Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Dive



Dive

2Setelah memenuhi janji pada Mayang untuk menikmati matahari terbit di pantai, kami berpindah tempat ke sebuah tempat kursus scuba dive yang bisa dilakukan dalam waktu satu hari. Aku dan Denada memang sudah bisa menyelam. Kami hanya menemani Mayang belajar dari instruktur profesional sebelum benar-benar mengajaknya menikmati pemandangan bawah laut.     

Sebetulnya aku masih merasa kesal dengan Astro yang tiba-tiba menghilang saat mengecek laptop semalam. Terasa seperti aku bisa saja memukulnya jika kami bertemu kembali.     

Sekarang aku hanya akan berusaha bersikap seolah tak terjadi apa-apa pada Mayang dan Denada. Aku tak ingin merusak suasana yang sudah susah payah mereka bangun untuk kami bertiga.     

Aku sudah memutuskan akan merelakan semua perasaan pada pemandangan cantik di hadapanku. Langit biru cerah sedikit berawan, laut jernih menghampar, juga pemandangan bawah laut memukau yang sebentar lagi akan kulihat. Pemandangan ini akan menjadi pengganti Astro bagiku hari ini.     

Instruktur selam memberikan aba-aba pada kami untuk segera menjatuhkan tubuh dari kapal. Aku sempat memberi semangat dengan isyarat saat melihat Mayang sedikit gugup, tapi sepertinya dia akan baik-baik saja. Kursus singkatnya beberapa saat lalu berjalan baik sekali.     

Dalam hitungan tiga, kami semua sudah menyelam. Kami hanya diperbolehkan menyelam di kedalaman 12 meter karena Mayang masih dalam tahap belajar, tapi pemandangan di depanku benar-benar mengalihkan perasaan kesal.     

Aku melihat dua penyu beukuran cukup besar berenang di kejauhan, ada ikan badut, banyak bintang laut, anemon, ikan volitan hitam dan kuda laut. Aku menyelam ke terumbu karang yang lebih dalam dan menjelajah sampai merasa puas.     

Perasaan kesalku berubah menjadi bersyukur saat ini. Pemandangan ini tak terjadi begitu saja, bukan? Menjaga laut tetap indah adalah pekerjaan berat dan tak bisa dilakukan hanya oleh satu orang.     

Satu sampah yang dibuang sembarangan bisa mematikan banyak ekosistem cantik ini. Mereka bisa mati saat memakan sampah plastik. Bahkan kehilangan tempat tinggal andai lingkungan ini tercemar limbah.     

Sepertinya sekarang aku mengerti betapa sulitnya pekerjaan Ayah saat ada kapal bahan bakar yang terbakar di perairan Pulau Ambon. Entah apa yang mereka lakukan untuk mengatasinya. Mungkin aku akan bertanya setelah pulang nanti.     

Aku menghampiri seekor penyu yang berenang di dekatku. Hewan-hewan laut ini membuatku mengingat keluargaku. Andai Opa dan Oma bisa berusia sepanjang usia penyu, mungkin aku tak akan sekhawatir ini meninggalkan mereka berdua di rumah tua itu.     

Aku juga bisa membayangkan andai aku memiliki anak dan anak-anakku tak akan bisa hidup karena bumi mereka terlalu kotor. Mungkin kami tak akan bertahan hidup dalam waktu lama.     

Aku menoleh untuk mencari kedua sahabatku. Mayang terlihat menikmati pengalaman menyelam pertamanya. Dia bisa menyelam dengan baik sejauh ini. Denada sedang sibuk mengambil berbagai foto pemandangan bawah laut dengan kamera. Sedangkan Kyle yang sedang menyelam di dekat Denada. Entah bagaimana aku merasa Kyle benar-benar menyukai Denada.     

Ada banyak penyelam lain di sekitarku. Tak hanya dari rombongan instruktur sewaan kami, tapi juga rombongan lainnya.     

Tunggu sebentar, ada sosok seseorang yang terlihat sangat mirip dengan Astro sedang menyelam di kejauhan. Haruskah aku menghampirinya? Aku mungkin hanya akan mempermalukan diri saat mengetahui dia bukanlah Astro. Sial, bahkan di saat seperti ini aku masih tak mampu melupakannya.     

Semalam, setelah aku melihat Astro menghilang dalam waktu beberapa detik setelah aku merasa sangat senang, suasana hatiku berubah buruk sekali. Aku merasa marah, kesal, sedih dan frustrasi di saat yang sama. Aku bahkan mengajak Kyle ke restoran untuk mencari makanan apapun yang bisa mengalihkan perasaan kesalku.     

Kyle ingin memaksaku kembali ke kamar, tapi tak tega menolak saat aku memberinya tatapan tajam. Sepertinya aku benar-benar sudah merepotkannya.     

