Meletusnya Perang Antar Dewa
Meletusnya Perang Antar Dewa
Para kultivator dari Dunia Manusia telah memulai misi mereka untuk melancarkan serangan di seluruh penjuru dunia dan mulai membantai orang-orang dari dunia lainnya tanpa pandang bulu. Mayat-mayat bertumpuk dimana-mana—seolah-olah neraka telah dibawa ke muka bumi.
Bagian paling mengerikan dari semua ini adalah, para kultivator dari Dunia Manusia terlihat seperti kerasukan. Tidak ada satu pun dari mereka yang waras. Seolah-olah mereka dilahirkan untuk membunuh. Selain itu, kekuatan mereka telah meningkat pesat, membuat mereka menjadi sekelompok mesin pembunuh yang tidak memiliki perasaan.
"Amitabha." Buddha of Destiny, yang berdiri di samping Ye Futian, mulai membaca Sutra Buddha. Dia menyatukan telapak tangannya setelah menyaksikan semua pembantaian dan pertumpahan darah itu.
"Apakah anda bisa mengintip nasib kita di masa depan?" Ye Futian bertanya pada Buddha of Destiny.
"Bahkan aku tidak bisa mengintip takdirmu di masa depan, Yang Mulia. Tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah takdir yang telah tertulis. Ditambah lagi, para kultivator tingkat tinggi di dunia ini harus melalui bencana besar. Sayangnya, aku tidak bisa meramalkan apa takdir yang menanti kita karena keterbatasan dari kultivasiku," Buddha of Destiny menyatukan kedua telapak tangannya dan menjawab. Meskipun dia tidak bisa melihat takdir Ye Futian, dia tahu bahwa Ye Futian harus menghadapi ujian yang berat di masa depan.
"Apakah tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan Leluhur Manusia?" Ye Futian bergumam pelan. Leluhur Manusia telah mengendalikan para kultivator dari Dunia Manusia untuk menaklukkan seluruh penjuru dunia. Tapi hingga saat ini, dia masih belum tahu apa tujuan akhir dari Leluhur Manusia.
Buddha of Destiny tetap tidak mengatakan apa pun. Leluhur Manusia adalah sosok paling misterius dan kuat sejak zaman kuno. Meskipun mereka dapat mengubah aliran waktu, mereka masih tidak dapat mengejar tingkat kultivasinya dan melampaui perbedaan jangka waktu kultivasi di antara mereka.
Ye Futian telah menyelimuti seluruh penjuru Dunia Langit dengan jiwa spiritualnya. Setelah itu, dia melihat banyak anggotanya berada dalam bahaya, dan dua legiun yang dia latih secara pribadi telah kehilangan banyak petarung mereka. Bahkan Xia Qingyuan, Dou Zhao, dan yang lainnya berada dalam situasi yang berbahaya. Meskipun mereka adalah kultivator yang kuat, mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan setelah terus bertarung selama berhari-hari. Bala bantuan terus-menerus berdatangan dari Dunia Manusia, dan tidak ada satu pun dari mereka yang bertindak seperti diri mereka sendiri.
Sejak awal, perang ini bukanlah sebuah pertempuran yang adil. Leluhur Manusia telah memanipulasi perang ini dengan mengendalikan pikiran para kultivator dari Dunia Manusia.
Setelah menyaksikan semua pemandangan mengerikan dari proyeksi tersebut, Ye Futian tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan situasi ini terus berlanjut. Jika dia terpancing oleh langkah yang diambil Leluhur Manusia, hal tersebut akan menimbulkan malapetaka bagi makhluk hidup di seluruh penjuru dunia. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah bisa mereka saksikan.
*Brak* Ye Futian membentuk sebuah kekuatan dewa yang menutupi seluruh penjuru langit dari Dunia Langit dengan satu perintah dari dalam pikirannya. Dalam sekejap, semua orang mendongak untuk memandang ke arah langit. Para kultivator dari Dunia Manusia mengerutkan kening mereka sementara para kultivator dari Dunia Langit, yang tampak kelelahan dan kehilangan semangat, merasa sangat lega karena pemimpin mereka—Kaisar Surgawi—mulai turun tangan dalam perang ini.
