Chapter 51 : Janji Sehidup Semati
Chapter 51 : Janji Sehidup Semati
"Tuan Ryouichi ? " ucap Tiara yang melihat Ryouichi menghampiri dirinya.
"Tiara, dimana yang lainnya ? " tanya Ryouichi.
"Enzo sedang mengejar Akari yang lari cemburu ketika melihat Enzo akrab dengan gadis lain, lalu Natsumi sedang mengawasi Chloe dan juga Reina yang sedang bermain. Apakah anda ada perlu dengan mereka ?" ucap Tiara.
"Papa!" seru Aiko.
Perhatian Ryouichi pun teralihkan oleh seruan dari Aiko.
Aiko pun berlari menghampiri Ryouichi, Ryouichi yang melihat hal itupun langsung mengangkat Aiko dan menggendongnya.
"Yosh, apa Aiko tidak nakal?" tanya Ryouichi.
Aiko menggelengkan kepala dengan pelan dan tersenyum.
"Aiko tidak nakal, Aiko hanya bermain dengan kakak Tiara" ucap Aiko.
Ryouichi lalu mengelus kepala Aiko dengan lembut. Tiara pun hanya memperhatikan Ryouichi dengan ekspresi datar.
"Tuan Ryouichi, apa anda mempunyai masalah?" tanya Tiara.
"Apa maksudmu? Aku baik-baik saja" ucap Ryouichi heran.
"Ah tidak… Hanya saja, saya merasa anda sedang diliputi kesedihan. Apa ada sesuatu yang membuat anda sedih?" tanya Tiara.
Ryouichi hanya tersenyum dan mengelus kepala Tiara dengan lembut.
"Kau tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Hanya saja aku menjadi rindu dengan Kolonel Ryota." ucap Ryouichi.
Tanpa disadari, air mata Ryouichi pun berlinang.
"Papa? Mengapa papa menangis?" tanya Aiko sembari menyeka air mata Ryouichi.
"Eh? Mengapa aku menangis? Haha, aku jadi malu memperlihatkan hal ini kepada kalian" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.
Tiara yang melihat hal itu pun, menepuk bangku sebagai pertanda untuk menyuruh Ryouichi duduk disampingnya. Melihat hal itu pun, Ryouichi langsung duduk di sampingnya.
"Aiko, bagaimana kalau kau bermain di situ sebentar? Kakak mau berbicara dengan papamu sebentar" ucap Tiara sembari menunjuk pohon didepan mereka.
Aiko pun menganggukkan kepalanya, dan berlari pelan untuk bermain.
"Tuan Ryouichi, entah mengapa hati saya menjadi sakit ketika melihat anda menangis seperti itu" ucap Tiara.
"Hahaha, kau tidak perlu mengkhawatirkan diriku. Aku tadi hanya melihat Jendral dan juga Rose yang sudah berbaikan satu sama lain. Mungkin aku hanya sedang terbawa suasana saja dan menjadi ikut sedih" ucap Ryouichi.
"Tuan Ryouichi…" ucap Tiara lirih.
"Ketua?" ucap Enzo.
Enzo dan seluruh pasukan [Saint Wolf] yang lain pun datang menghampiri Ryouichi dan juga Tiara.
"Ah Enzo…" ucap Ryouichi.
"Ketua? Mengapa anda terlihat seperti habis menangis?" tanya Akari penasaran.
Natsumi langsung memukul kepala Akari.
"Tidak perlu mengurusi urusan orang lain. Bagaimana jika kau malah membuat ketua semakin sedih?" ucap Natsumi.
"Ouch, tapi kau tidak perlu memukulku sekeras itu" ucap Akari sembari menyentuh kepalanya yang terkena pukulan Natsumi.
Reina dan Chloe pun mendekati Ryouichi.
"Master, apa master baik-baik saja? Apa master mau tidur di pangkuan Reina?" ucap Reina.
"Terima kasih Reina, tapi aku baik-baik saja." ucap Ryouichi.
Chloe pun mengelus kepala Ryouichi.
"Master tidak perlu sedih, Chloe akan terus bersama dengan master" ucap Chloe.
Tanpa disadari Ryouichi pun berlinang air mata.
"Anda tidak perlu merasa kesepian seperti itu, ketua. Apapun yang terjadi kami akan selalu bersama anda. Bukankah kita semua adalah keluarga?" ucap Enzo sembari mengacungkan jempolnya.
Para anggota pasukan [Saint Wolf] yang lain pun tersenyum kepada Ryouichi.
"Enzo… Kalian semua…" ucap Ryouichi terharu.
Tiba-tiba Rose dan juga Jendral menghampiri mereka.
"Ryouichi, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rose.
"Ah Rose, aku hanya sedang berbincang dengan Tiara. Bagaimana dengan kalian?" ucap Ryouichi.
"Mama!" seru Aiko.
Aiko pun berlari menuju Rose, Rose yang melihat hal itupun tersenyum dan memeluk Aiko.
