Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Wine



Wine

2Saat dalam perjalanan pulang dari salon berjam-jam lalu, aku sempat melihat mobil Rommy dan Lyra menyusul sebuah mobil lain dan mereka tak terlihat lagi sesaat setelahnya. Aku sudah menunggu saat hanya berdua dengan Kyle untuk bertanya, tapi rupanya lebih sulit untuk mengajaknya bicara ketika ada Denada dan Mayang di sekitarku. Mereka bertanya macam-macam hal pada Kyle karena Kyle terlihat sangat pintar. Aku bahkan tak menemukan waktu untuk bicara pada Kyle di bandara, juga saat kami dalam perjalanan ke resort hingga merasa akan menyerah saja untuk membicarakannya.     

"Nona mau istirahat dulu atau mau langsung makan malam?" Kyle bertanya.     

Aku menoleh pada kedua sahabatku untuk meminta pendapat. Mereka memberi isyarat untuk kami langsung makan malam setelah menaruh barang-barang di kamar.     

"Langsung makan aja abis naruh barang." ujarku. Kyle mengangguk dan berlalu ke kamar di sebelah kamar kami.     

Resort yang kami pesan adalah resort yang berbentuk unik, dengan belasan kamar berbentuk rumah-rumah kecil yang mengelilingi sebuah kolam renang berbentuk bulat. Di tengah kolam renang itu terdapat sebuah restoran.     

Resort ini ada di sebuah pulau yang disebut Gili Air. Pulau kecil yang penuh dengan berbagai resort, villa dan berbagai penginapan lainnya. Sepertinya kami bisa mengelilingi pulau ini dalam waktu satu hari dengan berjalan kaki, tapi pasti akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk menikmati setiap sudutnya.     

Aku melirik jam di dinding kamar resort, pukul 18.02. Sebetulnya belum terlalu malam. Langit senja juga masih terlihat cantik. Andai saja kami sudah sampai beberapa jam lalu, aku akan mengajak Kyle dan kedua sahabatku menikmati senja di pantai.     

"Ini diberesin nanti aja ya? Kita makan dulu. Aku laper banget." ujar Mayang.     

Aku dan Denada mengangguk setuju, lalu kami keluar kamar. Sudah ada Kyle yang menunggu tepat di depan pintu. Kyle memimpin langkah kami menuju restoran dan memanggil seorang staf pramusaji. Kami memesan berbagai porsi seafood dan salad, juga minuman dan beberapa camilan.     

"Nona punya rencana besok mau ke mana?" Kyle bertanya.     

"Aku terserah mereka." ujarku sambil menatap kedua sahabatku bergantian. Aku sudah berniat akan menghabiskan waktu bersama mereka hingga akhir minggu ini. Aku juga akan membiarkan mereka mengambil keputusan apa saja yang akan kami lakukan.     

"Besok pagi aku mau liat sunrise." ujar Mayang.     

"Kita diving yuk besok. Di sini ada yang nyewain perlengkapan diving, jadi tinggal pakai." ujar Denada.     

Aku mengangguk untuk menanggapi permintaan mereka, "Sorenya kita ke pantai liat sunset."     

Kami semua menyetujui rencana mendadak itu. Lalu mulai membicarakan tentang beberapa pulau kecil lain di sekitar pulau ini yang bisa kami kunjungi selama lima hari berada di sini.     

"Kalau Nona mau kita bisa ikut ngelepas anak kura-kura ke laut. Di Turtle Sanctuary di pulau sebelah, pulau Gili Meno." ujar Kyle.     

"Seru tuh kayaknya." ujar Mayang.     

"Emang boleh ya anak kura-kura kita pegang buat dilepas?" aku bertanya.     

"Boleh kali. Kalau ga boleh mana mungkin dibikin sanctuary kan?" Denada bertanya.     

Sepertinya aku akan mencari tahu soal ini di mesin peramban setelah berenang. Kolam renang di sekitar kami begitu menggoda. Akan sayang sekali jika aku hanya menatapnya.     

