Arrogant Husband

Saga Cemburu Pada Tukang Bubur



Saga Cemburu Pada Tukang Bubur

0Saat Saga ke luar dari ruang kerja, tak sengaja ia berpapasan dengan Reva. Wanita itu datang lagi kemari.     

"Saga, mau ke mana kau?" tanya Reva.     

Namun, Saga tak mau menjawab pertanyaan itu karena menurutnya tak penting sama sekali. Ia pun terus berjalan dan menjauh dari Reva. Sedangkan, wanita itu tetap terus mengejarnya dari belakang.     

"Saga, tunggu aku!" Saga terus berjalan tanpa menghiraukannya.     

"Aku bilang tunggu, ya tunggu!" Reva setengah berlari sambil mencengkeram lengan Saga. Sontak, pria itu berbalik badan.     

"Ada apa lagi?"     

"Aku mohon, Ga. Jangan menghindari aku begini. Aku tak bisa hidup tanpamu."     

Saga tersenyum kecut lalu membuang muka. Reva masih saja terus mengejarnya, padahal sudah berkali-kali ia terangkan bahwa dirinya telah beristri.     

"Kau sadar apa yang kau ucapkan barusan kan?" tanya Saga.     

"Iya aku sadar sepenuhnya."     

"Aku sudah mempunyai istri. Dan, istriku adalah Alisa. Jadi, aku mohon padamu untuk menjauhiku mulai sekarang juga."     

Reva masih memohon pada pria itu agar tak menjauhinya. Ia tak masalah, kalau Saga sudah punya istri.     

"Aku tak peduli, Ga. Aku tak peduli dengan itu semua. Asalkan kau terus berada di sampingku seperti dulu lagi."     

Saga tak habis pikir dengan jalan pikiran Reva. Bagaimana bisa, wanita itu berpikir demikian. Saga akhirnya menepis dengan kasar tangan Reva dari pergelangan tangannya. Lantas, ia pun berlalu pergi.     

Reva berlari lagi untuk mengejarnya. Namun, Saga sudah berada di dalam mobil. Pria itu lantas memacu kecepatannya dan meninggalkan kantor.     

"Ihhh, dasar! Awas aja kau, Saga!" Reva mencebik sekaligus menghentakkan kedua kakinya karena kesal.     

***     

"Hai, suamiku sayang." Alisa langsung menghampiri Saga dan memeluk tubuh kekar milik pria itu.     

Saga merengut sesaat, membuat Alisa jadi bingung sendiri. Pria itu seolah tak bersemangat saat ini. Sang suami mendaratkan bokongnya di atas ranjang.     

"Tampan ya penjual buburnya tadi?" tanya Saga dengan ekspresi datar. Wajahnya terlihat cemberut tanpa memandang ke wajah sang istri.     

"Ahh, itu ...."     

Alisa terlihat salah tingkah dan menghampiri sang suami. Ia pun terlihat berlendeh di pundak Saga. Namun, pria itu masih tetap berekspresi datar. Sang suami juga tak bersuara banyak.     

Saga terlihat sedang kesal. Alisa menyadari hal itu. Ia pun lantas meminta maaf pada sang suami.     

"Sayang, maaf ya."     

Alisa tahu bahwa Saga adalah tipe pencemburu. Suaminya bersikap seperti ini lantaran tukang bubur tadi.     

"Aku cemburu," ujar Saga singkat. Pria itu bangkit dari ranjang dan menuju ke lemari pakaian.     

Saga terlihat mengambil handuk dan ingin mandi. Namun, Alisa melarangnya. Pria itu menoleh pada sang istri. Alisa menarik tangan Saga dan langsung mencium ketiak suaminya.     

Terkadang, Saga juga merasa geli karena perlakuan sang istri. Namun, ia juga tak bisa kalau tak mandi, karena badan terasa lengket. Alisa melarangnya untuk mandi karena ingin mengendus aroma tubuh Saga yang masih berkeringat.     

"Sayang sini dulu." Alisa langsung mengajak Saga naik ke atas ranjang. Sang suami pun menurut.     

Alisa menyuruh Saga untuk rebahan di atas ranjang karena ia ingin bersantai sejenak di bawah ketiak sang suami. Mau tak mau, pria itu pun menurut. Saga lekas membuka baju dan merebahkan diri.     

