Permaisuri Kembali ke Sekolah

Topik yang Selalu Mematikan



Topik yang Selalu Mematikan

0"Ketua, perlombaan untuk murid luar seharusnya sudah dimulai, aku sebentar lagi akan pergi untuk menonton." Para atasan mengelap keringat dingin, mereka merasa sudah tidak bisa berdiam diri di sini lagi.     

"Pergilah." Yin Cheng melambaikan tangan, lalu tersenyum pada Bai Jincheng, "Tuan Muda Jincheng yang terhormat, bagaimana kondisi Ayah dan Ibu kamu?"     

"Tubuh Ibuku seharusnya sudah membusuk, kalau Ayahku masih hidup." Bai Jincheng berkata dengan singkat dan meminum segelas teh.     

Qing He dan Liu Yun tetap fokus melihat ke arah depan.     

Ibu kandung Bai Jincheng sudah meninggal dunia sejak 20 tahun yang lalu, jenazahnya sudah dikuburkan dan tubuhnya otomatis pasti sudah membusuk dan hancur.     

Tapi…      

Yang ditanyakan Yin Cheng saat ini adalah ibu Bai Jincheng yang sekarang!     

Siapa juga yang bertanya ibu kandungnya yang sudah meninggal dan sudah hancur?     

Di dalam diri anak yang berbakat ini, sama sekali tidak ada rasa kemanusiaan!     

Ucapan yang keluar dari mulut Bai Jincheng selalu ucapan yang terdengar menyakitkan!     

Yin Cheng menyerah menghadapi Bai Jincheng dengan cara melayaninya seperti orang normal, kemudian ia pun mengangkat teh dan terlihat canggung.     

Kali ini ia tidak tertawa lagi, ia berkata, "Tuan Muda Jincheng yang terhormat, kalau boleh tahu sampai kapan kamu bermain di sekte Dao? Ngomong-ngomong, di dalam kota yang ada di kaki gunung sekte Dao, sepertinya baru-baru ini telah dibuka sebuah kedai teh yang sangat menarik, rasa tehnya juga lumayan enak."     

"Iya." Bai Jincheng mengangguk, "Aku yang membukanya."     

"....."     

Yin Cheng saat itu juga langsung mengerti sebuah makna, bahwa ternyata berkomunikasi dengan orang lain juga harus mengerti sebuah teknik berkomunikasi.     

Kini suasana menjadi semakin tegang, Bai Jincheng menaruh gelas tehnya dan berkata, "Sudah tidak perlu basa-basi lagi, kedatangan aku kali ini ke sini yaitu ingin menghapus perjanjian perjodohan dengan Nona besar yang telah menghilang sudah lebih dari 10 tahun yang lalu itu."     

 -     

Di saat yang sama, murid luar juga mulai mengikuti perlombaan besar yang diadakan selama tiga bulan sekali, peserta yang ikut sebanyak lebih dari 100 orang.     

Dari jumlah ratusan orang itu akan dipilih hanya satu orang untuk masuk menjadi murid dalam.     

Jika sudah menjadi murid dalam, itu tandanya akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak, kemajuan yang lebih, tidak perlu melakukan pekerjaan yang melelahkan, tidak lagi diremehkan, dan yang paling penting juga bisa makan daging.     

Semua itu bagi murid luar seperti… Seseorang yang diperlakukan seperti dewa-dewi, sangat dihormati!     

Guru berdiri di atas panggung dengan tangannya di punggung, ia berbicara dengan suara yang berat, "Khusus untuk perlombaan yang besar pada hari ini, kalian masing-masing akan diberikan waktu selama habisnya dibakar 3 batang dupa ini. Kalian boleh menggambar jimat di atas kertas atau menggambar jurus Zhen. Setelah 3 batang dupa itu habis terbakar maka empat atasan akan datang menilai dan menentukan pemenang. Pemenangnya akan secara resmi menjadi murid dalam. Sepertinya saya tidak perlu menceritakan lebih banyak tentang perlakuan kepada murid dalam kan? Nah, sekarang dengarkan baik-baik perintah saya dan lomba dimulai! "     

Setelah pertandingan dimulai, 100 orang lebih langsung serentak menata kertas, memegang kuas dan mencelupkan kuasnya ke dalam tinta hitam.     

Sifat masing-masing orang yang jumlahnya lebih dari 100 itu semuanya berbeda, wajah mereka juga berbeda, keahlian mereka juga berbeda, tapi yang sama yaitu mereka sama-sama serius, mereka sama-sama bersemangat dan mereka sama-sama giat.     

Mereka melakukan hal ini demi berubah menjadi kuat dan ini adalah titik awal perjuangan mereka.     

Meskipun mereka juga masih belum tahu bisa menang atau tidak, tapi setidaknya mereka berhak mencoba dan memiliki kesempatan ini!     

Suara kuas dan kertas terus berbunyi, "Sha… sha…" Suara kuas menyentuh kertas tampaknya mengalir dalam darah semua orang, dan waktu berlalu sangat cepat.     

3 batang dupa sudah hampir habis terbakar, ada beberapa orang menggaruk-garuk kepala mereka dan mati-matian mengingat bentuk yang rumit, dan ada juga beberapa orang panik dan menggambar ulang gambar yang salah.     

Qin Mengyao juga berusaha menggambar jurus Zhen, meskipun ia biasanya sangat sombong ketika berbicara, tapi dalam urusan belajar ia tidak pernah ketinggalan.     

Bersaing dalam waktu yang singkat untuk mendapatkan poin!     

"Stop! Waktu sudah habis!" Guru itu mengeluarkan suara, semua orang langsung menghentikan pekerjaan mereka.     

Setelah semua orang menghentikan kuas mereka, pintu istana kuil terbuka dan 4 atasan pun berjalan keluar.     

"Murid luar memberikan hormat kepada ke empat atasan!"     

Semua murid langsung berdiri dan menundukan kepala dengan serentak.     

Yin Wushuang juga menundukan kepala, tapi dalam benaknya ia malah berpikir, '4 atasan semuanya datang?'     

Ia perlahan mengangkat sedikit kepalanya, di antara ke empat atasan itu, ia berusaha mencari atasan Xu, sebelumnya ia pernah dengar bahwa atasan Xu selalu membawa tongkat bulu ekor kuda.     

Saat itu juga atasan Xu berada di sebelah atasan Ma yang berjenggot, mereka sedang berbicara.     

"Atasan Cai dan atasan Xu memeriksa gambar jurus Zhen, sedangkan atasan Ma dan atasan Han memeriksa gambar jimat." Guru itu berkata dengan suara keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.