Chapter 115 : Latih tanding Alice vs Ryouichi
Chapter 115 : Latih tanding Alice vs Ryouichi
"Jadi, dari kejauhan aku mendengar bahwa ada yang menanyakan tentang [Insignia]. Benar seperti itu, Alice?" tanya Enzo.
"Enzo, aku tidak menyangka kau akan kembali secepat ini. Dan kau membawa yang lainnya juga" ucap Ryouichi dengan wajah berseri-seri sembari menepuk pundak Enzo.
"Hahaha, ketika saya mengatakan bahwa anda sedang memberi pelatihan kepada para prajurit, yang lainnya langsung bersemangat dan ingin bergabung dengan ketua" ucap Enzo.
"Letnan Satu Enzo, bi-bisakah saya bertanya sesuatu kepada anda dan yang lainnya?" tanya Alice ragu-ragu.
"Tentu saja, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Enzo.
"Ka-kalau begitu, jika anda berduel dengan Kolonel Ryouichi… Siapakah diantara kalian yang akan menang? Dan bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Alice.
Suasana ditempat itu pun menjadi hening sesaat setelah Alice menanyakan hal itu.
"Jika duel yang kau maksud adalah duel latih tanding biasa, maka aku mempunyai kesempatan 50-50 untuk menang dari ketua. Namun jika yang kau maksud adalah duel sampai mati, maka aku sama sekali tidak mempunyai kesempatan menang dari ketua. Kesampingkan perihal menang, untuk melukai ketua saja adalah hal yang mustahil jika ketua sedang dalam mode serius" ucap Enzo dengan nada serius.
Alice pun tersentak mendengar jawaban dari Enzo.
"Letnan Satu Enzo sendiri sudah dianggap sangat kuat di markas provinsi ini… Jadi sekuat apakah Kolonel Ryouichi jika menggunakan kekuatan penuhnya?" gumam Alice.
"La-lalu bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Alice.
"Alice, bukankah hal itu sudah jelas? Yang kita bicarakan saat ini adalah ketua yang sudah menjabat sebagai [Guardian]. Bahkan jika seluruh prajurit dari markas provinsi bertarung dengan ketua, kemungkinan ketua untuk kalah adalah 0 persen" ucap Natsumi.
Alice tertegun ketika mendengar jawaban dari Natsumi.
"Jadi bagaimana? Apakah seluruh pertanyaanmu sudah terjawab dengan jelas?" tanya Enzo.
"Terima kasih atas seluruh jawabannya, Kolonel Ryouichi" ucap Alice.
Alice nampak terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Sersan Alice, apakah kau tertarik untuk berlatih tanding denganku? Aku sedang tidak ada waktu dan ingin berlatih sebentar" ucap Ryouichi.
"Eh?"
"Eh?"
Pasukan [Saint Wolf] langsung menatap Ryouichi dengan tatapan terkejut. Mereka terkejut karena Ryouichi mengajak orang lain untuk latih tanding meskipun mereka tahu bahwa Ryouichi tidak pernah mengajak orang lain untuk latih tanding sejak kematian Kolonel Ryota.
"A-apakah anda sedang bercanda, Kolonel Ryouichi?" tanya Alice.
"Tentu saja aku tidak meremehkan kekuatanmu karena kau sudah menjadi bagian dari prajurit markas provinsi timur. Terlebih lagi, orang yang melatihmu adalah Enzo sendiri, namun aku tidak ingat bahwa aku mengakuimu sepenuhnya untuk menjadi bagian dari pasukan [Saint Wolf]" ucap Ryouichi dengan wajah dan nada serius.
"Tu-tuan Ryouichi, bukankah itu berlebihan?" ucap Tiara.
"Tiara, Ryouichi sedang mengetes mereka. Lihat saja apa yang akan terjadi nanti" ucap Natsumi.
Ryouichi pun tersenyum jahat dan menunjuk Alice.
"Benar, bagaimana kalau kau dan seluruh regumu yang waktu itu bertemu denganku ikut dalam latih tanding bersamaku?" ucap Ryouichi.
Alice dan prajurit dalam regu nya pun tersentak ketakutan setelah melihat tatapan Ryouichi.
"Ryouichi, tampaknya kau masih mempunyai dendam pribadi dengan para prajurit waktu itu yang datang ke restoran kita…" gumam Natsumi.
