Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Puas



Puas

2Aku mengeluarkan handphone dari saku dan mencari kontak Lyra, "Kalau aku ga keluar lima menit lagi, bilang ke Opa aku batal nikah."     

Astro terkejut dan mengambil handphone dari tanganku, "Faza bercanda. Dia aman sama aku."     

Aku tersenyum lebar. Sepertinya dia tahu aku hanya berpura-pura menelepon Lyra saat tak ada jawaban apapun. Aku memang berniat mengerjainya.     

"Puas?" dia bertanya dengan tatapan tajam.     

"Puas banget!" ujarku sambil mengambil handphone-ku kembali. Aku menarik ujung kaosnya dan menariknya ke tempat tidur. "Kamu harus tidur. Nanti aku bangunin kalau aku udah selesai masak."     

"Kenapa ga nemenin aku ngobrol aja? Kita kan bisa delivery makanan."     

"Kalau kamu lebih milih makanan delivery dari pada masakan buatanku, aku mau pulang aja. Aku nyetir empat jam cuma niat masak buat kamu, kamu tau?"     

Astro kembali beranjak ke kitchen set, "Aku bantu."     

Aku menarik ujung kaosnya lagi untuk menahannya, "Kamu tidur aja. Ga usah ikut-ikutan masak. Orang sakit tuh nurut aja kenapa sih? Muka kamu merah banget gitu. Suhu badan kamu berapa?"     

"Tadi pagi 39.6°. Aku belum ngecek lagi."     

"Mana termometernya?"     

Astro menunjuk ke arah kabinet yang tertempel di dinding dekat meja kerjanya. Sudah ada meja kerja lain di sebelahnya. Sepertinya meja itu untukku.     

"Diem di sini. Kalau kamu ga nurut, aku pulang." ujarku sambil melangkah untuk mengambil termometer.     

Aku terdiam dan tersenyum saat membaca puisi yang terpasang di dinding sebelum mengambil termometer. Aku menoleh ke arah Astro yang sudah berbaring di tempat tidur. Senyum lebar di bibirnya terlihat menyebalkan sekali. Sepertinya aku harus lebih waspada.     

Termometer ini adalah termometer digital dengan cahaya inframerah yang hanya perlu diarahkan ke dahi. Aku duduk di tempat tidur dan mengarahkan cahaya inframerah ke dahi Astro, lalu menunggu suhu tubuhnya terpampang di alat yang kupegang.     

"Masih 38.9°, Astro. Kamu harus istirahat. Aku ambil plester demam dulu. Kamu diem di sini."     

"Iya, Bunda."     

Aku berniat memberinya tatapan tajam, tapi melihat wajahnya yang merona merah dengan tatapan iseng membuatku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Dia benar-benar sedang bertingkah.     

"Ayah harus nurut sama Bunda ya. Kalau nakal nanti Bunda cari calon ayah lain."     

Astro menatapku dengan tatapan tajam, "Jahat kamu."     

Aku hanya tersenyum lebar sebagai jawaban dan kembali ke kitchen set. Tadi aku membeli satu pak plester demam. Aku membawa semuanya dan meletakkannya dan meja kecil di sebelah tempat tidur, lalu membuka satu dan menempelkannya di dahi Astro.     

"Aku masak dulu. Kalau kamu butuh apapun bisa panggil aku."     

"Aku butuh kamu tidur di sini, bisa?" dia bertanya sambil menepuk lengannya.     

"Mau aku telpon Lyra beneran ya?"     

Astro memberiku tatapan sebal, "Bunda masak aja sana. Ayah mau dimanja. Masak yang enak ya."     

Andai saja bukan aku yang meminta agar kami tak saling menyentuh, aku pasti sudah mencubit pipinya sajak tadi. Aku memberinya tatapan sebal sebelum kembali ke kitchen set.     

Aku membereskan semua belanjaan terlebih dulu sebelum mulai memasak bubur daging dan sup ayam. Aku juga memisahkan bahan makanan lain yang sudah siap diolah andai Astro ingin memasak nanti. Akan lebih baik jika dia memakan masakannya sendiri dibandingkan memesan makanan cepat saji. Kuharap dia cukup memiliki tenaga untuk memasak sendiri besok.     

Aku memindahkan bubur daging dan sup ayam di meja makan. Lalu menaruh seteko air hangat, dua gelas dan empat mangkuk di sisinya.     

