Kyle
Kyle
Aku melirik jam di dinding kamar, pukul 21.17. Seharusnya Kyle sebentar lagi sampai.
Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Namun aku justru menemukan Opa dan Oma sedang berbincang di ruang tengah.
"Opa sama Oma belum istirahat?" aku bertanya sambil duduk di antara keduanya.
"Faza ga tau Kyle mau dateng?" Oma bertanya.
"Tau kok. Faza pikir Kyle cuma mau ketemu Faza."
Oma tersenyum, "Faza udah milih mau mahar apa dari Astro?"
Aku sama sekali belum memikirkan apapun tentang itu, "Oma dulu minta mahar apa dari Opa?"
"Oma minta rumah ini."
Begitukah? Bukankah terlalu berlebihan jika aku meminta sebuah rumah? Aku masih memiliki rumah peninggalan Ayah. Aku jelas tak membutuhkan rumah baru.
Sepertinya aku baru saja mengerti kenapa Opa dan Oma tak bersedia meninggalkan rumah ini. Kenapa aku merasa lebih berat untuk pergi setelah mengetahuinya?
"Faza bisa minta apa aja yang Faza mau kok. Ga harus rumah." ujar Oma.
"Tapi Faza ga pengen apa-apa. Faza cuma pengen Opa sama Oma sehat."
"Opa sehat." ujar Opa, yang membuatku menoleh.
"Tapi Faza mau nemenin Opa sama Oma di sini."
Opa terdiam sebelum bicara, "Sepertinya Mafaza salah paham."
"Maksud Opa?"
"Mafaza berpikir Danastri pergi mengikuti Abbas setelah menikah karena masih benci Opa?"
Aku terdiam. Aku memang berpikir seperti itu, tapi bagaimana Opa bisa tahu?
"Hubungan kami sebelum Danastri pulang memang buruk, tapi setelah itu semuanya baik. Opa yang meminta Danastri untuk pergi mengikuti Abbas setelah menikah walau Danastri sempat ragu untuk meninggalkan rumah ini."
"Bukannya itu karena Ana ga mau diganggu sama kita?" Oma bertanya.
Opa menggeleng, "Bagaimana mungkin seorang suami bisa bertahan tanpa istri di sampingnya?"
Aku menoleh ke arah Oma, lalu kami saling bertatapan. Aku ingat saat Oma berkata Bunda menjauh darinya karena tak percaya pada siapapun.
"Selama ini Oma pikir Ana pergi karena masih trauma."
Opa menghela napas, "Perempuan memang selalu mendahulukan perasaan dibanding pikiran. Sekarang Mafaza mengerti kenapa Opa rela melepas Mafaza bersama Astro?"
"Karena Astro yang akan bantu Faza kalau Faza terlalu kebawa perasaan?" aku bertanya.
"Betul."
Aku tahu Opa memang selalu berpendapat laki-laki lebih bisa diandalkan, tapi pembicaraan kami kali ini telah membuka banyak fakta baru untukku.
"Tapi Opa, bukannya ..." kata-kataku terputus karena terdengar suara ketukan pintu. Mungkin itu Kyle.
Aku bangkit menghampiri pintu depan. Sepertinya aku harus mengutarakan pertanyaanku yang batal kutanyakan beberapa saat lalu pada Astro saja. Mungkin dia memiliki jawaban yang kucari.
Seorang pria berusia dua puluhan, berkacamata, dengan tinggi tak terlalu berbeda denganku sudah menunggu saat aku membuka pintu. Dia memberiku sebuah senyum menawan sebelum melangkah masuk.
"Nona Cantik dapet salam dari Astro. Katanya kalau udah selesai ngobrol sama Kyle harus video call sama Astro sebelum tidur." ujarnya sambil memberiku sebuah buket bunga lavender yang disembunyikan di balik punggungnya sesaat lalu.
