Aku Mau Bertaruh untuk Peserta Nomor Enam!
Aku Mau Bertaruh untuk Peserta Nomor Enam!
Tapi, ketika melihat kuda di bawahnya itu, mereka semua enggan menyia-nyiakan uang mereka. Bahkan, hampir tidak ada satupun orang yang bertaruh untuknya, kecuali satu orang.
"Aku mau bertaruh untuk Kakak Po! Pengawal ketujuh tolong berikan kristal daun kecil padaku!" kata Liuli Guoguo sambil bergegas menghampiri pengawal ketujuh.
"Baik," jawab pengawal ketujuh yang kemudian mengeluarkan beberapa kristal daun kecil dari ruang sihirnya, lalu menyerahkannya kepada Liuli Guoguo.
Liuli Guoguo mengambil beberapa kristal daun kecil itu, lalu memanggil pelayan wanita yang sedang memegang piring mahoni di depannya. Kemudian dia menaruh beberapa kristal daun kecil yang dipegang oleh tangan putih dan kecilnya itu ke piring mahoni. "Aku mau bertaruh untuk peserta nomor enam!" katanya dengan tegas. Karena sebenarnya, peserta nomor enam adalah kakak Po tersayangnya.
Begitu pelayan wanita itu mendengar ini, dia lalu melirik beberapa kristal daun kecil di piring mahoni itu. Kemudian dia tidak bisa menahan diri untuk memandangi gadis kecil berbaju merah muda di depannya. Memandangi gadis yang tampak polos yang tengah mengagumi pria berjubah hitam itu dengan penuh simpati dan kasihan untuk Liuli Guoguo.
Tapi melihat gadis kecil yang polos ini, membuat pelayan wanita itu tidak tega. Sebab, dia tidak tega melihat gadis kecil itu akan menghabiskan uang orang tuanya, dan nanti malah akan dimaki orang tuanya jika tahu uang itu habis karena kalah. Setelah itu, dia pun berusaha membujuknya, "Adik kecil, kamu pertimbangkan baik-baik ya. Apa benar-benar mau bertaruh untuk peserta nomor enam itu?"
"Em em! Benar kok!" jawab Liuli Guoguo sambil menganggukkan kepalanya dan melanjutkan ucapannya, "Peserta nomor enam pasti akan menang dan mendapatkan juara pertama!"
Pelayan wanita yang sedang memegang piring mahoni mengerutkan keningnya. Dia merasa jika gadis kecil ini benar-benar bodoh dan polos, sehingga dia berusaha untuk membujuknya lagi. "Adik kecil, coba kamu lihat kuda yang ditunggangi oleh peserta nomor enam itu, kudanya begitu kurus dan pendek."
"Kuda itu adalah kuda milik kami yang silsilah status dan kekuatan nenek moyangnya terendah. Umumnya, hanya peserta yang tidak mampu membayar kuda, yang akan memilih kuda ini. Kebanyakan orang tidak akan memilih kuda jenis ini untuk mengikuti perlombaan balap kuda."
"Kuda itu lebih polos dan lemah daripada kuda yang berdarah murni. Kuda ini kecepatan larinya sangat lambat dan mudah kehabisan tenaga. Jadi, peserta nomor enam itu mana mungkin bisa mendapatkan juara pertama dalam perlombaan ini? Yang ada, mungkin hanya akan mendapatkan juara pertama dari belakang."
Dalam balap kuda, memang orang yang menunggangi kuda yang berlomba. Tapi, yang sebenarnya berlomba adalah kudanya. Pada balapan kuda, kualitas kuda itu juga sangat penting sekali. Sehingga, pemilihan kuda peserta jadi seperti patokan taruhan.
Jika seseorang pandai memilih kuda mana yang bagus, maka orang itu juga tetap akan unggul untuk mendapatkan kemenangan dalam perlombaan, meskipun mungkin kemampuan berkudanya biasa saja.
Begitu mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan wanita itu, Liuli Guoguo kemudian menoleh dan melihat ke Xuanyuan Pofan yang ada di dalam hutan lebat. Dia lalu melihat ke kuda yang ditunggangi olehnya, menatapnya lagi dan lagi, lalu melihat ke kuda yang ditunggangi oleh peserta lainnya.
Tiba-tiba Liuli Guoguo mengerti akan hal ini. Kemudian dia menelan ludahnya dan membatin, Eh? Sepertinya memang kelihatan lemah deh. Kalau tidak dikasih tahu oleh kakak ini, aku juga tidak akan menyadarinya. Kuda yang ditunggangi kakak Po memang… Em… Sedikit… Lemah kelihatannya.
Tidak heran, ketika aku menarik kakak Po ke ke depan kuda itu dan menunjuk kuda itu dan bilang, 'Kakak Po, pilih kuda ini saja!' kakak Po tiba-tiba tersenyum saat melihat kuda ini. Lalu, ketika aku dan kakak Po membawa kuda ini keluar, paman Na Lanyan dan yang lainnya juga tiba-tiba tertawa.
Oalah, ternyata karena ini. Aku mana berpikir serumit itu, karena merasa kuda itu lucu dan imut sekali, jadi aku langsung memilihnya.
Setelah berpikir seperti ini, bagi Liuli Guoguo tidak masalah jika kudanya kurus dan pendek, pokoknya dia percaya kalau kakak Po-nya pasti menang. Kemudian dia menoleh ke pelayan wanita yang membawa nampan mahoni itu, lalu berkata, "Tidak akan! Peserta nomor enam pasti akan menang, aku bertaruh untuknya!"
Pelayan wanita itu kemudian melihat gadis kecil berbaju merah muda tersebut masih saja tegas dengan pilihannya itu. Dirinya merasa walaupun dia sudah berusaha membujuknya, bagaimanapun itu pasti sia-sia. Jadi, dia tidak lagi membujuknya, dan segera membawa nampan mahoninya untuk berjalan ke penonton yang lainnya.
***
Tong tong tong!!!
Paman besar yang di keningnya diikat oleh kain hitam sudah memukul gong yang menandakan pertandingan dimulai. Lalu, dua puluh peserta perlombaan balap kuda yang ada di luar hutan lebat, satu persatu melajukan kudanya masuk dengan cepat ke dalam hutan lebat.
"Kakak Po, semangat!!!" teriak Liuli Guoguo dengan tangan kecil seputih saljunya yang dilingkarkan di depan mulutnya seperti terompet, agar suaranya menjadi keras, dan mengarahkannya ke kakak Po-nya. Dia benar-benar sangat tegang dan gugup sendiri, jantungnya bahkan berdetak sangat kencang karena terlalu bersemangat.
Lalu, detik berikutnya, tiba-tiba rok baju Liuli Guoguo ditarik oleh sesuatu.