"Entah mengapa mama menjadi rindu padamu" ucap Rose.
Jendral pun berjalan pelan kearah Ryouichi dan memasang ekspresi yang membuat Ryouichi takut. Ryouichi yang menyadari kesalahannya pun berdiri serta menundukkan kepalanya berniat untuk meminta maaf kepada jendral.
"Jendral, maafkan kesalahanku. Aku hanya berniat membuat anda berbaikan dengan Rose, aku tidak menyangka anda akan masuk kedalam kolam itu" ucap Ryouichi dengan nada bersalah.
Suasana pun menjadi hening, Ryouichi yang merasa aneh pun mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah jendral.
"Jendral?" ucap Ryouichi.
"Ryouichi… Aku sangat berterima kasih kepadamu dan sekaligus meminta maaf kepadamu karena hampir membunuhmu saat latihan tanding kemarin" ucap jendral sembari menundukkan kepalanya kepada Ryouichi.
"Eh?! Tolong angkat kepala anda, Jendral" ucap Ryouichi.
"Ayah, tolong angkat kepalamu. Ryouichi jadi merasa tidak enak kepadamu" ucap Rose.
Jendral pun mengangkat kepalanya dan mengulurkan tangannya kepada Ryouichi untuk berjabat tangan. Ryouichi yang melihat hal itupun mengulurkan tangannya dan membalas menjabat tangan jendral.
"Aku ikut senang melihat anda sudah berbaikan dengan Rose, Jendral" ucap Ryouichi sembari tersenyum.
"Hahaha, tidak perlu memanggilku dengan formal seperti itu. Bukankah kita sudah menjadi keluarga?" ucap jendral.
Ryouichi yang mendengar hal itupun tersenyum.
"Anda benar, aku berniat untuk segera menikah dengan Rose" ucap Ryouichi.
"Ryouichi, kau tidak perlu mengucapkan hal memalukan seperti itu" ucap Rose yang memasang ekspresi tersipu malu.
"Ada apa Rose? Apakah kau tidak ingin menikah denganku? Aiko, mama sudah membuat papa sedih, papa ingin menangis " tanya Ryouichi dengan ekspresi sedih.
"Mama nakal! Papa menangis karena Mama" ucap Aiko.
"Bu-bukan seperti itu, a-aku hanya malu jika ada ayahku disini" ucap Rose malu-malu.
Jendral yang melihat hal itupun menyerahkan sesuatu kepada Ryouichi dan berbisik kepadanya.
"Ambillah ini" ucap Jendral.
Ryouichi pun melihat benda yang diberikan oleh jendral, sebuah cincin berwarna perak yang dihiasi oleh permata safir yang sangat indah.
"Jendral, benda ini…" ucap Ryouichi terkejut.
"Aku mendengar dari Rose bahwa kau sudah melamarnya namun kau masih belum melamarnya dengan cincin. Cincin ini adalah milik mendiang istriku, aku harap kau tidak keberatan dengan cincin bekas ini" ucap Jendral.
"Ah tidak, aku tidak keberatan dengan cincin ini. Namun apakah tidak apa-apa jika anda memberikan cincin milik mendiang istri anda kepada saya?" tanya Ryouichi.
Jendral pun tersenyum.
"Aku yakin istriku tidak akan keberatan, sekarang pakailah cincin itu untuk melamar putriku. Aku akan menjadi saksi pernikahan kalian, aku ingin melihat momen bahagia kalian" ucap jendral sembari menepuk bahu Ryouichi.
Ryouichi pun mengangguk setelah mendengar perkataan dari jendral. Ryouichi pun berjalan pelan menuju Rose.
"Ryouichi?" ucap Rose yang bingung dengan tingkah laku Ryouichi.
Ryouichi pun berlutut di hadapan Rose dan mengulurkan tangannya yang sedang memegang cincin. Semua orang ditempat itu melihat pemandangan itu dengan antusias dan senang.
"Rose, kau selalu berada di sampingku ketika aku sedang dalam kondisi terpuruk dan terluka. Kaulah yang selalu melengkapi kekosongan dalam diriku dan kau selalu sabar ketika aku bertingkah egois. Mungkin aku belum pantas untuk menjadi pendampingmu, tapi aku berjanji bahwa aku akan selalu berada di sampingmu dan membahagiakan dirimu selamanya hingga tua nanti. Maukah kau menjadi mentari yang menghangatkan hidupku ini?" ucap Ryouichi dengan tatapan yakin.
Rose pun tersenyum dan menitikkan air matanya.
"Ryouichi bodoh, mengapa kau selalu mengatakan sesuatu yang membuatku semakin mencintaimu ? Ten-tentu saja aku bersedia menjadi mentari yang selalu menghangatkan dirimu, sayang." ucap Rose.
Setelah mendengar ucapan dari Rose, Ryouichi pun berdiri dan memasangkan cincin di jari manis Rose. Seluruh orang pun bertepuk tangan ketika melihat hal itu, Ryouichi pun memeluk Rose dan mencium bibirnya dengan lembut. Jendral terlihat tersenyum dan menangis bahagia.