Jika perang ini terus berlanjut, mereka semua akan dimusnahkan.
"Perhatian bagi kalian yang telah menyerang Dunia Langit! Leluhur Manusia telah menggabungkan diri dengan Dunia Manusia dan mengendalikan kalian untuk menduduki Dunia Langit serta membantai penghuninya! Tapi dengan ini, aku mengumumkan bahwa mulai saat ini, tidak akan ada pembunuhan dan pertempuran yang terjadi di Dunia Langit! Semua orang harus mematuhi perintah untuk melakukan gencatan senjata! Para pembangkan akan langsung dieksekusi!"
Suara Ye Futian bergema di seluruh penjuru Dunia Langit. Sudah jelas, para kultivator dari Dunia Manusia tidak akan pernah mendengarkan kata-katanya, karena mereka hanya akan mematuhi kehendak Leluhur Manusia untuk memperjuangkan keadilan mereka dan menyatukan Tujuh Dunia Utama.
Dari sudut pandang mereka, Ye Futian berkata demikian karena dia takut kalah. Sekarang setelah dia berada di pihak yang tidak menguntungkan dalam pertempuran, satu-satunya cara untuk membalikkan keadaan adalah campur tangannya dalam masalah ini.
"Bunuh mereka!" Beberapa kultivator dari Dunia Manusia yang berada di Kota Kekaisaran Surgawi tidak memedulikan peringatan Ye Futian dan melanjutkan pembantaian mereka. Mereka tidak bisa berpikir jernih karena mereka dikendalikan oleh emosi mereka. Mereka terjebak dalam keyakinan masing-masing, sementara beberapa orang bahkan telah ditaklukkan oleh kemampuan pengendali pikiran dari Leluhur Manusia.
*Boom* Sebuah bencana penghancur menghujani area tersebut dari atas langit sementara kekuatan dewa yang mengerikan itu telah menyebar di udara. Semua orang yang bersentuhan dengan kekuatan itu langsung dilenyapkan hingga tak bersisa.
Pada saat itu juga, cahaya bencana yang tak terhitung jumlahnya melesat dari atas langit dan membunuh banyak kultivator dari Dunia Manusia.
"Semuanya, mundur dari medan pertempuran sekarang juga!" Ye Futian memberi perintah. Dia takut para kultivator dari Dunia Manusia akan membalas dendam padanya karena dia telah melanggar peraturan tak tertulis dari dunia kultivasi. Oleh sebab itulah, dia memerintahkan para kultivator dari Dunia Langit untuk mundur.
*Boom* Sebuah suara yang mengerikan saat ini bergema di udara. Jalur spasial yang terhubung dengan Dunia Manusia itu semakin membesar. Tidak lama kemudian, perbatasan antara kedua dunia tampaknya telah menghilang. Tidak akan ada lagi perbedaan antara Dunia Langit dan Dunia Manusia.
Seberkas Petir Ilahi Kehancuran—yang juga disebut sebagai Petir Ilahi Kekacauan—tiba-tiba ditembakkan dari Dunia Manusia ke Dunia Langit pada skala yang dapat memusnahkan setiap kultivator yang berada di dunia tersebut.
Pada saat yang bersamaan, banyak bayangan dewa bermunculan di titik penghubung antara kedua dunia, sambil memancarkan sebuah aura yang menusuk tulang.
Namun meski demikian, banyak kultivator di tingkat Kaisar Agung yang muncul di samping Ye Futian. Ini adalah persaingan antara Kaisar Agung dari Dunia Langit yang baru muncul dan para dewa tua dari zaman kuno.
"Maju!"
Orang-orang dari Dunia Manusia terlihat takjub. Dalam sekejap, bayangan para dewa itu menghilang dari pandangan ketika mereka melesat melintasi Dunia Langit, sebelum muncul kembali di lokasi yang berbeda pada saat berikutnya. Karena Ye Futian telah melanggar peraturan tak tertulis yang ada di dunia kultivasi, maka tidak akan ada lagi hukum dan batasan yang berlaku.
