     

Astro : Tapi ada syaratnya     

Aku : Apa?     

Astro : Sampai rumah nanti kamu harus langsung istirahat. Ga usah kerja dulu. Aku ga mau kamu sakit juga kayak aku     

Aku : Baik, Tuan Astro     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.