Salah satu trauma yang menghilang dariku adalah trauma berenang. Astro membantuku menghilangkannya saat kami pergi ke pantai. Dia memaksaku untuk mengejarnya ke area yang cukup dalam. Aku hampir saja kehilangan kesadaran andai saja Astro tak membantu memaksa tubuhku bergerak.     

Aku tahu dia sangat menyebalkan karena sering menggunakan kalimat-kalimat persuasifnya yang sulit kutolak. Entah apakah dia tahu aku memang memiliki kesulitan menolak permintaan atau karena dia memang begitu lihai bicara. Namun dalam banyak hal dia juga sering menenangkanku, memberiku lelucon aneh yang membuatku tertawa, bahkan bisa membuatku menurutinya hanya dengan mendiamkanku selama beberapa lama.     

Denada menyodorkan seekor udang panggang di depan mulutku, "Waktunya makan, Faza. Udah dibilang jangan mikirin Astro, masih juga dipikirin. Untung aja Astro ga ada di sini. Kalau ada di sini udah aku lelepin ke laut dari tadi."     

Aku tertawa sambil mengambil udang dari tangan Denada. Akan lebih baik aku mengisi perut lebih dulu. Astro akan menatapku dengan tatapan tajam jika dia melihatku begitu kurus karena memikirkannya. Sial, aku bahkan masih juga memikirkannya.     

"Nona ga minum alkohol kan?" Kyle bertanya.     

Aku menggeleng sambil terus mengunyah. Mayang juga melakukan hal yang sama.     

"Aku minum, tapi cuma wine." ujar Denada.     

Kyle mengangguk, "Ga berniat minum kan malam ini, Nona Denada?"     

"Sebenernya pengen, tapi kalau ga ada yang nemenin kayaknya aku batal minum." ujar Denada sambil menatapku dan Mayang bergantian.     

Aku memang tak pernah meminum alkohol. Keluargaku dan keluarga Astro melarangnya. Entah kenapa aku tiba-tiba mengingat Ray. Astro berkata Ray "dibuang" ke Irlandia karena meminum minuman keras dan memiliki sikap sangat buruk.     

Menurutku Mayang dan Denada juga memiliki keluarga yang cukup ketat, tapi aku memang menyadari kebiasaan Denada meminum wine sejak aku ikut pertemuan beberapa kali. Aku hanya tak tahu bagaimana Denada bisa memiliki kebiasaan itu.     

"Kyle minum wine kalau emang terpaksa karena kerjaan, tapi Kyle saranin Nona Denada berhenti minum." ujar Kyle.     

"Tapi rasanya enak. Kayak lagi jatuh cinta." ujar Denada.     

Aku menoleh pada Denada untuk memperhatikan ekspresi yang dia tunjukkan. Sepertinya dia mengatakannya dengan jujur. Aku memang tak tahu bagaimana rasanya, tapi mungkin memang benar seperti itu.     

"Nona Denada single?" Kyle bertanya.     

Denada hampir saja tersedak makanannya sendiri. Aku menyodorkan padanya segelas minuman dan memberi Kyle tatapan tajam.     

"Kyle minta maaf. Nona Denada ga perlu jawab kok." ujar Kyle.     

Denada memberinya isyarat tangan setelah meminum beberapa tegukan, "Aku punya pacar."     

Kyle memberi Denada senyumnya yang terlihat menawan, tapi sepertinya Kyle merasa kecewa. Tatapan matanya tak akan bisa membohongiku. Aku mengalihkan tatapan ke Mayang, sepertinya Mayang juga menyadarinya. Aku memang belum bertanya pada Kyle apakah dia sudah memiliki pasangan, tapi jika tebakanku tepat, sepertinya aku akan bisa menjodohkannya dengan Denada.     

Kami melanjutkan aktivitas makan dengan membicarakan banyak hal lain. Kegiatan, kuliah, cita-cita, juga apa yang akan kami lakukan bertahun-tahun ke depan. Aku hanya berharap, kami bertiga selalu bersahabat. Tak peduli bagaimana pun sibuknya kami nanti saat kami sudah lebih dewasa memiliki berbagai kegiatan.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.