Arrogant Husband

Bukalah Hatimu



Bukalah Hatimu

0Pertemuan tak terduga malam ini, membuat wanita yang kini duduk tampak terlihat gelisah. Reva takut sendiri, kalau-kalau ibunya Saga dan ayah dari pria itu jadi berpikiran yang tidak-tidak. Sebab, kini ia sedang makan malam bersama dengan Joseph.     

Joseph bisa melihat mimik wajah Reva yang kini sedang gundah. Lantas, sampai saat ini membuat wanita yang kini di depannya tak bersuara sejak kepulangan orang tua Saga.     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Joseph.     

"Ti–tidak apa-apa. Hanya saja, aku sedang takut, kalau mereka salah paham dengan kita berdua."     

"Kau masih mencintai Saga?"     

"Tentu saja. Aku masih sangat mencintainya," ungkap Reva jujur.     

Kejujuran terkadang memang menyakitkan. Itulah yang terjadi pada diri Joseph, tatkala mendengar kejujuran yang terucap dari bibir manis Reva. Wanita itu dengan lantang menyuarakan bahwa dirinya masih sangat mencintai Saga. Joseph cemburu, jelas! Rasa cemburunya tak bisa dibendung.     

Joseph jadi panas sendiri. Tangannya sedang bersembunyi di bawah meja makan sambil terkepal kuat. Ingin sekali mengumpat, tapi tak akan mungkin.     

"Jo, aku ingin pulang." Wanita yang ada di depannya saat ini merengek minta pulang.     

"Sebentar lagi saja, Va. Habiskan makananmu, ya."     

Pria itu mencoba mengulur waktu untuk lebih lama lagi bersama dengan Reva. Namun, sepertinya Reva ingin cepat-cepat pulang dari restoran ini. Terlebih lagi, mood-nya sedang tidak baik untuk sekarang.     

"Tidak Jo, aku sudah kenyang sekali. Aku ingin pulang ke rumah. Kalau kau tak mau mengantarku pulang, lebih baik aku naik taksi saja." Reva beranjak dari kursi, Joseph langsung menghalangi jalan si wanita itu.     

"Baiklah. Kita akan pulang. Aku yang akan mengantarmu ke rumah."     

Mereka berdua menuju ke kasir untuk membayar makanan. Setelah itu, Joseph dan Reva melangkah ke parkiran dan masuk ke dalam mobil.     

Suasana hening seketika menyelimuti ruangan dalam mobil. Baik Reva maupun Joseph, tak ada yang mengeluarkan suara. Mereka lebih memilih diam seribu bahasa. Mobil pun mulai melaju meninggalkan area restoran. Reva memandang ke arah samping, tepatnya ke kaca mobil.     

Sedangkan, Joseph sedang memikirkan Reva. Wanita itu selalu bergentangan dalam pikirannya, hilir mudik berkali-kali. Tak pernah bisa dirinya melupakan sosok cinta pertama dalam hati.     

"Setelah pulang nanti, kau langsung tidur saja ya. Jangan begadang," ujar Joseph.     

"Iya Jo. Aku akan langsung tidur."     

Pria itu tersenyum kecil melihat Reva mematuhi ucapannya. Andaikan ia bisa mendapatkan wanita itu seutuhnya, Joseph akan memperlakukan Reva layaknya seorang ratu di sebuah istana. Mengabdi, bahkan memberi sebuah ketulusan dari dalam hati. Namun, sayangnya wanita itu masih terikat erat hatinya dengan Saga. Walaupun Saga sudah mempunyai istri, tapi Reva masih saja mengharapkannya.     

Joseph jadi kalang kabut dan mencoba mencari cara agar Reva jadi miliknya. Ia akan melakukan apa saja agar sang wanita berada dalam pelukan. Namun, di satu sisi, dirinya tak terima kalau Saga masih bertakhta di dalam hati Reva. Lantas, apakah Joseph harus menunggu lagi dalam kurun waktu yang lama?     

'Kenapa Reva tak bisa membuka hatinya untukku? Andai saja, dia bisa membuka hati, aku berjanji akan memperlakukannya dengan sebaik mungkin. Aku akan menjadikannya ratu dalam hatiku.'     

Itulah suara-suara yang berbisik di dalam hati seorang pria bernama Joseph, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jo. Ia sangat berharap sekali Reva akan menjadi miliknya.     

