Pertimbangan Serafima
Pertimbangan Serafima
Rupanya, Jovano belum ingin menuntaskan hasratnya untuk 'menghukum' Serafima. Ketika gadis itu berpikir semua sudah usai, dia malah diangkut dan dimasukkan ke kolam oleh Jovano.
Dan di kolam yang telah dikelilingi oleh formasi array buatan Jovano, kedua orang beda ras itu pun memulai petualangan bercinta mereka dengan berbagai gaya.
Meski Serafima sudah ingin menyerah, namun jiwa kompetitif dia berkobar, tidak ingin dikalahkan Jovano. Maka dari itu, ia terus saja meladeni tingkah erotis Jovano seakan dia ingin menunjukkan bahwa dia tidak muda ditaklukkan dalam hal tenaga.
Akhirnya, setelah sehari semalam menumpahkan semua libido dalam kegiatan bercinta yang gila-gilaan, keduanya terbaring di samping kolam, menatap langit Cosmo yang indah bertaburan bintang.
Jovano menoleh ke samping, Serafima masih berusaha menata napasnya yang tersengal-sengal. Ia pun berguling dan memerangkap gadis itu dengan satu lengannya sementara ia berbaring miring menghadap si gadis Nephilim. "Jadilah pacarku."
Serafima menoleh kaget ke Jovano. "Jadi pacarmu?" Tatapannya dipenuhi aura remeh untuk Jovano. "Hei, bocah, kau ini siapa, huh? Aku lebih senior darimu, mana mungkin aku menjadi pacarmu?" Ia mendorong dahi Jovano saat wajah lelaki itu mendekat ke dia.
Jovano tak marah dan malah tertawa kecil, menyahut, "Ha ha ha, memangnya cinta itu dibatasi umur dan latar belakang? Apa kau sudah lupa bagaimana ayah dan ibuku bisa bersatu menjadi suami istri?"
Serafima ingat, sepupunya, Dante, memang membuat kehebohan di alam Nephilim karena menikahi keturunan iblis yang seharusnya dibasmi. Bahkan nirwana juga sempat guncang saat itu. Ketika awal Serafima menerima berita itu dari temannya, dia menganggap Dante gila dan sudah terlalu diguna-gunai iblis.
Namun, sekarang, bukankah dia sama saja dengan Dante? Dia malah bercinta dengan keturunan iblis, dan ini adalah MOMEN PERTAMA dia! Bagaimana jika keluarga dan tetua di Antediluvian mengetahui ini? Bisa-bisa, keluarga mereka dicap sebagai keluarga pengkhianat, karena tak hanya Dante saja yang bergabung ke ras iblis, bahkan Revka pun demikian!
Kalau Serafima juga bertindak sama, akan segila apa orang-orang di Antediluvian menilai dia? Tidak, sepertinya dia harus menolak ide Jovano tadi.
Maka, ia pun menggeleng dan berkata, "Selain kau ini masih bocah bagiku, kita juga berbeda."
"Tapi, ayah dan ibuku-"
"Itu mereka, dan bukan aku!" Serafima kemudian bangkit, menyingkirkan lengan Jovano dan mulai memakai pakaiannya. "Aku masih harus membawa nama baik keluargaku yang sudah sempat koyak karena kebodohan Dante dan Revka."
"Kenapa harus memikirkan ras? Atau latar belakang?" Jovano lekas bangun dan menghampiri Serafima, mengalungkan dua lengannya di pinggang gadis itu. "Asalkan perasaanmu padaku sama seperti aku padamu, maka itu sudah lebih dari cukup."
Serafima terdiam sembari memandang Jovano yang juga terdiam menatap lekat padanya. Dia tidak bisa pungkiri bahwa dia memang terpikat pada lelaki muda ini sejak awal pertemuan mereka. Pada pertamanya, dia terpikat karena bakat dan kemampuan Jovano yang dinilai melebihi pemuda lainnya di tim Blanche.
Namun, entah sejak kapan itu bergeser menjadi sebuah daya tarik lebih dari bakat dan kemampuan? Apakah semenjak dia digendong Jovano kemarin? Atau kapan? Ahh, rasanya Serafima malas memutar kepingan memori di otaknya.
Sebagai perempuan tomboi, dia jarang memperhatikan pria jika bukan karena kemampuan pria tersebut. Itu pun juga tidak akan mengarah ke sebuah perasaan romantik.
Tapi ... seharian penuh menghabiskan tenaga dan peluh dalam dekapan libido Jovano, Serafima tidak mungkin tidak goyah. Hatinya berdesir, menginginkan Jovano juga.
