Istri Kecilku Sudah Dewasa

Memilih Tim (2)



Memilih Tim (2)

0"Hah?" tanya Liuli Guoguo sambil menoleh.     

"Mungkin karena kamu terlalu harum," kata Lie Nieduo sembari menyeringai, dan tidak bisa menahan diri untuk mencubit telinga kecil Liuli Guoguo.     

Seketika, Liuli Guoguo pun tertegun.     

"Li Guo, lihat ke sini!" kata Niu Siguang sambil berdehem.     

"Oh oh," jawab Liuli Guoguo yang bergegas menoleh, dan tidak lagi berbicara dengan Lie Nieduo. Dia pun kembali tenang begitu melihat Lie Nieduo tidak bersin lagi.     

Tempat di mana Liuli Guoguo dan orang-orang dari paviliun Yao Guang berada saat ini adalah sebuah hutan lebat di bukit kecil, di lembah ribuan makhluk buas. Di sana juga dikelilingi oleh bambu panjang, tipis, dan menguning.     

Angin sepoi-sepoi lewat, daun bambu bergoyang-goyang, dan murid-murid di depan Niu Siguang hampir semua sudah memilih timnya. Namun, ketika Liuli Guoguo menoleh, hatinya terasa dingin. Karena dia menyadari, tidak ada satupun orang yang mau memilihnya menjadi ketua tim selain Lie Nieduo.     

Niu Siguang lalu memandang di belakang Liuli Guoguo yang hanya berdiri Lie Nieduo tanpa ada siapapun yang lain. Sebab, tidak ada orang yang bersedia memilihnya. Hati tua Niu Siguang entah kenapa tiba-tiba merasa kasihan kepada Liuli Guoguo. Jadi, dia pun berkata, "Kenapa kalian tidak ada yang memilih Li Guo? Dia tidak buruk kok."     

"Tidak mau lah! Dia sangat jelek. Kalau berjalan bersama dia, pasti akan ketakutan dan tidak bisa tidur waktu malam hari."     

"Kenapa harus memilihnya? Banyak sekali tahi lalat dan bopeng di wajahnya itu. Jika membuat api unggun untuk makan, lalu melihat wajahnya itu, siapa juga yang masih nafsu makan..."     

"Benar sekali itu. Apalagi, melihat tubuhnya yang sangat kurus itu. Kapten yang lainnya saja sudah jelas lebih kuat darinya. Apalagi kapten Liu Qilong yang aku pilih, seluruh badannya penuh dengan otot. Lalu, ilmu bela diri dan sihirnya juga yang paling tinggi di kelas kita. Jika ikut bersamanya, tentu bisa makan daging. Orang yang matanya buta saja yang baru mau memilih Li Guo si buruk rupa itu."     

Niu Siguang tertegun. Setelah dia bertanya, tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Tapi, orang-orang yang sudah berbaris di belakang lima kapten lainnya yang malah bergerak dan mulai bergumam sendiri. Satu persatu dari mereka juga terus memperlihatkan ekspresi jijik dan tidak senangnya pada Liuli Guoguo.     

Mata sipit Niu Siguang berkedip, lalu berkedip lagi dan lagi karena memandang murid-muridnya yang menilai seseorang dari wajahnya saja. Sejenak, dia tidak tahu harus berkata apa.      

Niu Siguang kemudian menoleh dan menyadari ada seorang murid yang sedang bersandar dengan malas di sebuah pohon bambu yang cukup tebal. Dia mengerutkan alis tipisnya, lalu bicara. Hanya saja, suaranya tidak berani terlalu tinggi, "Wu Yunfu, kenapa kamu masih tidak memilih ketua?"     

"Aku tidak ingin memilih semuanya," jawab Wu Yunfu dengan santai.     

Setelah itu Niu Siguang melihat kalau waktu satu dupa hampir habis, dan setelah ini juga harus segera membagikan tenda. Jadi, dia pun dengan panik berkata, "Wu Yunfu, cepat pilih lah. Waktunya sudah hampir habis! Tidak bisa ditunda lagi!"     

Begitu Niu Siguang selesai bicara, dia menyeka kening tuanya yang berkeringat, lalu mengira jika dirinya pasti harus berusaha menggerakkan Wu Yunfu. Bahkan dia juga harus mencari banyak alasan agar Wu Yunfu, si Raja iblis ini mau memilih tim.     

Tapi, Niu Siguang sama sekali tidak menyangka. Ketika baru saja ucapannya ini terlontar, namun Wu Yunfu yang bersandar di bambu itu hanya menjawabnya dengan santai, "Oh."     

Hah sepatuh ini? batin Niu Siguang. Mata sipitnya kemudian membelalak, karena tiba-tiba dia merasa kalau matahari telah muncul dari barat.     

Si Tulu menggertakkan gigi belakangnya dengan erat dan menatap langkah Wu Yunfu yang tak berhenti. Karena dia tahu kalau Wu Yunfu pasti akan memilih Guan Luhuan, gadis murahan itu.      

Namun, Si Tulu masih saja tidak bisa menahan imajinasinya sendiri. Bahwa ada sosok yang tengah menegakkan tubuhnya, lalu bergerak menuju dirinya sendiri selangkah demi selangkah.     

Guan Luhan yang memiliki sepasang mata yang lembut, terus mengamati Wu Yunfu dengan penuh kasih sayang. Kemudian dia mengeratkan kepalan tangannya, lalu menaruhnya di dada. Jantungnya berdegup dengan kencang, karena tengah menunggu dengan harapan bahwa Wu Yunfu akan pergi ke timnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.