Aku mengecek kartu kecil yang menempel dengan tulisan: I love you, Honey. Video call aku kalau udah selesai.
Itu jelas tulisan tangan Astro. Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku.
"Thank you, Kyle." ujarku sambil menutup pintu.
"Mau nitip sesuatu buat Astro? Kyle bisa bawa sekalian."
Pertanyaannya membuatku berpikir. Di malam yang sudah larut seperti ini, apa yang bisa kubeli untuk kutitipkan padanya?
Kyle langsung menyalami Opa dan Oma saat kami sampai di ruang tengah, lalu duduk tanpa diminta. Kepribadiannya yang unik sempat membuatku berpikir apakah benar dia agen rahasia. Kesan pertamaku saat bertemu dengannya, dia terlihat seperti pria nakal yang sering mempermainkan perempuan.
Aku baru saja akan beranjak ke dapur saat Kyle menahanku, "Ga perlu repot-repot, Nona. Kyle cuma mau ngasih laporan singkat sebelum pergi."
Aku akan menurutinya saja. Bertahun-tahun bersama Astro yang memiliki kepribadian yang sulit ditolak sepertinya membuatku mengerti Kyle sedikit mirip dengannya.
Kyle memberi sebuah berkas pada Opa. Opa membacanya dengan seksama selama beberapa saat sebelum menyodorkan berkasnya padaku.
Semua bukti yang dibutuhkan Astro untuk memenangkan gugatan ada di sana, juga berkas permintaan maaf secara tertulis dari orang-orang yang menyebarkan informasi pribadi tentangku dan Astro. Salah satunya adalah mantan instruktur muay thai kami yang membocorkan informasi di sebuah forum dengan menggunakan nama samaran.
Aku tahu Kyle bekerja dengan sangat efisien, tapi berkas di tanganku membuatku takjub. Aku tiba-tiba berpikir bagaimana Opa bekerja saat masih muda dulu.
Sebetulnya aku sudah berhenti mencari bukti seperti plakat dan semacamnya sejak Oma berkata terus terang bahwa Oma menyukai Opa yang adalah seorang agen rahasia. Namun entah bagaimana, sepertinya aku akan menyempatkan diri untuk menggeledah loteng lagi.
"Astro ada panggilan sidang pertama dua hari lagi, tapi ga bisa mampir pulang, Nona, karena harus langsung pulang ke Surabaya." ujar Kyle dengan senyum menawan yang masih mengembang di bibirnya.
"Kenapa dia ga bilang sendiri ke aku?"
"Astro bilang ga mau liat Nona cemberut."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Astro benar-benar menyebalkan, tapi dia juga membuatku tiba-tiba merasa rindu.
"Laporan yang Tuan minta udah Kyle kirim." ujar Kyle pada Opa.
Opa hanya mengangguk.
"Laporan apa?" aku bertanya karena ini terasa janggal untukku. Seharusnya laporan apapun itu bisa dibawa saat ini juga.
"Restricted, Nona."
Aku akan berhenti bertanya, tapi laporan sangat rahasia yang sedang dibicarakan oleh Kyle membuatku penasaran.
"Ada lagi yang lain yang perlu dibicarakan?" Opa bertanya pada Kyle.
"Cukup, Tuan."
Opa mengangguk sebelum bangkit, "Kyle bisa lanjutkan pembicaraan dengan Mafaza."
"Maaf, tapi Kyle ga bisa lama-lama di sini. Nona mau titip sesuatu buat Astro?"
Aku berpikir sebelum mengambil keputusan, "Tunggu sebentar."
Aku bangkit dan membawa buket bunga lavenderku ke kamar. Kemudian mengambil topi schoolboy berwarna hijau lumut yang kemungkinan adalah milik Ayah dan menulis di selembar kartu: I love you too, Honey
Aku memakai lipstik dan menempelkan bibirku di kartu itu. Astaga, kenapa aku melakukan ini?
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-