Tak mau berlama-lama lagi, Alisa pun langsung menghirup aroma ketiak Saga dengan kuat. Sekarang, ketiak itu adalah candu baginya, yang selalu membuatnya merasa nyaman.     

"Sayang, jangan pakai minyak wangi ya. Aku tak suka."     

"Iya sayang. Aku tak memakai minyak wangi untuk sementara waktu." Saga tersenyum lembut kepada sang istri. Ia membelai puncak kepala Alisa dengan penuh sayang. Sekarang, ia tak lagi merasa kesal pada wanitanya.     

"Sayang, maaf soal yang tadi ya. Tak bermaksud membuatmu cemburu. Aku hanya ...."     

"Sudahlah, tak apa-apa. Aku tak mempermasalahkan masalah itu lagi."     

Alisa senang, karena sang suami sudah memaafkannya. Saga tak lagi kesal atau pun cemburu. Pria itu mengerti dengan keadaannya yang sekarang. Ia pun melanjutkan lagi untuk menghirup aroma ternikmat yang sudah jadi kebiasaannya beberapa hari ini.     

Wangi ketiak Saga menurutnya sangatlah enak. Membuat Alisa betah berlama-lama dan bahkan sampai membuatnya tertidur dengan lelap. Saga sangat senang melihat istrinya bermanja seperti ini.     

"Sayang, kira-kira nanti anak kita laki-laki atau perempuan?" tanya Alisa.     

"Terserah, Tuhan mau kasih kita anak laki-laki atau perempuan. Sama saja sayang, yang penting dia sehat saat dilahirkan olehmu." Saga menempelkan bibirnya ke kening Alisa dengan lembut. Wanita itu senang mendengar jawaban manis dari sang suami.     

Saat ini, Saga masih belum mandi sehabis pulang kerja tadi. Karena aroma keringatnya membuat Alisa kecanduan. Wanita itu marah kalau Saga tetap ngotot untuk ke kamar mandi.     

***     

Akhirnya, Saga sudah selesai mandi karena Alisa tertidur dengan lelap. Jadi, ia bisa meninggalkan wanita itu sejenak. Sekarang rasanya sudah segar dan wangi. Membuat Saga ingin melanjutkan lagi tiduran di atas ranjang.     

"Ya ampun sayang. Kau bahkan tertidur dengan lelap sekali setelah berada di bawah ketiakku cukup lama. Ternyata memang benar, tempat favoritmu sekarang adalah ketiakku, bukan si junior lagi."     

Saga geleng-geleng melihat tingkah Alisa sekarang. Maklum saja, sang istri lagi masa ngidam dan harus ia turuti semua ucapannya.     

Tok! Tok!     

Pria itu turun dari ranjang dan lekas membukakan pintu. Ternyata, si Anton yang datang kemari. Anak buahnya terlihat menyerahkan secarik kertas padanya.     

"Ini Tuan, resep obat yang harus ditebus dari dokter itu," ucap Anton.     

"Oh iya. Terima kasih banyak."     

Nanti malam, Saga akan menebus beberapa vitamin ini untuk Alisa. Agar si jabang bayi tetap selalu sehat berada di sana. Tak lupa juga, ia akan memberikan selalu makanan bergizi untuk sang istri. Saga memasukkan secarik kertas itu dalam kantong celananya. Lantas, kembali lagi naik ke ranjang.     

"Semuanya kulakukan untukmu sayang. Karena kau adalah harta yang paling berharga dalam hidupku. Dan, kau nak adalah pelengkap bagi kebahagiaan kami berdua." Saga menatap ke arah perut Alisa, tapi tak menyentuhnya. Ia takut, kalau sang istri akan terbangun karena sentuhannya.     

Saga merebahkan diri di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar. Andai saja, hal ini ia beritahukan pada kedua orang tuanya, apakah mereka bisa menerima Alisa dengan baik atau sebaliknya? Saga masih meragukan hal itu. Ia takut, kalau orang tuanya masih tak bisa menerimanya sang istri.     

"Aku masih tak ingin memberitahukan hal ini pada ayah dan ibu. Mereka berdua masih tak mengharapkan Alisa dalam keluarga ini. Yang mereka pikirkan hanya Reva saja." Ia sangat menyayangkan sikap kedua orang tuanya yang lebih sayang kepada Reva, bukan pada menantu mereka sendiri.     

"Sayang, bersabarlah. Tuhan pasti adil padamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.