Arrogant Husband

Only One



Only One

1Malam harinya, saat Saga sedang istirahat dalam kamar, tiba-tiba Anton mengabari Alisa bahwa ada Bu Angel berada di bawah. Mertuanya itu datang seorang diri saja ke sini. Agar tak mengganggu kenyamana Saga, Alisa pun segera ke bawah untuk menyusul. Anton mengekor di belakangnya dan turun bersamaan.     

Alisa menuruni anak tangga dengan perlahan dan bisa melihat wajah Bu Angel yang berada di sofa. Ia pun duduk tak jauh dari wanita itu.     

"Bagaimana keadaan Saga?" tanya Bu Angel langsung.     

"Dia baik. Saga sedang tidur di kamar. Tapi, aku mohon sama ibu."     

Kening Bu Angel berkerut, tak mengerti dengan ucapan Alisa. Pembicaraan ini rupanya cukup serius.     

"Aku minta sama ibu, agar tak memberitahukan apa pun tentang aku dan Saga pada Reva. Dia tahu, bahwa aku sedang hamil pasti dari ibu kan?"     

Bu Angel diam seribu bahasa. Dirinya tak membalas ucapan dari Alisa sepatah kata pun, karena ucapan sang menantu memang betul.     

"Aku juga minta sama ibu, tolong kasih tahu pada Reva, agar tak ke rumah dulu untuk membuat Saga terganggu. Dia datang ke sini tadi marah-marah sama aku. Dan, mau masuk ke rumah ini."     

"Reva datang ke sini?" tanya Bu Angel. Padahal dirinya tadi melarang Reva untuk datang kemari.     

"Iya bu, dia datang ke sini tadi. Dan, bersikeras untuk masuk menemui Saga yang sedang istirahat dalam kamar."     

"Baiklah Alisa. Aku akan melarang Reva untuk ke sini."     

Wanita paruh baya itu meraih cangkir dan meminum isinya seteguk. Suasana saat ini kembali hening. Alisa bahkan tak mengeluarkan suara lagi dan fokus menatap ke arah sang mertua. Mereka berdua duduk berhadapan. Segala unek-unek yang ada dalam hati, sudah Alisa keluarkan. Ini semua demi kenyamanan sang suami.     

"Aku ke sini, selain ingin tahu tentang keadaan Saga, aku juga mau bicara denganmu."     

"Denganku? Tentang apa, bu?"     

Alisa berharap, semoga dengan ini hubungannya dengan sang mertua akan berjalan dengan baik. Bu Angel mulai tampak bicara dengannya. Sampai sejauh ini, malam inilah yang menjadi interaksi mereka berdua.     

"Jangan pernah berharap lebih padaku ataupun dengan ayahnya Saga. Karena menerimamu dengan sepenuh hati, memang tak mudah untuk kami berdua. Jadi, kau jangan besar kepala!" ucap Bu Angel pelan, tapi menyakitkan bagi Alisa.     

Namun, meskipun begitu, Alisa tak masalah. Walaupun masih belum mendapatkan restu dari sang mertua, baginya cinta dari Saga saja sudah cukup sekarang. Ia tak mau ambil pusing dan terlalu memikirkan masalah ini lagi. Ini hanya membuat kesehatannya dan janin dalam kandungan akan bermasalah.     

"Baiklah bu. Aku pun tak memikirkan tentang hal itu lagi. Ibu dan ayah menerimaku atau tidak, tak masalah. Yang kupikirkan sekarang adalah janin dalam kandunganku dan Saga saja. Aku fokus dengan mereka berdua."     

Bu Angel mengangguk-angguk. Ia pikir, mental Alisa akan down ketika dirinya berucap seperti tadi. Namun, mungkin saja sang menantu sudah kebal mendapat cacian dan hinaan seperti ini. Maka dari itu, Alisa tak ambil pusing sekarang.     

"Bagus kalau kau sadar diri begitu. Memang itu yang diharapkan. Aku dan suamiku masih mendukung Reva agar bersatu lagi dengan Saga."     

Alisa rasanya ingin menantang Bu Angel sekarang juga. Ia yakin, bahwa sang suami saat ini dan selamanya akan selalu mencintainya. Dan, tak mudah goyah dengan wanita lain.     

"Bu, silakan saja kalau kalian ingin mendekatkan Reva dengan suamiku lagi. Coba saja. Aku yakin, Saga tak akan pernah berpaling dariku."     

