Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Koi



Koi

2Beberapa hari berlalu dan semua arus berita tentang isu skandal Astro membawa kelegaan tersendiri untukku. Cokro sepertinya tak mampu membuktikan diri bahwa dia tidak bersalah.     

Suasana hati Astro jauh lebih baik walau masih sering membahas tentang andai kami menikah. Namun sepertinya dia sudah bisa mengendalikan diri untuk tak terlalu berlebihan membahasnya. Lukisan yang kubuat di galeri dibawa olehnya ke Surabaya hari itu juga. Padahal lukisan itu belum benar-benar selesai.     

Aku sudah mengabari Denada bahwa aku akan berangkat bersama Astro ke pertemuan. Aku menawarinya untuk berangkat bersama, tapi Denada menolak. Denada berkata tak ingin mengganggu pasangan calon pengantin bermesraan.     

Oma dan Ibu sering bepergian bersama untuk mengunjungi teman lama. Mungkin untuk memberi kabar bahwa aku dan Astro akan menikah, atau entah membahas apa. Aku sama sekali tak berminat mencati tahu tentang apa yang mereka lakukan.     

Aku baru saja menyelesaikan pencarian berita di situs peramban melalui handphone, lalu menghampiri Opa yang sedang memberi makan ikan koi. Aku duduk di tepi kolam, "Opa udah ngasih kabar ke Nenek Agnes sama Kakek Rizal kalau Faza mau nikah?"     

Opa menoleh dan memberiku sedikit makanan ikan untuk membantunya, "Opa sudah mengabari mereka minggu lalu. Mereka akan datang saat Mafaza menikah."     

"Mereka ... setuju Faza nikah muda?"     

"Kenapa mereka harus menolak?"     

Aku menaburkan makanan ikan pada ikan-ikan yang mendekat padaku dalam diam. Mereka lahap sekali.     

Pertanyaan Opa membuatku berpikir. Selama ini Opa dan Oma lah yang menjagaku. Mereka sudah tua dan terasa masuk akal jika mereka mempercayakanku pada Astro. Lagi pula, Astro sudah membuktikan diri selama bertahun-tahun ini. Sepertinya mereka tak memiliki alasan untuk menolak saat Astro memintaku menjadi istrinya.     

"Mafaza sudah memilih mahar yang akan Mafaza minta pada Astro?"     

Aku lupa sama sekali tentang itu, "Belum, Opa."     

"Sebaiknya Mafaza pikirkan dengan serius. Astro sudah menentukan tanggal. Mafaza sudah tahu?"     

Aku terkejut dan menggeleng karena belum mengetahuinya, "Kapan, Opa?"     

"Kenapa Mafaza bertanya pada Opa?"     

Aku tahu aku seharusnya mendapatkan informasi ini dari Astro, tapi dia pasti menolak memberitahukannya padaku. Mungkin aku bisa mencoba memaksanya untuk memberitahuku. Walau begitu, Opa memang benar. Sepertinya aku memang harus memikirkan mahar apa yang akan kuminta.     

"Mafaza tahu apa yang sulit dari menjalankan sebuah rumah tangga?"     

Aku menoleh dan menatap Opa dalam diam. Kenapa pembahasan ini tiba-tiba muncul?     

Opa meletakkan kaleng berisi makanan ikan dan duduk di tepi kolam berhadapan denganku, "Saat Mafaza sudah menikah nanti, mungkin akan bertemu banyak perbedaan pendapat dengan Astro. Kalian mungkin akan sama-sama merasa pendapat kalian benar, tapi Mafaza harus ingat di dunia ini ga ada manusia sempurna. Mafaza harus belajar bersabar dan menahan diri."     

Apakah ini karma karena aku meminta Astro menahan diri beberapa waktu ini? Kenapa ada pembahasan menahan diri dalam rumah tangga?     

"Ingat kata-kata Opa ya?"     

Kurasa aku akan setuju saja. Ucapan Opa mungkin benar. Aku hanya belum mengerti saat ini.     

"Mafaza datang ke pertemuan minggu ini?"     

Aku mengangguk, "Faza dateng bareng Astro."     

"Perhatikan sikap semua orang di sana. Nanti Mafaza bisa cerita ke Opa."     

"Iya, Opa."     

Pengalamanku mengikuti pertemuan sebelum ini memang mendapat banyak informasi, tapi kali ini mungkin aku akan mengikuti saran Opa untuk lebih memperhatikan tingkah laku semua orang.     

"Opa istirahat dulu ya." ujar Opa sambil bangkit.     

Aku mengangguk, tapi tetap duduk di tepi kolam. Opa sudah lancar berjalan sendiri. Bahkan biasanya akan menolak untuk kubantu.     

Aku kembali menaburkan makanan ikan dan berpikir. Bagaimana jika aku dilahirkan sebagai seekor ikan? Aku hanya harus berenang dan makan sepanjang hari. Mungkin tidur sebentar walau pasti membosankan.     