Apa yang akan terjadi selanjutnya adalah pembantaian berskala besar.
Sosok-sosok dewa kuno langsung bergerak menuju ke berbagai macam titik dengan kecepatan tinggi, berubah menjadi kilatan petir saat mereka mulai bergerak.
Sementara itu, kelompok Kaisar Agung yang berada di samping Ye Futian bergerak ketika tubuh para dewa kuno itu bersinar terang. Setelah menentukan target masing-masing, para Kaisar Agung itu menghilang tepat setelah mereka bergerak dengan kecepatan yang sama.
Dewa Angin dari zaman kuno memiliki pergerakan tercepat di antara mereka semua. Sebuah badai akan terbentuk setiap kali dia bergerak, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Akibatnya, setiap bangunan yang dia lewati dihancurkan seutuhnya, membunuh semua kultivator yang berlindung di dalamnya.
Setelah meningkatkan kecepatannya hingga batas maksimal, dia melintasi kota itu dalam sekejap, membentuk sebuah celah di bagian tengahnya.
Setelah itu, seberkas sambaran petir mendekatinya dari belakang dengan kecepatan ekstrem. Itu tampak seperti seberkas cahaya yang melintasi ruang hampa dan ditujukan langsung kepadanya.
"Hmm?" Dewa Angin mengerutkan keningnya ketika dia melihat seseorang sedang mengejarnya. Dengan satu perintah dari dalam pikirannya, dia menciptakan bilah-bilah pedang angin penghancur dengan Kekuatan Ilahi miliknya dan mengubahnya menjadi sebuah tornado yang mengoyak ruang hampa. Dalam sekejap, badai bencana itu bergerak menuju cahaya tersebut, mengubah segala sesuatu yang menghalangi jalannya menjadi sekumpulan debu.
Sosok bercahaya itu langsung memasuki tornado tersebut karena dia tidak bisa menghindarinya saat bergerak dengan kecepatan seperti itu. Semuanya terjadi dalam waktu singkat, bahkan lebih cepat dari kilatan petir.
*Syuutt* Sosok bercahaya itu berhasil melewati tornado itu dan keluar dari sisi lainnya, terbang menuju Dewa Angin. Saat melihat kehadirannya, ekspresi Dewa Angin berubah menjadi muram dan langsung berubah wujud menjadi aliran angin tak berwujud, yang semakin meningkatkan kecepatannya.
Pada saat ini, seberkas cahaya menyilaukan yang menutupi sebagian besar ruang hampa menyinari area di depannya. Cahaya tersebut menembus semua yang disentuhnya. Setelah beberapa saat, suara geraman bisa terdengar di sana, dan cahaya itu langsung melesat ke sumber suara tersebut.
Di arah dimana cahaya suci itu bersinar, seseorang sedang menjerit kesakitan. Pada saat berikutnya, Dewa Angin menunjukkan dirinya. Namun, sosoknya yang gagah kini telah ditembus oleh sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya, memenuhi tubuhnya dengan lubang cahaya yang tak terhitung banyaknya.
Cahaya yang menyilaukan itu menyebar melintasi jarak yang sangat jauh, memenuhi ruang hampa dengan kilauannya. Setelah itu, tubuh Dewa Angin hancur berkeping-keping dan berangsur-angsur menghilang dari pandangan. Sementara bayangan tanpa tubuh itu berusaha melarikan diri dari lokasi kejadian, sosok bercahaya itu menembakkan seberkas sinar cahaya ke arah bayangan tersebut untuk menghabisinya, tidak memberikan kesempatan kepada sisa-sisa jiwa spiritualnya untuk bertahan hidup.
Setelah beberapa lama, sosok Chen Yi muncul di tempat itu. Sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia melesat ke lokasi lainnya.
Dahulu, dia telah menerima warisan dari Kuil Cahaya, dan ketekunannya dalam berkultivasi akhirnya menjadikannya sebagai Dewa Cahaya yang sesungguhnya.