Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sama



Sama

0Aku terbangun dengan napas memburu dan keringat yang membasahi seluruh tubuh. Denada dan Mayang sedang memperhatikanku dengan tatapan khawatir saat aku membuka mata.     

Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Sosok Astro yang terluka dengan banyak darah di kursi pesawat masih terbayang jelas di depan mataku.     

"Kamu mimpi buruk lagi?" Mayang bertanya sambil mengelus punggungku.     

Entah bagaimana aku harus menjawabnya. Aku sudah berjanji pada mereka untuk melupakan Astro sementara waktu, tapi sosok Astro yang terluka itu menghantui mimpiku lagi.     

Denada mencoba melepas tangan yang menutupi wajahku, "Itu cuma mimpi, Faza."     

Aku membiarkan Denada melepas tangan dari wajahku. Aku menatap kedua sahabatku bergantian. Aku berharap tak melihat sosok Astro yang terluka lagi, tapi sepertinya mataku basah.     

"Aku ga tau kenapa aku mimpi itu lagi." ujarku sambil mengelap pipi yang basah dengan punggung tangan.     

"Ga pa-pa. Itu cuma mimpi." ujar Mayang.     

"Kalau ada apa-apa sama Astro, opa pasti ngasih tau." ujar Denada.     

Aku mengangguk sambil menarik napas dan menghembuskannya perlahan beberapa kali untuk menenangkan diri. Hanya Opa yang tahu di mana Astro berada sekarang. Jika memang terjadi sesuatu, seharusnya Opa sudah memberitahukannya padaku. Setidaknya kuharap begitu.     

"Mau mandi duluan? Udah pagi sih." ujar Denada.     

Aku melirik jam di dinding kamar Mayang, pukul 05.52. Aku mengedarkan pandangan ke arah jendela yang masih tertutup gorden. Sudah ada semburat cahaya matahari lolos dari selanya.     

"Kalian aja duluan. Aku mau ngecek email dulu sebentar." ujarku.     

Semalam Denada membuat kami sibuk dengan melakukan berbagai eksprimen tatanan rambut. Aku sama sekali tak sempat membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan. Denada dan Mayang saling bertatapan, tapi sepertinya mereka mengerti aku membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan pikiran.     

"Ya udah, aku duluan ya." ujar Mayang.     

Aku mengangguk, sepertinya Denada juga setuju. Aku meraih ransel yang tergeletak di samping tempat tidur, menyalakan laptop dan mengaktifkan wifi. Kemudian mengecek semua email yang kemarin belum sempat kubaca.     

"Za ..."     

"Kenapa?"     

"Kyle yang kemarin disebut Mayang itu agen rahasia?" Denada bertanya dengan suara pelan.     

Aku menghentikan aktivitas membaca email dan menoleh ke arah Denada, "Kamu coba tanya sendiri aja sama dia nanti ya. Karyawan Opa kan banyak."     

Kemarin aku memang berkata pada Mayang dan Denada bahwa Kyle bekerja untuk Opa, tapi aku tak memberitahu mereka apa pekerjaan Kyle yang sebenarnya.     

Denada terlihat berpikir sesaat sebelum mengangguk, "Lanjutin kerjaan kamu deh. Seharian nanti ga boleh pegang laptop lagi ya. Kamu kan ketemu kita mau santai-santai. Bukan mau kerja."     

Aku hanya mengangguk, lalu menggeser tubuh untuk menyandarkan punggung. Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat Astro yang selalu menungguku sambil menyandarkan punggung di dinding saat aku sedang berganti pakaian di toilet dekat parkiran sepeda.     

Aku menghela napas, "Apa yang paling kamu inget soal Petra?"     

Denada menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencari entah apa di kopernya, "Waktu dia nembak aku."     

Astro tak pernah menyatakan cintanya padaku lebih dulu. Akulah yang berkata bersedia menunggunya. Kami bahkan tak pernah berpacaran atau secara terbuka mendeklarasikan hubungan sebagai kekasih. Kami hanya secara natural terlihat seperti pasangan.     

"Selain itu?" aku bertanya.     

"Waktu kita lagi ..., kamu tau ...?"     

Aku terdiam sebelum bicara, "Kamu bilang kamu belum pernah making love?"     

Seingatku Denada memang pernah berkata belum pernah bercinta dengan Petra. Mungkinkah maksudnya adalah saat mereka melakukan kegiatan intim lainnya?     

"Emang belum, tapi kita kan pernah ..."     

Sepertinya dugaanku benar. Aku mengangguk dan tersenyum hanya untuk membuatnya tak merasa bersalah. Denada tak akan merelakan sesuatu pada Petra jika dia tak benar-benar mencintainya, bukan?     