"Wow ... kau seyakin itu, Alisa?"     

"Karena aku yakin dengan cinta Saga, yang tak pernah goyah padaku. Sama seperti cinta ibu dan ayah kan?"     

Bu Angel terdiam, menatap ke arah Alisa dengan pandangan tak suka. Menantunya itu selalu saja bisa mencari jawaban atas ucapannya. Alisa tak mau kalah sama sekali.     

Namun, pandangan Bu Angel tiba-tiba menatap ke atas. Di mana Saga perlahan menuruni tangga. Alisa pun mengikuti arah pandang sang mertua. Ia kaget mendapati Saga terbangun dan turun.     

"Alisa? Ibu?" Saga merasa heran sekaligus takjub, melihat istri dan ibunya tengah berbincang seperti ini.     

Tak ingin membuat Saga merasa khawatir, Alisa pun tersenyum ke arah Bu Angel. Ia mengatakan, bahwa mereka berdua baru saja berbincang-bincang dengan akrab, sebagai bentuk awal tambah dekat. Bu Angel setuju dengan ucapannya.     

"Wah, bagus kalau begitu," ujar Saga. "Aku harap, ibu dan ayah mulai bisa menerima kami berdua." Saga langsung memeluk Alisa di hadapan sang ibu.     

Tak bisa berkata apa-apa lagi, Bu Angel hanya tersenyum kecut. Ia hanya mendengarkan ucapan Saga saja. Melihat keromantisan putra dan menantunya, membuatnya tak suka sama sekali.     

"Sayang, kenapa bangun?" tanya Alisa.     

"Aku meraba-raba di sebelahku dan tak ada kau di sana."     

Bu Angel bangkit dari duduk dan ingin segera pulang saja dari sini. Alisa dan Saga menatapnya tanpa kedip.     

"Ibu ingin pulang sekarang? Setelah aku bangun seperti ini?"     

"Lebih baik kau lanjut istirahat saja, nak. Ibu akan pulang dulu ke rumah. Kan ada Alisa yang menjagamu dengan baik di rumah."     

Saga mengangguk, ia pun bersalaman dengan sang ibu. Alisa juga melakukan hal yang sama dengan suaminya. Setelah itu, Bu Angel langsung melangkah ke luar rumah.     

Alisa dan Saga memandang kepulangan Bu Angel yang masuk ke dalam mobil. Wanita paruh baya itu masih terlihat mahir menyetir.     

"Bu, hati-hati di jalan," teriak Saga sambil melambaikan tangan.     

Setelah mobil sang ibu sudah tak terlihat lagi, Saga lekas mengajak sang istri untuk masuk kembali ke kamar mereka. Ia menuntun Alisa dengan perlahan untuk sampai ke atas.     

Mereka berdua sampai di pintu kamar. Namun, Saga melihat mimik wajah sang istri yang menyendu. Seolah sesuatu yang tak diinginkan telah terjadi.     

"Sayang, kau kenapa?" Saga merapikan poni Alisa yang sudah mulai tumbuh, hingga tertutupi mata sedikit.     

"A–aku tak apa-apa sayang."     

"Jangan bohong padaku. Aku bisa melihat dengan jelas, bahwa ekspresimu sedang sedih."     

Saga memegang kedua pundak sang istri dengan hangat. Seolah menyalurkan rasa tenang pada Alisa.     

"Kau tak akan pernah berpaling dariku kan?"     

Lantas, Saga hanya tertawa-tawa kecil. Alisa tak terima dan ia langsung mencubit pinggang suaminya.     

"Kenapa tertawa? Tak ada yang lucu di sini!"     

"Iya sayang, maafkan aku."     

"Jawab pertanyaanku tadi," rengek Alisa.     

"Yang mana?" Saga berpura-pura tak tahu.     

"Kau tak berpaling dariku kan? Walaupun ada yang lebih cantik lagi?"     

Saga hanya menggeleng-geleng. Ia tak akan pernah berpaling dari istrinya.     

"Tentu saja tidak. Aku tak akan pernah berpaling darimu. Walaupun itu, ada wanita yang lebih cantik lagi darimu."     

"Benarkah?"     

"Aku berani bersumpah sayangku, cintaku, Alisaku, dan istriku. You are the only one."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.