Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Geledah



Geledah

0Ibu sedang menatapi laptop untuk memantau perkembangan arus berita online tentang Astro. Aku duduk di sisinya di sofa lantai dua. Kami berdua hanya diam saat ini. Aku menyadari kegelisahannya dan tak ingin mengganggu konsentrasinya.     

Aku menyalakan handphone dan laptop milikku, lalu menjelajah di mesin peramban untuk memantau perkembangan berita di situs yang berbeda. Dari penjelasan pengacara keluarga Astro yang bernama Pak Fatih, Cokro berasal dari keluarga pemilik kebun coklat yang menyuplai kebutuhan coklat tiga perusahaan lokal. Keluarganya juga memiliki beberapa koneksi pengacara yang cukup berpengaruh.     

Cokro berani menggugat karena terlalu bernafsu ingin mendapatkan royalti dari perusahaan game Astro yang baru saja berdiri, hingga menggunakan berbagai cara. Termasuk menggunakan Dissa sebagai tameng untuk mem-blow up cerita di media. Terbukti, isu kekerasan seksual yang lebih gencar diberitakan oleh media walau belum tahu kebenarannya.     

Namun seperrinya Cokro tak tahu dia sedang berurusan dengan salah satu cucu Kakek yang memiliki koneksi lebih besar dibanding keluarganya. Dia juga tak tahu bahwa Astro juga merupakan calon menantu Opa. Jika aku bisa meminjam kata-kata Lyra, dia tak tahu dia berbeda kasta dengan Astro saat ini.     

Aku melirik jam di sudut layar laptop, pukul 11.08. Seharusnya portal berita online sudah mulai menyiarkan konferensi pers Astro saat ini.     

Aku mengetik pesan singkat untuk Paolo.     

Aku : Tell me every news you can find (Kasih tau aku berita apapun yang bisa kamu temuin). Kalian udah bisa hack akun Cokro?     

Paolo : Semua akunnya ada di tangan kita dari semalem. Semua history chat-nya udah kita geledah. We already got what we needed (kita udah dapetin semua yang kita butuh). Ready for the party (Siap buat pesta), Ma'am?     

Aku : I'm ready     

Paolo : Oh, kamu harus tau, akun kamu sama Astro juga berusaha dibobol dari kemarin. Untung ada Kyle yang bantu kita kasih cara lebih efisien. Akunnya aman, tapi kalian harus hati-hati kalau keluar rumah     

Aku : Aku tau. Thank you     

Akun sosial media milik Astro sudah diubah menjadi akun privat sejak isunya mencuat. Akunku walau sudah kuubah menjadi akun privat sejak masuk kuliah, tetap kebanjiran permintaan pengikut hingga saat ini. Kuharap Paolo dan teman-temannya tak terlalu kesulitan menghalau berita apapun yang mereka temukan.     

Beberapa menit menunggu dan muncullah konferensi pers di laptop Ibu. Aku menggeser tubuh sambil menggenggam tangan Ibu yang bergerak gelisah. Ibu menoleh padaku dan mengusap lenganku sambil mendengarkan Pak Fatih yang menjelaskan situasi.     

Astro duduk diapit tiga orang petugas kepolisian. Dia terlihat tenang dan mantap saat menjelaskan keadaannya dengan kalimat yang singkat dan jelas.     

Sepertinya Eboth dan Jian menjaganya dari jarak yang cukup agar tak tertangkap kamera media. Astro memang berkata Kyle juga ikut menjaga, tapi entah berada di mana dia sekarang.     

Sepuluh menit menjelaskan disusul dua puluh menit tanya-jawab dengan media, sepertinya semuanya berjalan baik-baik saja. Aku mengecek portal berita lain dari laptop dan handphone milikku. Hanya berselang lima menit sudah ada banyak berita klarifikasi di sana.     

Ada pemberitahuan pesan dari Paolo. Aku membukanya.     

Paolo : Ada fans dadakan bikin forum (mengirimkan hasil tangkapan layar website dan tautan websitenya)     

Aku membukanya dan membaca semua informasi yang tertera di sana. Tulisannya terlihat seperti seorang fans fanatik Astro yang sedang mengumpulkan massa. Aku memberi tahu Ibu tentang itu.     

"Apa kita publikasi aja kalau kalian mau nikah?" Ibu bertanya dengan tatapan tak yakin.     

"Tapi Astro bilang mau nunda tanggal nikahnya, Bu. Katanya mau kasus ini selesai dulu. Mungkin mau selesaiin deadline yang lain juga."     

Ibu menatapku penuh pertimbangan, "Nanti kita obrolin lagi sama Astro ya."     

Aku mengangguk, "Ibu pasti repot banget gara-gara kasus ini."     

"Repot sih, tapi harus tetep diselesaiin. Banyak klien yang minta pembatalan kerja sama setelah isu itu keluar, tapi semoga hari ini mereka mikir ulang."     

