Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sampah



Sampah

1Pihak resort memberikan konferensi pers hanya berselang beberapa jam setelah aku memberikan tautan berita pada Ray. Penulis yang menyebarkan foto meminta maaf secara terbuka karena kurang menggali informasi. Dia memberi keterangan bahwa ada seseorang tak dikenal yang memberinya sebuah email berisi foto tersebut.     

Aku sedang membaca pesan Paolo dan Astro di handphone Astro.     

Paolo : Momen ini pas banget buat bikin nama kalian bersih. Kita tuntut aja sekalian semua portal berita sampah itu?     

Astro : Kamu aja yang ngatur. Koordinasi sama Kyle     

Aku menatap Astro yang sedang menatapku kembali. Kami sedang duduk di teras belakang, saling bersila menghadap satu sama lain.     

Sudah malam sekarang, Astro memaksa diri untuk pulang tadi sore karena khawatir padaku. Padahal seharusnya dia baru pulang besok pagi. Entah deadline-nya yang mana yang akan dia abaikan untuk bisa menemuiku.     

"Aku mau peluk." ujarku tiba-tiba.     

Astro menatapku tak percaya, "Aku ga mau peluk kamu. Kan kamu yang minta ga disentuh."     

Aku menyandarkan kepala ke punggung kursi dan memejamkan mata. Entah apa yang baru saja kupikirkan. Kenapa sulit sekali menahan diri?     

Handphone di tanganku terlepas dariku. Aku membuka mata dan mendapati Astro yang mengambilnya. Dia mengamit tanganku dan menggenggamnya. Tangannya terasa hangat dan nyaman, seperti yang selalu kuingat.     

"Aku ga mau kasih kamu pelukan, tapi kamu boleh pegang tanganku. Sebentar aja."     

"Lima belas menit?" ujarku sambil tersenyum. Kalimatnya membuatku mengingat saat dia menemaniku di rumah sakit. Dia meminjamkan tangan untuk kugenggam, untuk membantuku melepas beban pikiran.     

"Kelamaan, Honey. Lima menit." ujarnya sambil mengelus jariku dengan lembut.     

"Pelit. Sepuluh menit ya."     

"Tujuh menit. Cukup."     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi aku akan menerimanya. Aku menatapnya lekat, "Kamu tau apa yang lucu hari ini?"     

"Apa?"     

"Aku baru sadar kalau orang-orang gampang banget kebawa isu. Mereka bahkan ga mikir ulang apa isu itu bener atau ga. Aku sempet mikir gila tadi."     

"Mikir apa kamu?"     

"Aku mikir gimana kalau kita bikin isu baru."     

Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Isu apa?"     

"Bikin isu kalau Cokro sengaja bikin kamu kena kasus karena mau ambil alih perusahaan, misalnya?"     

Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Kita bisa bikin website sama forum dadakan buat nyebar isu itu kalau kamu mau."     

Aku terkejut. Aku tak menyangka dia akan menyetujuinya, "Aku ga mungkin ijinin kamu lakuin itu, Astro. Itu bukan hal yang pantes dikerjain laki-laki bermartabat kayak kamu."     

Rona merah menyebar di wajahnya. Sepertinya dia menyukai pujianku.     

"Kamu tau apa yang bikin aku seneng hari ini?"     

Astro tak mengatakan apapun. Dia hanya diam menungguku menyelesaikan kalimatku.     

"Aku bisa ngobrol normal sama Zen."     

Tiba-tiba raut wajahnya berubah gusar, "Kan aku udah bilang kamu harus jauh-jauh dari dia."     

Aku menarik tangannya mendekat padaku dan meletakkannya di puncak kepalaku, "Dia bener-bener nyerah kali ini. Percaya sama aku."     

Astro menatapku canggung, tapi mengelus kepalaku dengan lembut. Rasanya nyaman sekali dan membuatku tiba-tiba merasa ingin dipeluk olehnya.     

"Zen bilang apa ke kamu?"     

"Dia bilang aku bodoh karena ga nerima dia." ujarku dengan senyum lebar. Entah kenapa aku merasa dia benar. Aku memang sering berpikir aku memang bodoh sekali.     

Astro mendengkus, "Dia yang bodoh karena masih juga ngejar kamu padahal tau dia ga punya kesempatan."     

"Sebenernya aku sempet mikir kalau aku mungkin aja cinta pertamanya."     