"Jo?"     

"Iya Va? Kenapa?"     

"Apa kau masih mencintaiku?" tanya Reva. Mendengar pertanyaan itu, membuat debaran jantung Joseph jadi tak karuan. Seketika perasaannya menjadi senang. Sorot mata pria itu menatap tajam ke arah Reva, sesekali ia kembali lagi fokus ke arah jalan.     

"Perasaanku masih sama seperti dulu, Va. Tapi, kau masih mencintai Saga kan? Dia masih punya tempat istimewa di hatimu."     

"Iya. Aku masih mencintai Saga sampai sekarang."     

Menyetir mobil pun rasanya tak bertenaga, kalau wanita itu menyebut nama Saga di depannya seperti ini. Namun, apa boleh buat? Joseph tetap tersenyum walau kecut dan berusaha untuk menghibur hati kecilnya. Pria itu tak mau terlihat lemah hanya gara-gara sakit hati begini.     

Tiba-tiba, Joseph menepikan mobil. Ia ingin bicara serius dengan Reva. Reva sontak menatap ke arahnya.     

"Kenapa berhenti di sini? Aku ingin segera pulang, Jo."     

"Tunggu sebentar Va. Aku mau bicara denganmu."     

"Bicaralah ...," suruh Reva padanya.     

"Apa kau tak bisa membuka hati untukku, walau hanya sedikit saja? Aku tak berharap banyak, Va. Hanya itu saja." Binar mata Joseph begitu terlihat memohon pada sang wanita. Ia menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Reva.     

"Lebih baik kau cari wanita lain saja, Jo. Aku tak bisa mencintaimu. Aku hanya menganggapmu teman dan tak lebih."     

Andai saja Reva tahu, usaha Joseph selama ini untuk mencoba melupakannya, tapi tak bisa. Pria itu bahkan rela ke luar negeri selama beberapa tahun agar bisa melupakan Reva yang dulu masih berstatus pacaran dengan Saga. Tapi, sampai sekarang cinta itu masih mengakar kuat di hati. Joseph tak bisa melupakannya begitu saja, layaknya membalik telapak tangan.     

Mendengar ucapan Reva yang menyuruhnya mencari wanita lain, seketika mood Joseph jadi agak anjlok. Ia tak habis pikir dengan Reva.     

Setelah mereka bicara serius, Joseph kembali melajukan mobil agar cepat sampai di rumah Reva. Ia tak mau terlalu memikirkan hal ini. Dirinya akan mencari sebuah cara, agar Reva mau membuka hati untuknya.     

Reva pun hanya diam saja setelah mengucapkan kata-kata tadi. Sekilas, ia pun menoleh ke arah Joseph, yang terlihat fokus menyetir. Pria itu tampan, kaya, dan mapan. Malah lebih tampan dari pada Saga, menurutnya. Namun, kenapa hatinya malah tak bisa berpaling dari Saga?     

"Jo?"     

"Hmm?"     

"Tidak apa-apa, Jo. Aku hanya ingin cepat pulang saja ke rumah."     

"Baiklah. Sebentar lagi juga akan sampai." Kali ini, Joseph tak memandang ke arah Reva saat bicara. Ia memilih untuk fokus ke depan saja.     

Reva seakan merasa bersalah karena menyuruh seorang pria yang notabene-nya masih belum move on itu. Joseph masih amat mencintainya.     

'Maaf Jo. Aku tak bisa bersamamu. Aku hanya menganggapmu teman biasa saja. Bagiku, Saga adalah segala-galanya dan jadi prioritasku sampai kapan pun.'     

'Reva, aku masih sangat mencintaimu. Biar pun, hatimu masih bersama dengan Saga, tapi aku akan rela menunggu lagi.'     

Mobil pun berhenti tepat di depan rumah Reva. Wanita itu langsung ke luar begitu saja. Joseph pun mengikutinya dari belakang dan ke luar juga.     

"Ohh iya Jo, terima kasih karena sudah mengantarku pulang."     

"Iya, sama-sama, Va. Tidur ya, jangan begadang." Reva mengangguk.     

Mata Joseph mengarah pada Reva yang sedang membuka pintu rumah. Setelahnya, wanita itu pun masuk ke dalam dan sekilas melambaikan tangan ke arahnya.     

"Selamat malam cinta, semoga kau mimpi indah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.