Devil's Fruit (21+)

Teka-Teki Dari Sphinx



Teka-Teki Dari Sphinx

2Fruit 1240: Teka-Teki Dari Sphinx     

Sphinx masih ingin mempermainkan calon-calon mangsanya ini melalui teka-tekinya, karena dia begitu sombong akan kepandaiannya. Padahal dia bisa saja langsung menyergap mereka yang sedang dalam kondisi lemah tanpa banyak kekuatan yang dimiliki.     

Yah, mungkin monster ini terlalu maniak dengan teka-teki.     

"Baiklah, beri kami pertanyaan." Jovano mengangguk setuju dan yakin akan kecerdasan yang dia miliki pastinya tidak kalah dari Sphinx, ya kan? Sementara yang lainnya berdebar menanti teka-teki dari Sphinx.     

"Khu hu huu ... baiklah, jangan menyesalinya setelah nanti kau tidak bisa menjawabnya." Sphinx semakin mendekat ke Jovano, dan berkata, "Namun, sebelum itu, aku ingin kalian menandatangi perjanjian dulu."     

"Hah? Perjanjian apa pula!" Serafima menyeru tak senang.      

"Skrriiii!" Hong Wang juga.     

"Kalau kalian ingin melanjutkan langkah kalian di tempat ini, tandatangani perjanjian dariku." Sphinx mengeluarkan sebuah tablet batu entah dari mana ke hadapan Jovano dan timnya. "Bubuhkan darah kalian di sini, dan aku juga akan membubuhkan darahku, sehingga kita akan terikat perjanjian."     

"Perjanjian macam apa?" tanya Pangeran Zaghar dengan tatapan waspada. Enak saja jika sampai monster ini memperdaya mereka begitu saja dengan darah mereka.     

"Bahwa jika kalian menang dan bisa menjawab pertanyaanku, maka aku akan melepaskan kalian dan tidak melakukan apapun pada kalian. Tapi kalau aku yang menang dan kalian tidak bisa menjawabku, maka kekuatan semesta di sini akan membuat kalian tidak bisa bergerak sama sekali. Bagaimana, berani?" Sphinx melirik ke Jovano dan timnya, membayangkan dia bisa kenyang untuk beberapa hari.     

Apalagi, daging iblis adalah sesuatu yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kekuatannya sebagai monster. Dia bisa puasa berabad-abad jika berhasil menelan rombongan anak iblis ini.     

Shona dan yang lain menatap Jovano, seakan meminta pertimbangan dari ketua tim mereka.     

"Hei, ayo lekas putuskan! Atau lebih baik aku langsung mengejar kalian saja!" Sphinx mulai tak sabar. Terbayang santapan penuh gizi di depan mata, bagaimana air liurnya tidak menetes?     

"Baiklah!" Jovano menyeru tegas.     

"Jo, kau yakin?" tanya Shona sambil menyentuh lengan Jovano.     

Pemuda itu mengangguk yakin. "Ya, aku yang akan menghadapi teka-tekinya."     

"Jo, awas saja kalau sampai kau malah tak bisa menjawab," ancam Serafima dengan suara rendah.     

"Ayo, ayo, kita jangan membuat Jovano tertekan." Pangeran Zaghar menengahi.     

Lalu, setelah kesanggupan tim Jovano, masing-masing dari mereka meneteskan darah ke atas tablet batu itu dan demikian juga Sphinx. Sesudah itu, tablet batu tadi mendadak bersinar dan semakin terang, lalu sinar itu menembak ke angkasa.     

"Hm, baiklah. Perjanjian kita sudah diijinkan semesta. Bersiaplah! Aku akan memberimu teka-teki." Sphinx menyeringai. "Aku akan mengajukan 3 pertanyaan karena kalian ada banyak, dan itu sudah merupakan kemurahan hati terdalamku."     

Mengambil napas panjang, Jovano menjawab, "Ya, berikan saja padaku!"     

"Pertanyaan pertama. Dia memakan segalanya; burung, hewan buas, pohon, bunga. Dia bahkan mengunyah besi, menggigit logam. Dia bisa menggiling batu sebagai makanannya. Dia juga membunuh raja, menghancurkan kota dan melongsorkan banyak gunung. Siapakah dia?" Sphinx memulai teka-tekinya.     

Jovano terdiam sejenak untuk berpikir. Dia tidak boleh sampai salah menjawab. Meski akan mengurangi 1 nilainya, tapi tetap saja kurang adalah kurang, dan dia tidak ingin menempatkan kelompoknya dalam bahaya.     

Dia bisa saja mengeluarkan Noir di alam ini, tapi dia tidak tahu, apakah sihir Noir akan tetap tersegel jika dikeluarkan di sini? Maka dari itu, Jovano tidak ingin bertindak gegabah dan menunggu dulu yang ini selesai.      

"Ayo, lekas jawab! Aku akan memberimu waktu 5 napas!" Sphinx tidak ingin merugi dan kehilangan mangsa. Oleh karena itu dia menerapkan 10 napas (sekitar setengah menit) secara diam-diam dalam pasal perjanjian di tablet batu tadi.        