Astro menyentil dahiku, "Narsis banget kamu."     

Aku tertawa, "Mungkin, Astro."     

"Kamu cinta pertamaku, kamu tau?" ujarnya sambil meraih wajahku.     

"Aku tau." ujarku dengan tawa yang masih tersisa.     

Astro mendekatkan tubuhnya padaku. Bibir kami dekat sekali. Napasnya yang hangat membelai wajahku, membuat jantungku berhenti berdetak. Aku bahkan menahan napas karena tak yakin harus melakukan apa.     

"Aku tau aku udah janji buat nunggu sampai kita nikah, tapi kamu bener-bener bikin aku gila, Honey." ujarnya dengan tatapan sendu. Wajahnya merah sekali.     

Apa yang harus kulakukan? Bibirnya bahkan belum menyentuhku, tapi aku bisa merasakan lembutnya saat mengingat mimpiku.     

Astro menatap mataku dengan tatapan menderita, "Kita harus nunggu kan?"     

Aku mengangguk karena tenggorokanku tercekat bahkan sebelum mampu mengatakan apapun. Astro menjauhkan tubuhnya dariku sesaat setelahnya, lalu menutup wajah dengan kedua tangan selama beberapa lama.     

Ada kelegaan dan beban berat di dadaku di saat yang sama. Entah bagaimana aku harus menjabarkannya. Ini terasa aneh sekali.     

Astro bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah wastafel di dapur dan mencuci wajah. Aku bisa melihat gerakannya dari jendela.     

Aku tahu ini berat sekali baginya, juga bagiku. Menatap punggungnya yang sedang berusaha mengendalikan diri membuatku terharu. Dia sudah berusaha keras menahan diri bertahun-tahun ini. Aku bisa memahami jika dia tak akan membiarkanku jauh darinya setelah kami menikah nanti.     

Aku mengalihkan tatapan ke kolam ikan koi milik Opa, ada suara gemericik air di sana. Suaranya membantuku menenangkan detakan jantungku.     

Astro kembali duduk di sisiku dengan wajah yang terlihat lebih segar. Kemudian meneguk air dingin yang sejak tadi tergeletak di meja.     

"Feeling better (Ngerasa lebih baik)?" aku bertanya.     

Astro menoleh padaku, "Akan lebih baik kalau kita nikah lebih cepet. Belakangan ini aku susah banget nahan diri."     

Aku tersenyum, "Aku udah serahin waktunya ke kamu. Jadi semuanya terserah kamu."     

Astro menatapku penuh pertimbangan, "Beberapa bulan lagi. Aku janji."     

Aku mengangguk dalam diam.     

"Kamu tau kenapa aku ga bisa milih perempuan lain selain kamu?"     

"Kenapa?" aku bertanya karena selama ini dia sering berkata dia menyukaiku karena aku cantik. Dia juga pernah menjelaskan alasan lain kenapa dia menyukaiku di berbagai kesempatan, tapi mungkin dia memiliki alasan lain yang belum kuketahui.     

"Karena cuma kamu yang bisa bikin aku ngerasa sakit, tapi juga kangen. Kamu bikin aku cemburu, tapi aku ga bisa maksa kamu cuma peduli sama aku karena kita belum nikah. Kamu bisa bikin aku frustrasi, tapi tiba-tiba seneng. Kamu juga bikin aku ngerasa gila, tapi aku suka."     

Melihat ekspresi kebingungannya membuatku tak mampu menahan tawa. Dia benar-benar menggemaskan.     

"Hei, jangan ketawa! Kamu bikin aku ngerasa aku aneh."     

"Kamu ga aneh, Astro. Kamu cuma udah jadi bucin." ujarku dengan tawa yang masih tersisa.     

"Bucin kamu bilang?" dia bertanya walau sepertinya sudah menemukan pemahamannya sendiri. Wajahnya merah sekali. Dia bahkan tersenyum malu-malu.     

Aku berusaha menghentikan tawa, "Kamu bikin aku terharu."     

Astro menatapku tak percaya, "Seneng banget ya kamu dapetin bucin kualitas prima?"     

Aku hampir saja meneruskan tawa andai saja tak melihat Oma berdiri di ambang pintu teras belakang.     

"Udah malem, jangan ketawa keras-keras. Ganggu opa istirahat." ujar Oma yang berhasil membuatku dan Astro terdiam.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.