Kannoya Academy

you're save



you're save

0"Tahanlah Reflectia, pembelot ini!"     

"Baik."     

Reflectia dibawa ke tempat penahanan dengan sejumblah pasukan yang berjumblah 5 orang.     

"Bagus sekali, rupanya kamu berhasil menipu teman-teman kita, tetapi tidak untuk saat ini."     

"Sekarang kamu tidak dapat berbuat apa-apa."     

Reflectia tersenyum,     

"Kerja bagus, teman-teman."     

2 pasukan membalikkan tubuhnya, yang satu berhasil menusuk 2 pasukan lainnya sekaligus, yang satu hanya diam saja, tetai sisa pasukan itu terjatuh tak berdaya.     

"Sekarang, rencananya apa?" tanya salah satu pasukan yang baru saja menusuk 2 orang pasukan lainnya.     

"Kita tunggu perintah master." kata Reflectia.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Tenang sekali..." keluh Asuka.     

"Tetapi di luar sepertinya heboh." kata Ardolph.     

"Benar juga.... Aku bisa merasakannya lewat udara di luar." kata Yukina.     

I Made Arnawa masih terdiam. Ia duduk di pojokan ruangan yang sangat jauh dari Yukina, Asuka, dan Ardolph.     

"Dia menjauhi kita semua..." pikir Yukina.     

Yukina mengingat dirinya dahulu,     

"Tolong....Menjauhlah dariku...."     

Yukina memejamkan kedua matanya.     

".... Mengalami kejadian seperti itu pasti berat baginya..." pikir Yukina.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Siapa di sana?"     

"Kami diperintahkan untuk masuk ke dalam dan mengamankannya." kata dua pasukan yang tadi.     

Pasukan-pasukan yang menjaga pintu rahasia saling melihat. Bentuk formasi para pasukan memang sengaja dibuat seperti berpatroli agar musuh tidak mengira ada sesuatu di balik dinding itu.     

Pasukan-pasukan itu segera mengarahkan senjatanya pada mereka.     

"Oh...Begitu..." kata 2 pasukan itu.     

Salah satu pasukan mengeluarkan pedangnya dari sarungnya. Yang lainnya hanya diam saja.     

Pasukan-pasukan itu segera menembaki kedua pasukan itu.     

Lelaki yang menyamar sebagai pasukan itu menebas di udara satu kali, tetapi semua peluru yang mereka tembakkan terbelah menjadi dua.     

Pasukan itu masih menembaki mereka.     

Tapi tak lama, mereka merasa kesakitan dan terjatuh ke atas lantai.     

"Sihir laba-labamu memang hebat." kata lelaki itu sambil menyarungkan pedangnya.     

"Terimakasih, sihirmu lebih hebat." kata lelaki lainnya.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

Yukina merasakan ada ancaman.     

"Rheinalth, Ermin, bersiaplah!" kata Yukina lewat sihir telepatinya.     

"Benar..." kata Rheinalth bersiap.     

"Ada penyusup." kata Ermin.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Tch..Kita lupa jika pintu ini tidak dapat diakses." keluh lelaki itu.     

"Tenanglah..." kata Reflectia yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.     

Reflectia melapisi telapak tangannya dengan sihir cerminnya, lalu cermin itu berubah warna seperti kulit manusia.     

Reflectia meletakkan tangannya pada scanner itu.     

".....Ini tuan gubernur...Akses diterima."     

.     

.     

.     

.     

.     

"ADA YANG MASUK!" Kata Yukina.     

" Tapi...Katanya itu adalah tuan gubernur--" kata Rheinalth yang kebingungan.     

Rheinalth dan Ermin segera melihat ada Reflectia dan dua pasukan.     

"Dia pembelot.." kata Rheinalth.     

"Baiklah kalau begitu." jawab Ermin.     

Mereka berdua merasa ada sesuatu yang merambat pada tubuh mereka. Dengan segera Ermin mengaktifkan sihir api miliknya dan membakar tubuhnya sendiri. Rheinalth membekukan tubuhnya sendiri. Kumpulan laba-laba yang terbakar terjatuh dari tubuh Ermin. Kumpulan laba-laba yang membeku menempel pada tubuh Rheinalth dan Rheinalth mencabuti laba-laba beku itu, lalu menghancurkannya.     

"DI SINI TIDAK AMAN!" kata Rheinalth dengan sihir telepatinya.     

Seorang lelaki mengeluarkan pedangnya dari sarungnya, lalu menebas di udara.     

"AWAS!" Teriak Ermin yang segera mengaktifkan sihir tanah dan membuat pelindung untuk Rheinalth dan dirinya sendiri.     

Hanya satu tebasan yang lelaki itu buat, tetapi ada 5 tebasan yang mengenai pelindung milik Ermin dan Rheinalth, dan tak lama pelindung mereka berdua hancur.     

Saat pelindung mereka berdua hancur, mereka terkurung di dalam kurungan cermin.     

"A-Apa ini?" kejut Ermin.     

Ermin mengaktifkan sihir listriknya. Ermin memukul cermin itu dan mengalirkan aliran listrik pada cermin itu. Cermin itu retak, dan sesuai dengan retakan pada cermin itu, Ermin menerima luka yang sama.     

Tapi, aliran listrik itu berhasil menyetrum Reflectia, sehingga ia marah.     

Reflectia memukul cermin milik Ermin dengan kuat, sehingga retakannya semakin besar, Ermin semakin terluka.     

"Ermin? Kamu baik-baik saja?!" kejut Rheinalth yang dikurung di tempat lain.     

"hm..Sepertinya aku terlalu menahan diri.." kata Reflectia.     

Reflectia menapakkan kakinya di atas lantai.     

Sementara itu, di dalam kurungan.     

"Apa ini? Cermin-cermin ini menajam dan..Argh!" kata Ermin.     

Cermin-cermin yang menajam mulai menusuk kedua tangan Ermin dan kedua kakinya, sisanya menusuk tubuhnya secara tidak beraturan.     

"Ermin?" kejut Rheinalth yang tiba-tiba ia juga tertusuk.     

"Tch...Cermin berbeda dengan es... bagaimana ini.." keluh Rheinalth.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Yukina...Maaf...Meskipun kalian sudah mengingatkan....Kita kalah telak." kata Ermin lewat sihir telepatinya.     

"Tch.... Kita bahkan belum melakukan apapun." keluh Rheinalth.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Ardolph, Asuka, bersiaplah. Ni Nyoman Caya, awasi kakak, jika kami terlihat seperti akan kalah, berarti kamu harus membawa kakak keluar dan temui Hard Rock. Kalian akan melarikan diri." kata Yukina.     

.     

.     

.     

.     

"....Ini tuan gubernur...Akses diterima."     

Langkah kaki sudah terdengar. Yukina, Ardolph, dan Asuka bersiap.     

.     

.     

.     

.     

"Aku harus bisa melindunginya..."pikir Yukina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.