Istri Kecilku Sudah Dewasa

Si Manis (3)



Si Manis (3)

0Xuanyuan Pofan pun tercengang. Aku marah cukup lama tapi tidak mendapatkan hasil apa-apa. Yang dimarahi juga tidak tahu kenapa aku marah, istri kecilku ini malah merasa kalau semua ini sepenuhnya salahku. Ya sudahlah, siapa juga yang menyuruhku begitu menyukai istri kecilku ini. Apalagi, ini juga salahku yang tiba-tiba sensitif seperti ini, batinnya.     

Kepala kecil Liuli Guoguo lalu menyamankan diri di dalam pelukan kakak Po-nya. Saat ini dia benar-benar bahagia sekali. Bahkan, dia tidak mau lagi bertengkar dengan kakak Po. Karena dia mau selalu baik-baik saja dengan Kakak Po.     

Xuanyuan Pofan memeluk tubuh empuk dan lembut istri kecilnya. Lalu, tiba-tiba suara keroncongan datang dari perutnya dan menghancurkan pelukan hangat di antara Liuli Guoguo dan kakak Po-nya.      

Liuli Guoguo yang ada di pelukan Xuanyuan Pofan langsung mengangkat kepalanya ke wajah Xuanyuan Pofan. Mata besar dan bulat bagai anggurnya itu bersinar, lalu melirik kakak Po sambil tersenyum. Lesung pipi di pipinya muncul seperti bunga mekar yang indah.      

Karena suara perut kelaparan itu bukan berasal dari perutnya, melainkan dari Kakak Po-nya. "Kakak Po, kamu lapar, ya? Hehehehe!" kata Liuli Guoguo. Ekspresi bahagia melihat kakak Po-nya kelaparan muncul di wajah kecilnya yang lembut dan putih itu.     

Liuli Guoguo, ini semua juga karena kamu, kan? batin Xuanyuan Pofan. Kemudian dia mencubit telinga kecil Liuli Guoguo. Lalu, tanpa sadar jakun di tenggorokannya bergerak ke atas dan ke bawah ketika tatapan matanya jatuh ke buah delima merah yang besar di atas meja.     

Liuli Guoguo langsung setuju, lalu dia menaruh delima merah yang besar itu ke atas meja di depan Kakak Po-nya. "Kakak Po, kamu makan buah delima ini dulu saja. Aku akan pergi memanggil serigala sihir dan memintanya menyiapkan makan untukmu!" ucapnya.     

Xuanyuan Pofan lalu mengiyakan dengan hangat, "Iya. Setelah mengecup pipi Liuli Guoguo, dia mengambil buah delima di atas meja itu. Sedangkan Liuli Guoguo berlari ke pintu kamar dengan pipinya yang memerah seperti buah stroberi besar.      

Setelah menekan batu sihir amber di sebelah pintu kamar, pintu kamarnya langsung bersinar. Lalu, Liuli Guoguo pun berlari kembali ke dalam pelukan Xuanyuan Pofan dan bersandar di pelukan pria itu sambil makan buah delima bersama-sama. Setelah itu mereka menunggu datangnya serigala sihir yang akan menyajikan makanan.     

Jadi, ketika serigala sihir yang bercorak kuning dan putih masuk ke dalam kamar. Dia melihat gadis kecil yang imut mengenakan baju merah muda sedang bersandar di dalam pelukan seorang pria tampan yang mengenakan jubah hitam. Yang satu sedang mengupas buah delima, dan satunya lagi sedang makan buah delima yang sudah dikupas.      

Apalagi, adegan detailnya itu, satu melirik ke buah delima, kemudian yang satu menyuapi. Setelah itu, yang satu melirik lagi ke buah delima, dan yang satunya menyuapi. Pemandangan ini terus saja berjalan seperti itu, benar-benar pemandangan yang sangat menghangatkan dan begitu indah.     

Serigala sihir tidak bisa menahan diri untuk menghela napas berat. Setelah itu dia berkata dalam dalam hati, Em... Nanti setelah aku pulang kerja, aku akan pergi ke pasar membeli buah delima. Lalu, begitu pulang ke rumah, aku dan istriku akan makan buah delima itu bersama-sama, sama seperti mereka!     

***     

Di kamar nomor enam area kamar VIP,      

Pao Baobao menuangkan obat ke dalam lumpang kuali obat, memasukkan air untuk merebusnya, lalu mengaduknya beberapa kali dengan gagang kayu. Kemudian dia menutupnya dengan tutup kuali. Namun, dia mulai ragu lagi dan membuat jantungnya berdetak dengan kencang.     

Pao Baobao berjalan ke jendela dan melihat pemandangan di luar jendela beberapa kali. Dia lalu duduk di samping meja mahoni dan memberi makan dua chinchilla kecil gemuk itu. Sebenarnya, dia ingin segera menghilangkan ide yang ada di dalam pikirannya.      

Pao Baobao kemudian menaruh Alfalfa yang ada di tangannya, lalu berlari ke tempat tidur dan mengambil sebuah buku mengenai gunung dan laut di bawah bantal. Setelah itu dia berjalan kembali ke samping meja, membuka buku itu dan mulai membacanya. Ketika sudah mencoba membaca dalam waktu yang cukup lama, namun semua isi buku itu tidak ada satupun yang masuk ke dalam otaknya.     

Setelah sekian lama bergelut dengan batinnya, tiba-tiba suara air mendidih dari kuali obatnya terdengar. Pao Baobao bergegas ke sana, lalu mengangkat lumpang kuali obat itu dengan sapu tangan. Setelah itu dia menurunkan lumpang kuali obat itu dari tungku batu sihir yang panas. kemudian mengisi mangkuk porselen putih kecil dengan obat yang ada dalam kuali.     

Pao Baobao minum obat itu sambil mencubit hidungnya untuk menahan rasa pahit yang ada di mulutnya. Dia terus meminum obat itu sambil memikirkan idenya tadi. Dia benar-benar tidak rela menyia-nyiakan obat itu, meski air obat itu jadi sangat banyak karena tadi dirinya tidak sengaja menaruh terlalu banyak air.      

Tapi, Pao Baobao tetap saja mencubit hidungnya dan berusaha menghabiskan obat itu agar semuanya segera masuk ke dalam perutnya.     

Setelah selesai minum obat, Pao Baobao mencuci lumpang kuali obat, mangkuk, dan sendok porselen putih itu. Namun, di dalam pikiran dan hatinya masih saja melekat ide itu.      

Ketika melihat langit yang semakin gelap, Pao Baobao kemudian terlihat menggertakkan gigi, melangkahkan kakinya, dan akhirnya berjalan menuju tas kantongnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.