Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sawah



Sawah

2Paolo ikut pulang bersama kami setelah dari pertemuan sore ini. Kami berkumpul di ruang tamu dan baru saja memberi tahu Opa segala informasi yang kami dapatkan. Paolo juga memberi laporan tentang pencariannya di berbagai media.     

"Aku dapet info dari beberapa sumber kalau ternyata ada yang nyuap mereka buat bikin isu skandal kemarin jadi booming. Masalahnya orang ini pakai nama samaran beda-beda, padahal mungkin orangnya cuma satu." ujar Paolo padaku dan Astro.     

Opa mengangguk, "Nanti Opa minta Kyle yang mencari tahu. Paolo bisa berikan semua datanya ke Kyle."     

Sebetulnya aku sangat penasaran. Aku ingin sekali bertanya, tapi mungkin hanya akan menghambat pembicaraan mereka. Aku menoleh untuk menatap Astro, dia masih menggenggam tanganku dengan alasan hari ini belum berakhir.     

"Sidang besok kayaknya bakal ramai, Opa. Mungkin besok Cokro sama Dissa resmi jadi tahanan. Kalau bisa, Faza ga usah kuliah dulu. Gimana?" Astro bertanya.     

"Aku bisa tetep kuliah kok. Ada Lyra sama Rommy yang jagain. Kamu ga perlu khawatir." ujarku. Aku tahu Astro memikirkan keselamatanku, tapi memintaku untuk membolos lagi bukanlah pilihan yang bijak.     

"Mafaza bisa tetap kuliah besok. Ga baik terlalu sering membolos." ujar Opa.     

"I'm okay." ujarku sambil mengelus jari Astro untuk menenangkan hatinya.     

Astro mengangguk walau aku tahu dia akan tetap merasa khawatir, "Tapi kamu harus tetep waspada ya."     

"Aku tau."     

"Sorry, tapi aku ga bisa lama-lama di sini. Aku harus pulang. Mama udah ngoceh bilang aku kerja terus." ujar Paolo.     

"Biar Said yang mengantar Paolo." ujar Opa sambil bangkit dari duduknya.     

"Makasih, Opa."     

Opa mengangguk, lalu mulai beranjak ke arah pintu. Paolo mengikutinya.     

Aku baru saja akan ikut bangkit, tapi Astro mengecup jariku saat Opa dan Paolo tak memperhatikan kami. Aku menoleh padanya dan memberinya tatapan tajam. Perjanjian kami hanyalah saling menggenggam. Dia tak semestinya mengecup jariku.     

Astro mengabaikanku. Dia justru bangkit dari duduknya dan menarikku bangkit bersamanya sambil berbisik, "I love you, Honey."     

"Sekali lagi kamu begitu, aku ga mau ketemu kamu lagi sampai kita nikah." ujarku sambil menatapnya sebal. Kuharap hanya dia yang mendengar ucapanku.     

Astro tidak menjawabnya, tapi memberiku senyum yang lebar sekali. Membuatku merasa semakin kesal karena dia terlihat sangat tampan.     

Langkah kami terhenti di teras depan. Paolo sudah berada di dalam mobil, dengan Pak Said yang siap mengantarnya pulang. Dia melambaikan tangan pada kami sesaat sebelum mobil menghilang dari halaman.     

"Astro mau ajak Faza ke sawah sebentar, boleh Opa?"     

"Sebentar saja ya."     

Astro mengangguk dan menarikku berjalan bersamanya. Aku melirik jam di lengan, pukul 16.52. Sepertinya akan aman jika kami bermain sebentar. Biasanya hanya ada beberapa orang yang beranjak pulang dari sawah di jam seperti ini.     

Kami berjalan bersisian ke arah deretan pohon karet di area jalan setapak. Pohon karet itu mulai membuat bayang-bayang panjang ke arah timur, membuatku mengingat saat pertama kali kami bertemu. Di pertengahan jalan setapak kami berbelok, meninggalkan deretan pohon karet menuju sawah.     

Langit belum gelap, masih ada semburat jingga berpadu biru tua dan abu-abu menggantung di ufuk sana. Aku sangat suka senja. Begitu cantik, terlihat hangat. Seperti ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku.     

Kami turun melewati beberapa undak sawah, menuju ke sungai kecil berair jernih untuk irigasi dengan ikan-ikan kecil yang berenang. Udara di sini menyenangkan sekali, sejuk berangin lembut.     

Kami membuka sepatu dan menggulung celana dengan sebelah tangan, lalu memasukkan kaki ke sungai. Sensasi dingin air membuatku merasa nyaman.     

"Udah lama ya." ujar Astro.     

Sebetulnya baru beberapa bulan berlalu sejak terakhir kalinya kami ke sini, tapi aku tak akan mendebat ucapannya.     