"Terima kasih untuk segalanya, Ryouichi" ucap Rose.
"Apa maksudmu? Justru akulah yang harusnya berterima kasih kepadamu" ucap Ryouichi.
"Ryouichi, setelah ini bisakah kita pergi ke makam ibuku? Aku ingin memberitahunya bahwa aku sudah menemukan pria yang dapat membahagiakan diriku" ucap Rose.
"Tentu saja, mari kita pergi kesana bersama jendral" ucap Ryouichi.
Enzo serta yang lainnya pun menghampiri Ryouichi dan Rose.
"Ketua, selamat atas pernikahan anda. Saya berdoa semoga anda selalu bahagia" ucap Enzo.
"Ketua, saya berharap anda bahagia. Dan juga semoga Enzo cepat menikahiku" ucap Akari.
"Master, ini adalah bunga yang Chloe dan Reina petik. Semoga master menyukainya" ucap Chloe.
"Ke-ketua, selamat atas pernikahannya" ucap Natsumi yang terlihat menangis.
"Mengapa kau menangis seperti itu ? Jarang sekali kau menangis seperti ini" tanya Akari heran.
"Ta-tapi, ucapan ketua tadi sangat menyentuh. Aku jadi sedih dan terharu mendengarnya" ucap Natsumi.
"Terima kasih semuanya, aku berharap Kolonel Ryota dapat melihat hal ini juga" ucap Ryouichi.
Jendral pun berjalan mendekati Ryouichi.
"Mari kita pergi ke makam ibunya Rose. Aku yakin dia akan senang jika kau ikut berkunjung kesana" ucap jendral.
Ryouichi pun mengangguk, dirinya pun memandang Rose lalu tersenyum. Ryouichi pun bergandengan dengan Rose lalu berjalan menuju makam ibu Rose. Tidak beberapa lama, mereka sampai di sana. Rose berjalan menuju makam ibunya dan mengelus batu nisan itu. Ryouichi dan jendral pun hanya melihat hal itu dari belakang.
"Ibu, bagaimana kabar ibu? Maaf jika Rose baru datang kesini untuk menemuimu, Rose hanya ingin mengatakan bahwa Rose sudah menemukan pria yang tepat. Apakah ibu masih ingat ketika ibu berkata bahwa ibu ingin bertemu langsung dengan pria itu? Pria itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu tampan, namun Rose yakin dia adalah pasangan hidup yang cocok. Ibu, aku berharap ibu masih hidup dan ada di sini untuk melihat Rose bahagia…" ucap Rose.
Air mata Rose pun akhirnya tak dapat terbendung lagi. Rose pun menangis, air matanya pun membasahi tanah makam ibunya. Ryouichi yang melihat hal itupun berjalan pelan dan menyentuh pundak Rose.
"Rose…" ucap Ryouichi lirih.
Rose pun langsung memeluk Ryouichi dan menangis di pelukannya. Ryouichi pun membelai rambut Rose berusaha untuk menenangkannya.
"Aku… Aku hanya rindu kepada ibuku" ucap Rose.
Ryouichi pun menatap batu nisan itu.
"Aku berjanji akan selalu menjaga Rose, dan tidak akan membuat dia bersedih. Jadi anda bisa tenang untuk menyerahkan dia kepadaku" ucap Ryouichi.
Setelah mengucapkan hal itu, Ryouichi pun mengajak Rose untuk berdiri. Jendral pun ikut bergabung dengan mereka. Jendral terlihat berdiri di depan batu nisan itu dan tersenyum.
"Aiko, anak kita sudah mempunyai pria yang mencintainya sekarang. Aku penasaran apakah kau tersenyum dan bahagia saat ini" ucap jendral sembari memasang ekspresi sedih.
Ryouichi yang masih berusaha menenangkan Rose pun melihat sesosok wanita yang tengah berdiri dan tersenyum bahagia di belakang batu nisan itu. Terlihat sosok itu mengucapkan sesuatu namun Ryouichi tidak dapat mendengar suaranya. Meskipun begitu, Ryouichi tahu apa yang diucapkan oleh sosok wanita itu.
Ryouichi pun tersenyum dan mengangguk pelan seakan merespon ucapan dari sosok wanita itu.
"Anda bisa mempercayakan Rose padaku" gumam Ryouichi.
Setelahnya, Rose dan Ryouichi kembali ke gedung utama pemerintahan Central untuk beristirahat. Pada saat malam harinya, Jendral yang berada diruangannya sedang membaca surat yang dikirimkan oleh provinsi timur dengan serius.
"Sepertinya provinsi timur sedang dalam keadaan gawat. Apa yang akan di lakukan oleh Ryouichi jika mengetahui hal ini? Sial, mengapa hal ini terjadi ketika para demon itu sedang bersiap untuk menyerang?" gumam jendral.