Kami menikmati pemandangan bawah laut sampai instruktur selam sewaan memberi isyarat untuk kami kembali ke kapal. Aku baru saja melepas tabung udara dengan dibantu seorang staf saat Kyle memberiku senyumnya yang terlihat menawan.     

"Kenapa?" aku bertanya.     

"Nona keliatan lebih rileks."     

Aku tersenyum, "Emangnya kamu dibayar buat ngeliat aku rileks?"     

Kyle menaikkan bahu, "Kyle dibayar buat bikin Nona bahagia."     

"Seriously?"     

Kyle tidak menjawabnya. Hingga tatapanku beralih pada Denada yang sedang memperhatikan kami. Entah kenapa dia terlihat sedikit murung.     

"Kamu laper?" aku bertanya pada Denada.     

Denada mengangguk, "Abis ini kita makan ya?"     

"Okay."     

Matahari sudah lebih condong ke sisi barat sekarang. Sepertinya sudah lewat jam satu siang karena panas matahari terasa menyengat kulit. Andai Denada tak mengingatkanku untuk memakai sunblock, mungkin kulitku sudah terbakar sekarang.     

Aku memperhatikan beberapa kapal lain di sekitarku dan berusaha mencari sosok yang mirip dengan Astro yang beberapa saat lalu kulihat. Dia berada di kapal lain yang berjarak cukup jauh, sedang duduk membelakangiku. Bahkan gaya rambutnya pun terlihat sama.     

Kepalaku berdenyut kencang. Sepertinya aku benar-benar harus beristrahat dengan baik nanti malam. Aku bangkit dan berjalan menuju haluan (ujung depan kapal). Aku akan menikmati belaian angin di tubuhku dari sini karena terasa menyenangkan sekali.     

Seseorang menaruh selembar kain di bahuku. Aku hampir saja membayangkan Astro sebelum menoleh dan mendapati Kyle berdiri di sebelahku. Untunglah mataku masih berfungsi dengan baik hingga tak berhalusinasi Astro lah yang sedang berdiri di sana.     

"Thank you, Kyle."     

"Nona harus bener-bener jaga diri."     

"Aku bisa jaga diri kok. Kenapa kamu ga ngobrol sama Denada? Kamu ga harus jagain aku begini."     

"Bukannya Nona Denada punya pacar?"     

Aku tersenyum, "Pacarnya udah lama ga ada kabar, atau kamu mau bantu Denada nemuin pacarnya di Aussie? Kan kamu katanya tetep mau jadi single aja."     

Kyle memberiku senyumnya yang terlihat menawan, "Kyle lagi kerja sekarang. Mana boleh Kyle curi kesempatan?"     

Sepertinya Kyle mengerti maksudku. Mungkinkah berubah pikiran?     

"Kalau aku ngijinin, kenapa ga?"     

Kyle menatapku lama. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Entah apa.     

"Kamu tau, dulu ada satu laki-laki yang selalu berusaha deketin aku. Dia bilang selama aku sama Astro belum nikah, dia akan terus usaha dapetin aku. Kenapa kamu ga coba hal yang sama ke Denada?"     

"Siapa yang bilang begitu ke Nona?"     

Aku menaikkan bahu, "Temen SMA-ku, namanya Zen. Dia sering ke rumah main catur sama Opa."     

Kyle terkejut. Seperti ada kekhawatiran di tatapan matanya yang segera pergi. Kyle baru saja akan membalikkan tubuh dan berlalu saat aku menahan lengannya.     

"Kamu ga mikir Zen yang jadi dalang semua kasus ini kan?" aku bertanya dengan jantung berdetak kencang.     

"Akan lebih baik kalau kita jaga-jaga. Kyle mau telpon tuan dulu. Nona ga boleh lama-lama kena angin di haluan begini, nanti Nona sakit. Nona sebentar lagi nikah. Nona harus inget itu." Kyle berlalu setelah mengatakannya. Entah kenapa hatiku terasa gelisah setelah Kyle pergi.     

Selama ini Zen dan keluarganya bersikap sangat baik padaku dan Opa. Dia tak menunjukkan tanda-tanda apapun jika dia memiliki niat buruk padaku.     

Dia membantuku dalam berbagai hal, beberapa kali menemaniku ke parkiran saat dia masih ada keperluan entah apa yang dia kerjakan di kampus. Dia bahkan memberiku lebih dari dua puluh lukisan untuk hadiah pernikahan. Aku tahu akulah yang memintanya, tapi dia bisa saja menolaknya, bukan?     

Bagaimana dengan Opa? Opa tak mungkin membiarkan Zen membuat penjagaan dirinya menurun, bukan? Atau memang Zen sudah membuat Opa lengah?     

Selama ini Opa sudah menganggap Zen sebagai cucunya. Aku selalu percaya Zen baik padaku. Dia bahkan mengingatkanku untuk beristirahat semalam. Kenapa semua kesadaran tiba-tiba ini membuat hatiku terasa tak rela?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.