Aku kembali untuk mengecek Astro di tempat tidurnya. Dia benar-benar tertidur selama aku meninggalkannya. Aku naik ke tempat tidur perlahan, duduk bersila dan menatapnya dalam diam. Dia pasti kelelahan dengan segala hal yang dia kerjakan. Ini adalah pertama kalinya dia sakit setelah sekian lama.     

Sejak aku membiarkan diriku terkena guyuran hujan beberapa hari lalu, aku mengingat beberapa hal yang kulupakan. Aku ingat Bunda biasa memaksaku tidur sampai aku benar-benar sembuh saat sakit. Walau aku pasti akan turun dari tempat tidur dan mencari waktu untuk mengajak Fara dan Danar bermain.     

Aku menghela napas. Aku ingin sekali menyentuh rambut di dahinya, tapi aku sudah berjanji untuk menahan diri tak menyentuhnya. Aku bahkan tak yakin bagaimana aku akan membangunkannya sekarang. Dia terlihat lelah sekali.     

Aku melirik jam di lengan, pukul 12.54. Haruskah aku membiarkannya tidur? Tapi dia sudah melewatkan jam makan siangnya. Kami terlalu lama berdebat hingga aku terlambat memasak untuknya.     

"Astro." aku mencoba memanggilnya.     

Aku berharap dia terbangun saat mendengar suaraku, tapi dia bergeming. Napasnya dalam dan lambat, membuatku semakin tak tega untuk membangunkannya. Namun dia harus tetap makan dan minum obat.     

"Astro." aku mencoba memanggilnya sambil menarik ujung kaosnya. Lengannya bergerak sesaat, tapi dia tetap terlelap.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, berharap menemukan entah apa yang bisa membangunkannya tanpa membuatku menyentuhnya. Aku baru saja akan turun dari tempat tidur untuk mengambil handphone yang kuletakkan di atas meja makan tepat saat Astro menarik ujung kemejaku.     

"Bisa kita ngobrol sebentar?" dia bertanya dengan tatapan sayu. Sepertinya dia berpura-pura masih tidur sesaat lalu.     

"Kamu harus makan sekarang. Jam makan kamu udah lewat, kamu tau?"     

"Sebentar aja. Bisa?"     

"Lima belas menit ya?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Thank you udah nyempetin ke sini, Honey."     

"Aku ga bisa biarin calon suamiku sakit sendirian. Kamu kenapa ga bilang dari kemarin kalau sakit thypus? Aku kan bisa minta Pak Said nganter makanan ke sini."     

"Aku ga mau ngerepotin. Kan kamu yang bilang kasihan pak Said kalau nganter makanan ke sini."     

Dia benar. Aku memang pernah mengatakannya, tapi saat itu dia sedang dalam keadaan sehat.     

Aku menghela napas, "Lain kali kasih tau aku kalau kamu sakit. Aku kan calon istri kamu."     

Ada senyum tipis di bibirnya. Senyum yang belakangan ini sangat kusukai karena membuatnya terlihat lebih dewasa.     

"Kamu punya utang." ujarku.     

"Utang apa?"     

"Kamu bilang mau kasih tau jawaban tebakan belalang kalau aku ke sini."     

Astro tertawa lemah, "Kamu masih inget aja?"     

"Cepet kasih tau."     

Astro terdiam sebelum bicara, "Pertanyaannya apa sih?"     

"Kenapa belalang sembah disebut belalang sembah?"     

"Oh, jawabannya : kalau belalang sembah disebut belalang batu nanti kawanan belalang batu bingung sama belalang sembah."     

"Kenapa bingung?"     

"Kan beda bentuk. Lagian kalau mau kawin nanti kasihan kalau anaknya setengah belalang sembah setengah belalang batu. Anaknya bingung kalau dia mau kawin, dia kawin sama belalang mana?" Astro tertawa puas sekali setelah mengatakannya, tapi aku sama sekali tak mengerti di mana letak lucunya. Aku hanya menatapnya dalam diam sampai dia menyelesaikan tawa.     

"Udah?" aku bertanya saat tawanya reda.     

"Erm, udah."     

"Tebak-tebakan kamu aneh banget."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Empat minggu lagi, Honey."     

Hanya dengan satu kalimat darinya mampu membuatku salah tingkah. Aku sedang duduk di tempat tidurnya dan menemaninya berbincang saat dia sedang terbaring. Seharusnya aku tak boleh bersikap seperti ini.     

"Aku ga akan ngadu ke ayah. Aku juga bakal minta Rommy sama Lyra tutup mulut. Kamu ga mau calon suami kamu diajak sparring sampai babak belur kan, Honey?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.