"Enzo, perintahkan seluruh prajurit dalam regu Alice untuk segera bersiap. Aku menunggu mereka di arena" ucap Ryouichi sembari berjalan pergi meninggalkan lapangan.
Enzo yang melihat itupun perlahan kesal.
"Alice, Norn, Seth, Zul, Mikoto. Bisakah kalian setelah ini tetap berada ditempat ini? Untuk prajurit yang lain, bisa meninggalkan pelatihan untuk bersiap-siap menonton latih tanding Kolonel Ryouichi" ucap Enzo.
Setelah seluruh prajurit pelatihan meninggalkan lapangan dan menyisakan regu Alice, Enzo dan pasukan [Saint Wolf] lain tetap berada di lapangan untuk bertanya sesuatu kepada regu Alice.
"Alice, sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan hingga membuat ketua menjadi seperti itu?" tanya Enzo.
"Se-sebenarnya…"
Setelah Alice menjelaskan kejadian yang dulu mereka alami dengan Ryouichi, Enzo langsung menutupi wajahnya.
Terlihat juga ekspresi kesal dari Chloe dan Reina ketika mendengar penjelasan dari Alice.
"Jelas saja, ketua Ryouichi nampak kesal dengan kalian. Untuk kalian tahu, ketua Ryouichi adalah tipe orang yang selalu mengingat apa yang sudah dilakukan orang lain kepadanya. Terlebih kalian sendiri yang sudah merendahkan dan mengejek ketua Ryouichi waktu itu. Jika sudah seperti ini, bahkan aku sudah tidak bisa membantu kalian" ucap Enzo sembari menghela nafas.
"Ma-maafkan kami..." ucap Alice dan pasukannya secara bersamaan.
Chloe langsung berjalan menuju regu Alice yang tengah berbaris.
"Kopral Seth. Silahkan maju satu langkah ke depan" ucap Chloe dengan ekspresi yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
"Ba-baik" Seth yang sudah dapat menebak apa yang akan terjadi kepadanya hanya bisa pasrah ketika berhadapan dengan Chloe.
"Jadi kau yang sudah terang-terangan mengejek master dan bahkan mengajaknya berkelahi? Kau pikir siapa dirimu, berandalan botak? Bahkan para petinggi lain di Central selalu menyebut nama master Ryouichi dengan nada segan dan sopan. Namun kalian dengan beraninya mengejek master seperti itu…" ucap Chloe dengan nada kesal yang sudah tidak tertahankan.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang menyapa pasukan [Saint Wolf]
"Yo, mengapa kalian berkumpul seperti itu? Apakah kalian sedang menghukum prajurit?"
Suara itu tidak lain adalah suara dari Kolonel Ray yang sedang berkunjung ke markas provinsi timur.
"Kolonel Ray? Apa yang sedang anda lakukan di sini?" tanya Akari.
"Ah, aku sedang mengunjungi Megumi untuk meminta beberapa berkas dokumen militer. Dan kalian sendiri?" tanya Kolonel Ray.
Kolonel Ray bingung ketika melihat ekspresi dari pasukan [Saint Wolf] yang sedang kesal dengan sesuatu.
Enzo pun mendekati Kolonel Ray dan berbisik kepadanya.
"Jadi begitu..." ucap Kolonel Ray sembari menganggukkan kepalanya.
Kolonel Ray pun mendekati Seth dan menepuk pundaknya.
"Aku hanya bisa berkata… Jangan sampai mati disana, Ryouichi adalah orang yang susah untuk menahan dirinya ketika sedang kesal dengan sesuatu. Bahkan aku sendiri akan berpikir dua kali untuk membuat dirinya marah" ucap Kolonel Ray.
"Ka-kami hanya harus bertahan ketika melawan Kolonel Ryouichi, bukan?" tanya Alice.
"Hanya bertahan? Lelucon macam apa itu? Bahkan demon tingkat langit pun akan menangis dan bersujud minta ampun jika di minta untuk bertahan dari serangan Ryouichi" ucap Enzo.
Enzo pun mengajak Kolonel Ray dan yang lainnya untuk pergi dari tempat itu. Natsumi yang tidak tega melihat regu Alice pun mendekati mereka.