Di matanya, Jovano memang lelaki yang kuat, hebat, dan juga bisa diandalkan. Dia mengagumi jenis lelaki seperti itu. Lelaki yang bisa mengungguli dia, mendominasi dia.
Memangnya ada berapa lelaki semacam itu di Antediluvian? Tidak ada! Lelaki terkuat di sana pun bisa ditaklukkan Serafima dalam duel adu kekuatan. Dan oleh karena itu, mereka tidak berani memunculkan gagasan ingin menjadikan gadis itu kekasih, apalagi istri.
Baru Jovano saja yang begitu santainya menawarkan menjadi kekasih, bahkan itu pun setelah sehari semalam lelaki itu menguasai dan menaklukkan Serafima dalam pusaran badai hasrat yang selama ini tidak pernah dirasakannya.
Haruskah dia jujur pada perasaannya atau ... mementingkan nama baik keluarganya?
"Ayo, kita istirahat di kamarku, yah!" ajak Jovano sambil tak mau melepaskan dekapannya. "Atau kau ingin kita beristirahat di sini saja?"
Serafima mendelik. Bukankah bocah ini terlalu percaya diri dan berani? Dua tempat yang ditawarkan Jovano tadi sama-sama tidak menguntungkan bagi Serafima. Apa-apaan di kamar pria itu?!
Satu jam berikutnya, Serafima sudah terbaring di ranjang kamar Jovano dan mulai membalas cumbuan pemuda itu. Hingga akhirnya, dia lagi-lagi dikalahkan oleh keinginan tubuhnya sendiri.
Sekali lagi, Jovano berhasil menggiring hasrat Serafima ke alur yang diinginkan pemuda itu, sehingga pada ujungnya, Serafima terbangun di pagi hari dengan sekujur tubuhnya memiliki aroma Jovano.
Ugh! Sialan! Serafima mengumpat dirinya sendiri. Lagi-lagi dia gagal menepis pemuda itu! Dia malah terus dan terus tenggelam setiap Jovano menarik dia ke samudera birahi.
Mata Serafima tidak menemukan Jovano ketika dia terbangun. Menahan lelah di tubuhnya yang terus digempur kegilaan Jovano yang bisa dikatakan sebagai keponakannya sendiri, ia pun berjalan lemas ke kamar mandi untuk menanggalkan aroma Jovano dari tubuhnya.
Ketika Serafima keluar dari kamar itu dan turun ke bawah, sebuah suara menyapanya, "Wah, sudah bangun, yah! Jo masih berlatih dengan yang lain. Dia minta aku membuatkan sup daging kalau Sera bangun." Itu adalah Shelly.
Hkkhh! Bocah itu! Kenapa harus berkata seperti itu pada Shelly? Bukankah itu sama saja ingin berkoar-koar bahwa mereka sudah tidur bersama?! Bocah sialan! rutuk Serafima kencang-kencang di hatinya. "U-um, iya, terima kasih, Shelly."
"Ini, supnya. Biasanya, sup daging beruang ini sangat manjur untuk memulihkan stamina yang sudah terpakai semalam suntuk. Kami biasa makan ini di pagi hari." Shelly menyodorkan semangkuk sup beraroma sangat menggugah selera.
Tunggu, apa tadi?! Sangat manjur untuk memulihkan stamina yang sudah terpakai semalam suntuk? SIALAN KAU JOVANO!
Di tempat lain, Jovano masih latih tanding dengan Gavin dan juga dua pangeran kembar. Mereka harus terus meningkatkan kekuatan dan kecakapan tempur mereka, karena mereka pasti akan terus menemui musuh-musuh kuat di hari depan.
Ketika Jovano sedang menepis pedang dari Pangeran Abvru, ada panggilan untuknya melalui anting komunikasi. Ia pun berhenti dan mundur sejenak. "Ya, Kak Druana?"
"Jo ... masukkan aku ke alammu, aku sudah menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk memulihkan stamina kalian." Suara Druana terdengar di telinga Jovano.
"Oke, Kak!" Jovano pun memusatkan pikiran dan tak berapa lama, Druana muncul di dekatnya.
Iblis medis itu tersenyum genit seperti biasanya dan mencubit pipi Jovano seraya berkata, "Terima kasih, pangeran ganteng." Lalu dia berjalan gontai ke arah pondok Cosmo. "Kalian bisa segera berkumpul di sini untuk aku obati."