Aah, apa yang baru saja kupikirkan?     

Aku bangkit dan merapikan kaleng berisi makanan ikan ke tempat penyimpanan, lalu kembali duduk di kursi panjang dan mengamit handphone yang kuletakkan di meja. Ada panggilan video call tak terjawab dan satu pesan dari Astro.     

Astro : Kamu sibuk? Aku baru jalan dari bandara. Aku ke rumah ya     

Aku : Aku abis ngobrol sama Opa. Kamu pulang ke rumah kamu dulu. Besok baru ke rumahku sekalian jemput     

Astro : Tapi aku kangen     

Aku : Ibu sama Ayah juga kangen sama kamu, kamu tau?     

Cukup lama Astro hanya membaca pesan dariku, tapi dia menyanggupinya. Beberapa waktu ini dia selalu hanya menemuiku saat pulang. Entah apakah orang tuanya mengetahui hal itu atau tidak. Aku bisa membayangkan betapa Ibu akan cemburu padaku andai saja Ibu tahu.     

Aku mengamit novel pemberian Kak Liana yang kubawa dari kamar. Novel itu menceritakan tentang seorang wanita bernama Amanda. Dia bertemu dengan seorang pria bernama Albert di sebuah toko buku. Mereka menemukan kesamaan passion dan memutuskan untuk menjalin hubungan.     

Cerita awalnya biasa saja untukku. Sampai di satu bab, mereka melakukan persetubuhan dengan penjabaran yang sangat detail. Sekarang aku tahu kenapa Zen memperingatiku untuk membacanya setelah menikah.     

Aku menutup buku bahkan sebelum selesai membacanya. Aku menoleh ke arah kaca jendela di belakangku dan meneliti wajahku sendiri. Wajahku merona merah sekali.     

Aku akan menyembunyikan novel ini entah di mana. Akan sangat memalukan jika Opa atau Oma tahu aku membaca buku seperti ini. Terlebih, jika Astro mengetahuinya. Aku tak bisa membayangkan reaksi Astro yang sedang sangat sensitif dengan dengan segala hal tentang bersentuhan.     

Handphone-ku bergetar. Ada pesan dari Viona.     

Viona : Besok jadi dateng? Aku mau koordinasi pengamanan     

Aku : Aku dateng sama Astro     

Viona : Kalau gitu aku bikin pengamanan lebih ketat     

Aku : Thank you     

Aku beranjak menuju kamar dan menyembunyikan novel pemberian Kak Liana di belakang lemari, lalu merebahkan tubuh di tempat tidur sambil menatap fotoku bersama Astro yang terpasang di dinding. Astro terlihat tampan sekali.     

Segala hal terjadi begitu cepat. Aku sudah tak merasakan keraguan dalam diriku lagi beberapa waktu belakangan ini. Hatiku terasa lebih tenang dan bisa melihat segala sesuatu dengan baik. Mungkin ini yang disebut dengan perasaan siap menikah? Atau mungkin aku hanya berpikir berlebihan seperti biasa.     

Handphone-ku bergetar. Ada telepon dari Astro. Aku menerimanya.     

"Kenapa ga video call?" aku bertanya.     

"Aku ga mau liat kamu. Nanti aku tambah kangen, trus ke rumah. Tadi ibu ngomel-ngomel waktu tau aku pulang beberapa kali, tapi ga ketemu ibu."     

Aku tak bisa menyembunyikan senyum di bibirku, "Kamu sih. Kalau pulang tuh temuin Ibu. Bukannya nyariin aku terus."     

"Kan aku kangennya sama kamu. Jadi aku nyari kamu."     

Aku tertawa, "Justru itu yang bikin Ibu ngomel. Kalau Ibu cemburu sama aku trus kamu dilarang ketemu aku sampai kita nikah, kamu mau?"     

"Ibu ga begitu, Honey. Ibu kan sayang banget sama kamu. Ibu ga akan tega biarin kamu kangen sama aku."     

"Bukannya kebalik, kamu yang kangen sama aku?"     

Astro terdiam. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Aku tak dapat menebak ekspresinya.     

"Opa bilang kamu udah nentuin tanggal nikah. Tanggal berapa?"     

"Nanti kamu tau."     

"Aku kan pengantinnya. Masa aku ga boleh tau? Kamu aneh banget."     

"Siapa suruh jatuh cinta sama orang aneh?" dia bertanya dengan nada yang sengaja diperlambat. Aku bahkan bisa membayangkan dia sedang tersenyum menggoda di ujung sana. Dia benar-benar menyebalkan.     

"Biarin aneh. Aku suka kok. Kamu kan berarti banget buatku. Aku ga bisa bayangin kalau kamu ga ada. Mungkin aku udah sama Zen, tapi dia ga seru."     

Astro terdiam. Aku bisa membayangkan wajahnya yang merona merah sekarang.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.