The Alchemists: Cinta Abadi

Rose Dan Rune Terbang Ke Medion



Rose Dan Rune Terbang Ke Medion

0"Astaga .. kau ini membuat ibu semakin penasaran! Kalau kau tidak ingin memberitahu ibu apa yang terjadi, kenapa kau membahas ini?" Finland mengerucutkan bibirnya. "Seharusnya kau tidak melakukannya, Aleksis. "     

"Ya ampuun .. hahahahaa .. aku minta maaf, Bu. Aku kira, aku terlalu bersemangat. Kumohon, jangan paksa aku untuk membuka rahasianya .. ahahahaha," Aleksis menutupi wajahnya dengan dua tangan dan tertawa malu.     

"Astaga, aku merasa tidak enak sebagai kakak yang suka bergosip. Nah .. coba saja telepon Rune dan tanyakan dia sekarang ada di mana, apa yang dia lakukan, dengan siapa.. dan lain-lain. Aku yakin Rune tidak akan berbohong kalau ibu yang bertanya."     

Finland menyipitkan matanya dan dahinya berkerut. Dia menoleh kepada suaminya." Kita harus menelepon Rune dan mencari tahu."     

Caspar menggelengkan kepalanya." Hmm .. kupikir kita harus membiarkannya . Kurasa dia sedang jatuh cinta dan akan pergi ke Medion untuk bersama gadis itu."     

"Apa? Bagaimana ayah bisa tahu? "Aleksis menurunkan tangannya dan menatap ayahnya dengan penuh minat. "Aku tidak pernah menyebutkan kalau dia sedang mendekati seorang gadis."     

"Kau baru saja melakukannya," kata Caspar sambil tersenyum lebar. Ia mengacak rambut istrinya dan berbisik dengan nada sayang, "Ayo jangan khawatir tentang anak itu. Dia bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Mari kita pikirkan calon bayi kita saja."     

"Oh ...." Sekarang setelah suaminya menyinggung tentang kehamilannya, Finland menyadari bahwa sudah waktunya bagi Rune untuk akhirnya membuka hatinya untuk mencintai seorang wanita.      

Wanita itu perlahan merasakan kehangatan merayap di dalam hatinya. Ahh .. Bahkan anak bungsunya sekarang akan menemukan seorang wanita untuk melabuhkan hatinya      

Finland sangat berharap Rune akan menemukan wanita yang baik untuk berbagi hidupnya.     

***     

Ketika mereka naik pesawat menuju Medion, Rune tentu saja berpura-pura sedikit norak karena mereka naik penerbangan kelas 1.     

Sebagai laki-laki yang 'sangat miskin', tentu akan mencurigakan jika ia terlihat santai ketika naik pesawat dan duduk di badan pesawat paling ujung tersebut.     

Walaupun ia mengaku sering bepergian dalam pekerjaannya sebagai freelancer menemani berbagai jurnalis dan peneliti ke berbagai tempat di seluruh dunia, tentu saja semua penerbangan yang diambilnya sebagai freelancer adalah penerbangan ekonomi.     

Rune tidak mau mengambil risiko ketahuan. Aha, tidak dulu. Ia belum siap untuk membuka identitasnya kepada Rose.     

Ia ingat kenapa waktu itu Aleksis mengambil jamnya yang mahal dari pergelangan tangan Rune saat pria itu hendak mengaku-ngaku bahwa jamnya adalah barang palsu dari China... hehehe.     

Ia mengerti sekarang. Saat itu Aleksis sudah mengetahui siapa Rose sebenarnya. Karenanya Aleksis menduga bahwa sebagai gadis bangsawan yang kaya raya, Rose pasti akan dapat mengenali barang-barang sangat mahal seperti jam yang dikenakan Rune itu.     

Penyamaran Rune sebagai orang miskin akan langsung terbongkar! Ugh... sangat mengerikan.     

Karenanya, sejak ia mengetahui siapa Rose sebenarnya, Rune bersikap lebih hati-hati. Ia masih mengenakan pakaian murah dan jam biasa, dan kini ia juga berpura-pura norak saat duduk di kursi VIP.     

"Astaga.. kursi pesawat ini nyaman sekali," komentarnya. "Aku pikir semua kursi pesawat itu keras dan membuat badan menjadi pegal."     

Ia menaruh ranselnya di kompartemen di atas kursi mereka dan duduk mengagumi empuknya kursi mereka. Di bagian Kelas 1, ada 12 kursi dan dari semuanya, hanya enam buah yang terisi.     

Penerbangan mereka ke Medion akan berlangsung selama enam jam dan Rose ingin beristirahat dengan nyaman di perjalanan, karenanya ia memesan tiket kelas 1 untuk mereka berdua.     

"Ahhh.. ternyata begini rasanya orang-orang kaya kalau bepergian... Pantas saja mereka senang traveling."     

Rose hanya tersenyum-senyum melihat antusiasme Rune. Ia lalu duduk di samping pria itu dan menurunkan pembatas di antara mereka, sehingga keduanya seolah sedang duduk bersama di sebuah sofa besar yang empuk.      

"Nanti begitu pesawatnya berada di udara, kita bisa tidur. Kursinya akan berubah menjadi tempat tidur double untuk kita berdua," kata Rose menerangkan.     

Rune menelan ludah. Ahhh.. ini hampir seperti tidur bersama Rose lagi, kan? Sungguh menyenangkan!!!     