Aku baru saja mengerti kenapa Denada begitu kesal padaku saat aku berkata dia akan cepat mendapatkan pengganti Petra andai saja mereka memutuskan hubungan. Tiba-tiba aku merasa aku bodoh sekali, "Sorry ya, kemarin aku ngomong kelewatan."     

"Bukan salah kamu. Mama juga bilang gitu kok. Aku cuma ... ga siap kalau emang beneran bakal putus daei Petra."     

Kedua mata Denada basah, tapi segera diseka oleh lengannya, yang membuatku menaruh laptop dan memeluknya tiba-tiba. Aku tak tau apa yang harus kukatakan. Aku tak terlalu mengerti dengan hubungannya dengan Petra. Mayang lah yang mengenal Petra lebih baik dibanding aku.     

"Aku ngiri sama kamu. Astro berani ngelamar sebelum kalian ngapa-ngapain."     

"Kamu percaya sama Petra?" aku bertanya sambil menatap matanya.     

"Aku ... ga tau. Dia belakangan emang aneh. Aku ga ngerti apa maunya."     

Sepertinya Denada mengatakannya dengan jujur. Aku tak tahu hubungan percintaan bisa serumit itu. Seingatku, aku dan Astro hanya saling berdebat tentang segala hal. Kami tak pernah terlalu lama saling mendiamkan satu sama lain.     

Aku mengelus lengan Denada untuk memberinya sedikit ketenangan. Aku bahkan tak yakin apakah aku akan mampu menenangkan hatinya.     

"Abis nemenin kamu, aku bisa langsung ke Aussie. Doain aku sama Petra baik-baik aja ya."     

Aku mengangguk, "Aku doain apapun yang bisa bikin kamu bahagia Denada."     

"Thank you."     

"Aku yang makasih karena kamu mau nemenin aku seminggu."     

"Kamu kan sahabatku. Aku kenal kamu lebih dulu dibanding Petra. Lagian kalau aku nikah nanti, aku mau kamu sama Mayang yang nemenin aku melepas masa lajang seminggu." ujarnya dengan senyum yang terlihat cantik sekali.     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Nanti aku paksa Astro buat ngasih aku ijin nemenin kamu seminggu. Kalau dia ga ngasih ijin nanti aku kabur."     

Denada tertawa, "Nanti aku rayu opa buat maksa dia ngasih ijin. Kamu ga boleh kabur dari suami. Durhaka kamu nanti."     

Aku memberinya tatapan sebal. Mengingat Astro yang sedang sengaja menghindariku membuat suasana baik di hatiku menguap.     

Entah apakah aku bersikap berlebihan saat mengecup sudut bibirnya di Gua Kreo. Mungkin Astro memang kesulitan menahan diri sama sepertiku. Aku bahkan tak tahu kenapa aku melakukannya. Kenapa ini baru terasa memalukan sekarang?     

"Ngobrolin apa kalian?" Mayang bertanya sambil mengusap wajah dengan handuk dan duduk di sebelah kami.     

Aku dan Denada saling bertatapan dan tersenyum, tapi tak mengatakan apapun. Aku akan menyimpan pembicaraan ini menjadi rahasia di antara kami. Sama seperti saat Denada menyimpan pembicaraan kami malam sebelum aku berkata pada Astro bahwa aku bersedia menunggunya.     

"Aku mandi duluan ya. Kamu masih mau kerja kan?" Denada bertanya padaku.     

Aku mengangguk. Sebetulnya suasana hatiku untuk bekerja sudah menguap sejak tadi, tapi aku akan memaksa diri untuk mengecek semua email dan memberi kabar pada Pak Bruce, Putri dan Pak Simon bahwa aku ingin berlibur sampai akhir minggu ini.     

Aku memiliki dua sahabat yang bersedia menghabiskan waktu bersamaku. Sepertinya setelah ini aku akan benar-benar meninggalkan pekerjaanku. Semua pekerjaanku bisa menunggu.     

Denada bangkit dan menghilang ke dalam kamar mandi. Meninggalkanku dan Mayang yang sedang saling menatap.     

"Denada pasti galau banget soal Petra. Aku sebenernya dari awal ga begitu setuju mereka pacaran, tapi aku kasih dukungan karena Denada sahabatku. Asal dia bahagia, aku juga bahagia. Kalau kayak gini akhirnya, aku ngerasa nyesel kenapa ga ngelarang dari awal." ujar Mayang dengan nada pelan.     

Aku baru mengetahui hal ini. Aku mengusap lengan Mayang dan tersenyum, "Aku akan lakuin hal yang sama kalau aku jadi kamu."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.