"Sebaiknya kalian meminta maaf langsung kepada Ryouichi, mungkin saja Ryouichi akan lebih lunak kepada kalian ketika latih tanding nantinya. Khususnya dirimu, Alice. Kau masih belum meminta maaf langsung kepada Ryouichi tentang masalah Rose" ucap Natsumi yang langsung pergi meninggalkan mereka.
Regu Alice pun menjadi pucat setelah mendengar ucapan Natsumi dan segera mencari Ryouichi untuk meminta maaf langsung kepadanya.
"Ki-kita sungguh sudah membangunkan singa yang sedang tertidur ya?" ucap Mikoto.
"Jika saja aku mengetahui bahwa yang sedang ku ajak berkelahi adalah Kolonel Ryouichi, maka aku akan langsung meminta maaf kepada seluruh leluhurku karena sudah membuat mereka malu" ucap Seth.
Terlihat Alice yang sedaritadi menundukkan kepalanya dan menyesali perbuatannya dulu.
"Alice!"
Teriakan yang memanggil namanya itu pun membuat Alice mendongakkan kepalanya.
"Ko-Kolonel Rose?!"
Rose pun melambaikan tangannya kepada Alice dan berbincang kepadanya di sebuah koridor.
"Hmmm… Jadi begitu. Mendengar dari ceritamu, nampaknya kalian sudah membuat Ryouichi marah besar" ucap Rose.
"Saya merasa sebenarnya Kolonel Ryouichi masih marah kepada saya karena waktu itu saya pernah menyinggung anda didepan Kolonel Ryouichi…" ucap Alice.
"Baiklah kalau begitu, ayo ikut denganku" ucap Rose.
"Ikut anda kemana, Kolonel Rose?" tanya Alice heran.
"Bukankah sudah jelas? Aku akan menemani kalian untuk meminta maaf kepada Ryouichi" ucap Rose.
"Ti-tidak perlu, Kolonel Rose. Kolonel Ryouichi mungkin akan lebih marah jika melihat anda membela kami…" ucap Alice.
Rose pun hanya bisa menghela nafas.
"Jadi apa kalian akan meminta maaf sendiri kepadanya?" tanya Rose.
"Benar, ini adalah kesalahan kami. Maka sudah seharusnya kami bertanggung jawab dan meminta maaf kepada Kolonel Ryouichi secara langsung tanpa bantuan orang lain" ucap Alice.
"Baiklah, kalau begitu. Aku akan langsung menuju arena untuk melihat latih tanding kalian" ucap Rose yang langsung meninggalkan Alice.
Alice pun sudah membulatkan tekadnya untuk meminta maaf kepada Ryouichi. Alice dan regunya pun mendatangi Ryouichi yang tengah bersiap di ruangannya.
"Kolonel Ryouichi, apakah anda ada didalam?" tanya Alice sembari mengetuk pintu ruangan Ryouichi.
"Masuklah, aku tidak mengunci pintunya" ucap Ryouichi.
Perlahan seluruh regu Alice memasuki ruangan Ryouichi dan berbaris. Terlihat Ryouichi yang tengah bersiap-bersiap memakai baju khusus untuk latih tanding tanpa memperdulikan mereka.
"Ko-Kolonel Ryouichi, kami datang untuk meminta maaf langsung kepada anda"
"Aku tidak ingat pernah meminta kalian untuk meminta maaf kepadaku, bukankah kalian seharusnya bersiap untuk latih tanding kita? Lebih baik kalian bersiap sekarang, sudah banyak yang menunggu untuk latih tanding kita" ucap Ryouichi tanpa melihat kearah mereka.
Alice nampak menahan sesuatu untuk dikatakan. Ryouichi pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangannya namun ditahan oleh Alice.
"Tunggu sebentar, Kolonel Ryouichi. Bisakah anda memaafkan kami?" ucap Alice.
Ryouichi hanya memandangi wajah Alice dengan tatapan datar.
"Menyingkirlah sekarang, jangan buat aku mengatakan hal ini untuk kedua kalinya"
Ucapan Ryouichi membuat ekspresi ketakutan dari wajah Alice terlihat dengan jelas.
Alice pun mau tidak mau menyingkir dari hadapan Ryouichi dan membiarkannya lewat. Alice dan regunya pun pasrah dan segera bersiap untuk latih tanding dengan Ryouichi di arena.