Rune merasa sangat gembira. Ia tidak percaya keberuntungannya sendiri!     

Seorang pramugari datang menghampiri keduanya dan menawarkan sampanye. Rose dan Rune menerima masing-masing segelas dan bersulang.     

"Untuk liburan menyenangkan ke Medion," kata Rune sambil tersenyum lebar sebelum ia mendentingkan gelasnya ke gelas Rose dan kemudian meneguk minumannya.     

Rose hanya tersenyum mendengar perkataan pria itu. Ia tidak berkata apa-apa karena mungkin ia sendiri tidak tahu apa  yang harus diucapkan.     

Kalau bagi Rune perjalanan ini adalah liburan yang menyenangkan, bagi Rose, kepulangannya ke Medion sama seperti pesakitan yang akan segera menghadapi hukuman mati.     

Cintanya kepada Leon akan benar-benar terputus dan terhalang selamanya oleh suatu tembok tinggi yang bernama pernikahan.     

Leon akan segera menikahi putri dari Moravia, dan mereka akan menjadi suami istri. Kalau Rose masih mempertahankan perasaannya kepada suami orang... maka ia adalah manusia yang paling dibenci semua orang.     

Ia akan dituduh sebagai perusak rumah tangga, wanita murahan yang menginginkan suami orang lain...     

Ahh... sedih sekali rasanya.     

"Aku tidur dulu ya," kata Rose dengan suara pelan saat pesawat sudah di udara dan semua sabuk pengaman boleh dilepaskan.     

Rune mengangguk. Sedikit banyak ia dapat mengerti perasaan Rose. Ahh, pasti gadis ini sangat sedih. Sebentar lagi ia pulang ke kampung halamannya hanya untuk menghadapi kesedihan.     

Ia memperhatikan Rose mengambil bantal dan menurunkan kursinya menjadi tempat tidur dan kemudian menurunkan pembatas di antara mereka. Sesaat kemudian kursi yang mereka duduki sudah menjadi tempat tidur double yang nyaman.     

Rose mengenakan masker mata dan memejamkan mata, pura-pura tidur. Ia sedang tidak ingin berbicara dan merasa lebih baik jika ia mencoba tidur.     

Rune menghhabiskan sampanyenya dan kemudian bangkit untuk menutup dinding luar pembatas kursi mereka untuk  memberi privasi kepada Rose.     

Lima jam kemudian, terdengar suara pengumuman dari pilot yang mengatakan bahwa pesawat sudah tiba di atas kerajaan Medion dan sebentar lagi mereka akan mendarat.     

.     

.     

>>>>>>     

Dari penulis:     

teman-teman yang baik, mohon maaf ya, kalau update buku ini sangat lambat kemarin-kemarin, karena saya sedang sangat sibuk dengan pekerjaan dan juga buku baru.     

Untuk yang mengikuti kisah Vega, Ren, dan Mischa, ceritanya sudah hampir tamat. Silakan mundur ke Volume 4. Bab terakhir  yang menceritakan tentang Vega ada di bab 967.     

Untuk teman-teman yang ingin membaca buku baru saya, bisa cuss ke buku "Pangeran Yang Dikutuk" ya. Ceritanya lucuuuu dan seru. Tapi awas... itu hanya untuk pembaca dewasa.     

Kontennya tidak untuk pembaca di bawah umur karena banyak adegan 'mesum' orang dewasa. Silakan klik profil saya dan masukkan bukunya ke perpustakaan.     

Sinopsisnya bisa dibaca di bawah ini ya:     

PANGERAN YANG DIKUTUK     

Pangeran putra mahkota Kerajaan Draec dikutuk pada hari kelahirannya, bahwa ia tidak akan pernah bahagia. Lebih parahnya lagi, semua wanita yang menyentuhnya akan mati.     

Hal ini menjadi masalah sangat besar bagi keluarga raja karena pangeran tidak bisa mendapatkan istri untuk melahirkan keturunan penerus dinasti keluarganya, apalagi sang pangeran adalah anak tunggal.     

Hingga pada suatu ketika... seorang putri negara jajahan yang menyamar sebagai budak hendak membunuhnya, ternyata tidak mati setelah mereka bersentuhan.     

Emmelyn menyimpan dendam kepada pangeran putra mahkota yang telah membunuh keluarganya dalam perang dan menjajah negerinya. Ia bertekad hendak membunuh sang musuh.     

Apa daya, percobaan pembunuhannya gagal dan ia ditangkap. Namun, sang pangeran yang menyadari Emmelyn adalah satu-satunya harapan bagi keluarganya untuk memperoleh keturunan, membuat perjanjian dengan gadis itu.     

Ia baru akan dibebaskan dan negerinya tidak akan dijajah lagi, jika gadis itu berhasil memberinya tiga keturunan.  Emmelyn setuju, tetapi, setiap hari di saat ia bersama pangeran, gadis itu selalu berusaha membunuhnya.     

Apakah Emmelyn akan berhasil membalaskan dendam keluarganya? Ataukah ia akan terjebak semakin dalam dengan sang musuh?     

***     

"Ayo pergi," kata sang pangeran.     

"Pergi kemana?" Emmelyn bertanya, tidak mengerti apa yang ingin dilakukan Mars.     

"Ayo kita membuat bayi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.