"Hei! Kenapa tadi tidak kau bilang bahwa waktunya sesingkat itu!" Serafima berteriak ke Sphinx.     

"Diam atau aku makan kau!" Sphinx melotot ke Serafima dan beralih ke Jovano. "Waktumu hampir habis, bocah."     

"Baiklah, aku akan menjawab." Jovano menatap Sphinx dengan tatapan yakin. "Jawabannya ... waktu."     

Dong!     

Terdengar bunyi seperti gong dari langit dan wajah Sphinx tampak keruh.      

Memperhatikan reaksi Sphinx, Jovano bertanya, "Apakah jawabanku benar?"     

"Hmgh! Iya." Sphinx menjawab dengan ketus dan kesal. Bagaimana bisa bocah itu menjawab dengan benar? Biasanya monster-monster kecil lainnya akan tidak berdaya dengan pertanyaan ini dan dia bisa dengan bebas melahap mereka.     

Apakah, pertanyaannya terlalu mudah? Baiklah, dia akan memberi pertanyaan yang lebih sulit lagi.     

Sementara itu, anggota tim Jovano menghembuskan napas lega. Mereka berterima kasih pada Jovano karena kecerdasannya.     

"Kenapa jawabannya bisa waktu?" tanya Serafima dengan raut bingung.      

"Dasar kau makhluk bodoh! Skriiii!" Hong Wang mengambil kesempatan ini untuk mengejek Serafima.     

"Burung sialan! Awas saja kalau sihirku sudah kembali, aku cabuti seluruh bulumu!" seru Serafima dengan wajah gahar ke Hong Wang.     

"Ucapkan itu nanti kalau kau sudah kuat, bocah bodoh! Skriiiii!"      

"Sudah, sudah, sesama anggota tim jangan bertengkar, oke!" lerai Jovano dan beralih ke Serafima. "Apa lagi di dunia ini yang kejam selain sang waktu, sayank?"     

Serafima merenungkan ucapan itu dan akhirnya dia pun paham mengenai teka-teki itu. Dalam hatinya, dia mengapresiasi kecerdasan Jovano yang mampu berpikir cepat meski di bawah tekanan seperti ini.     

"Humph! Baiklah, pertanyaan kedua. Kau jangan terlalu sombong hanya karena sudah berhasil menjawab yang pertama, bocah iblis!" Sphinx muram dan bersiap.     

"Ha ha, aku hanya beruntung saja. Ayo, ucapkan lagi pertanyaanmu. Siapa tahu kali ini aku tidak beruntung." Jovano seolah menantang namun dengan bahasa yang halus tersamar.     

"Baiklah, pertanyaan kedua. Yang kita tangkap dengan susah payah saat mencarinya, malah kita buang. Dan yang tidak kita tangkap, justru kita simpan. Apa itu?" Kali ini Sphinx merasa lebih percaya diri dengan pertanyaan ini. Sangat jarang bagi calon mangsa terdahulu bisa menjawab teka-teki yang ini. "Ayo ... waktumu hanya 10 napas saja."     

"Itu mudah, jawabannya ... kutu." Jovano setengah terkekeh saat menjawab teka-teki kedua ini.      

Raut terkejut sempat beberapa detik keluar dari Sphinx ketika kemudian bunyi "dong" kembali terdengar dari langit. Wajah monster itu lebih keruh dari sebelumnya. Rasanya dia menyesal sudah menawarkan teka-teki. Tahu begini, lebih baik dia menyergap saja mereka semua.     

"Boleh aku bertanya?" Jovano memberanikan diri.     

"Heh, apa hakmu malah balik bertanya padaku dalam situasi ini!" Sphinx melotot gahar ke Jovano.      

"Aku tidak hendak mengajukan teka-teki padamu, melainkan pertanyaan mengenai perjanjian saja. Boleh?"      

"Huh! Tanyakan!"     

"Kalau kami kalah, kami ditelan olehmu. Lalu ... bagaimana kalau kau yang kalah? Apa yang akan terjadi padamu?"     

Mendengar pertanyaan Jovano, warna muka Sphinx berubah makin suram dan seolah berubah-ubah antara hijau, hitam, ungu. "Aku tak ingin menjawab itu! Nah, bersiaplah untuk pertanyaan ketiga!"      

Kali ini, Sphinx semakin gusar. Mengapa ada makhluk yang berhasil menjawab 2 pertanyaan berturut-turut darinya? Dia tidak boleh kalah! Tidak boleh! Baiklah, karena Jovano ternyata setangguh ini kecerdasannya, dia harus menggunakan pertanyaan khas dia yang sudah berhasil membunuh banyak makhluk yang berjumpa dengannya. Dia yakin, pertanyaan yang sering menjadi teka-teki terhebat miliknya pasti akan meruntuhkan Jovano.     

"Pertanyaan ketiga!" seru Sphinx dengan wajah semakin menyeramkan. Dia bersiap menyampaikan teka-teki paling terkenal darinya dan selalu bisa membunuh calon mangsanya tanpa kegagalan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.