"Aku udah pernah bilang kan kalau ke depan mungkin akan berat?" ujarnya sambil mengelus jariku di tengah langkah kami di antara batu-batu.     

"Ga perlu dibahas kalau kamu cuma mau nakutin. Aku ga keberatan nemenin kamu mau gimanapun keadaannya. Kamu udah banyak bantu aku, Astro. Aku ga keberatan kalau bisa bantu kamu juga."     

"Aku ga nakutin, Honey. Aku mau kamu nyiapin diri. Ada banyak orang yang ga suka sama aku. Kasus ini cuma satu bukti. Aku emang ga ngarep ada kasus yang lain, tapi akan lebih baik kalau aku kasih kamu peringatan sebelum kita nikah dan kamu kejebak seumur hidup sama aku."     

"Aku ga keberatan kejebak seumur hidup sama kamu. Kita baik-baik aja selama ini. Kakek juga pernah bilang kalau masalah pasti selalu ada. Nanti masalahnya akan pergi sendiri seiring waktu. Lagian kamu kenapa jadi aneh? Yang biasanya kebanyakan mikir kan aku. Bukan kamu."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku suka liat kamu jadi tambah dewasa."     

"Aku juga suka liat kamu dewasa. Makanya jangan mikir aneh-aneh. Cepetan selesaiin deadline. Aku sebel kamu selalu pakai deadline buat alasan."     

Astro tertawa, "Kamu pengen banget dinikahin ya?"     

Sepertinya wajahku memerah, "Bukannya kamu yang ga sabaran? Aku cuma khawatir kamu ga bisa nahan diri lebih lama. Aku capek ngomel terus minta kamu nahan diri."     

"Thank you, Honey." ujarnya dengan tatapan sendu.     

"Anytime, Honey."     

"Rrgh, aku suka banget kamu manggil aku begitu."     

Aku akan menggodanya sebentar, "Tunggu sampai kita nikah. Sebentar lagi kan?"     

Astro mengangguk, "Kamu suka banget senja kan?"     

Sepertinya aku tak pernah memberitahukannya pada siapapun. Bagaimana dia bisa tahu?     

"Kita bisa terus liat senja bareng setiap hari setelah nikah, tapi jangan nanya proyekku sekarang. Itu masih rahasia."     

"Sampai kapan sih kamu mau berhenti main rahasia-rahasiaan sama aku?"     

"Aku berhenti rahasiain semuanya kalau kita udah nikah, tapi jangan kaget kalau ternyata aku ga sebaik yang kamu pikir. Aku bisa aja berubah jadi mutan atau zombie."     

Aku tahu dia hanya bercanda. Coba lihat tatapan iseng di matanya.     

"Nanti kalau kamu tidur aku gigit biar kamu berubah kayak aku juga. Trus kita bisa cari mangsa baru."     

"Iya, abis itu kita bikin organisasi rahasia. Kita bikin semua orang jahat menderita, trus sebarin senjata kimia ke mereka. Gitu?"     

Astro tertawa, "Pasti seru kalau kita punya banyak anak, tapi aku ga mau kamu stress kalau kamu belum siap."     

"Kamu pasti inget Ibu."     

"Kita harus belajar dari pengalaman orang lain kan?"     

Aku hanya menggumam mengiyakan.     

Astro melirik jam di lengannya, "Mau pulang sekarang? Aku harus pulang juga. Ada Ibu Cantik yang minta jatah ditemenin ngobrol sebelum anaknya sibuk ngurusin perempuan lain."     

Aku tersenyum dan mengangguk untuk menyanggupi permintaannya. Dia memang sudah seharusnya menghabiskan waktu lebih banyak dengan ibunya. Andai Bunda, Ayah, Fara dan Danar masih ada, aku juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka semua.     

Kami memakai sepatu dan berjalan menyusuri sawah dengan tangan masih saling menggenggam. Tangannya terasa hangat dan nyaman, seperti yang selalu kuingat.     

"Kalau kita punya anak nanti, aku mau ngajak mereka main ke banyak tempat." ujarku tiba-tiba.     

"Kayak kamu sama keluarga kamu dulu?"     

Aku menoleh dan menggumam mengiyakan, "Kamu harus belajar banyak sama Opa gimana ngendaliin perusahaan tanpa harus sering dateng ngurusin macem-macem. Kita pasti butuh banyak waktu buat anak kita nanti."     

"Kamu udah ga malu lagi ngomongin soal anak ya sekarang? Udah siap banget jadi istriku?"     

"Mau gimana lagi? Calon suaminya ga sabaran sih. Aku kan cuma menyesuaikan diri."     

Astro tersenyum lebar sekali, "Gimana aku ga jatuh cinta sama kamu coba?"     

Aku tersenyum manis, "I love you too."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.