Sebetulnya Ibu tak mengatakan apapun tentang keberatannya meredam isu, tapi sepertinya aku bisa menduga ada banyak hal yang dipikirkan olehnya.     

"Ada yang bisa Faza bantu?"     

Ibu tersenyum, "Jaga diri Faza. Itu udah lebih dari cukup. Selama ini Ibu udah nganggep Faza anak sendiri. Selain karena Ana sahabat Ibu, Faza juga mandiri banget. Rasanya kayak anak perempuan idaman yang ga lahir dari rahim Ibu."     

"Faza bisa bantu ngerjain satu atau dua kerjaan kok kalau Ibu ngijinin."     

Ibu menggeleng, "Cukup jaga diri Faza. Sampai Astro yang ambil alih tanggung jawab."     

Sepertinya aku tak memiliki pilihan lain selain setuju, maka aku mengangguk. Sebetulnya tatapan Astro pagi ini membuatku ragu, karena dia terlihat begitu menyeramkan. Aku memang menyukai sikap posesifnya padaku, tapi aku tak berharap dia akan melukai siapapun hanya karena cemburu.     

Kami kembali menghadapi laptop kami masing-masing. Aku masih berkoordinasi dengan Paolo untuk mengumpulkan reaksi media dan netizen agar kami bisa menentukan langkah selanjutnya. Kami berniat meredam isu buruk sementara proses hukum berlangsung.     

Masih ada banyak hoax yang beredar, pro-kontra juga masih berlangsung, tapi konferensi pers tadi sepertinya berhasil mengangkat dukungan positif dari netizen yang ingin melihat proses hukum lebih dulu. Hal ini membuat hatiku terasa lebih ringan.     

Astro pulang dengan raut lega di wajahnya. Ibu memeluknya lama sekali tepat di depan pintu setelah Eboth, Jian dan Pak Fatih meminta diri untuk pulang. Padahal mereka belum sempat menginjakkan kaki di ruang tamu.     

"Anak Ibu hebat." ujar Ibu sambil mengusap pipi Astro.     

"Iya dong. Kan anak Ibu." ujar Astro yang memberi Ibunya senyum lebar penuh rasa bangga.     

"Dasar! Kamu bikin Ibu jantungan seminggu."     

"Maaf ya. Ibu pasti pusing banget."     

"Jangan bikin Ibu pusing begini lagi atau Ibu batal ngasih kamu modal tambahan." ujar Ibu sambil mencubit pipi Astro gemas.     

Astro tertawa dengan perlakuan ibunya padanya sebelum menoleh ke arahku, "Jangan senyum-senyum sendiri begitu, Nona."     

"Kamu gemesin kalau lagi begitu." ujarku yang masih terus tersenyum melihat Astro dipeluk ibunya. Dia terlihat seperti anak kecil yang baru saja ketahuan mencuri camilan sebelum waktunya makan tiba.     

"Astro boleh gantian peluk Faza ya, Bu? Mumpung ayah ga ada."     

Ibu menatapnya tak percaya, "Kamu mau bikin Ibu cemburu ya? Udah ga mau dipeluk Ibu lagi?"     

"Ibu kan nomor satu. Faza nomor satu sebelah Ibu."     

Ibu tertawa, "Trus ayah kamu taruh di mana?"     

"Di sebelah Ibu yang satunya." ujar Astro dengan senyum tak bersalah.     

"Bisa banget gombal begitu. Kayak ayah waktu masih muda."     

"Kan Astro anak ayah juga."     

"Tapi sebentar aja ya. Ibu mau telpon opa dulu." ujar ibu sambil melepas pelukannya dan berlalu.     

Astro menatapku sesaat sebelum menarikku mendekat padanya. Kemudian mengelus kepalaku dan mengecup puncaknya. Entah sejak kapan kami menjadi semakin intim seperti ini. Kami bahkan belum menikah.     

Haruskah aku menolaknya? Tapi ibunya sudah memberinya izin.     

"Mm ... bisa kita ga pelukan begini?" ujarku pada akhirnya.     

Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Kenapa? Kamu ga suka?"     

"Rasanya kayak ada yang salah buatku. Kita belum nikah, Astro."     

"Tapi kamu minta ijin opa buat meluk aku dua minggu lalu."     

"Itu ..."     

Astro meraih wajahku dengan lembut dan memintaku menatapnya. Tatapannya terlihat begitu intens, seolah sedang menyelidiki raut wajahku dan tak rela satu ekspresi pun lepas darinya, "Kalau kamu emang ga nyaman aku begini, aku ga akan maksa. Tapi aku ga akan bohong kalau aku suka."     

Aku mendorong tubuhnya perlahan, "Tunggu sampai kita nikah ya."     

Astro hanya diam menatapku dengan tatapan menderita. Aku tahu dia tidak menyukai ideku dan entah kenapa aku merasa aku bodoh sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.