Arrogant Husband

Tak Dianggap



Tak Dianggap

2Perjalanan yang panjang cukup melelahkan bagi mereka berdua. Baik Alisa maupun Saga, raut wajah mereka tak dapat disembunyikan. Rasa cemas nan khawatir langsung memuncak saat sudah berada di bandara Jakarta. Kini, dua sejoli itu langsung memesan taksi untuk menuju ke rumah Bu Angel.     

"Yah, aku dan Alisa sudah sampai di bandara. Kami berdua akan segera ke rumah." Saga langsung mematikan ponsel itu secara sepihak.     

Saga melambaikan tangan ke arah sopir taksi. Taksi itu pun mendekatinya. Mereka berdua langsung masuk ke dalam. Pria itu memberikan alamat sang ibu pada sopir. Kemudian, mereka melaju meninggalkan bandara tersebut.     

***     

"Bu, siap-siap, Saga bakalan datang ke rumah kita." Pak Surya menyuruh sang istri untuk rebahan di atas ranjang, sembari memakai selimut tebal layaknya orang yang lagi sakit.     

"Baik, yah."     

Akting mereka berdua patut diacungi jempol, karena Saga dan Alisa percaya begitu saja. Sang putra rela meninggalkan bulan madunya demi Bu Angel.     

Terdengar teriakan memanggil-manggil Bu Angel dari luar. Suami istri itu saling tatap.     

"Itu mereka, Bu."     

"Ayah harus berakting dengan baik, ya." Pak Surya mengangguk mematuhi ucapan sang istri.     

Saga mengetuk pintu kamar dan muncullah bersama dengan Alisa. Bu Angel memejamkan mata sembari memakai selimut tebal hingga batas dagu. Pria itu lalu duduk di tepi ranjang.     

"Kenapa ibu tak dibawa ke rumah sakit?" tanya Saga.     

"Ibumu tidak mau dibawa ke rumah sakit. Dia hanya pengin di rumah dan ketemu kau saja, Nak."     

Saga mengusap pelan punggung tangan sang ibu. Perlahan-lahan, mata Bu Angel mulai terbuka. Wanita itu merasa senang bukan main, karena putranya sudah pulang ke sini.     

"Saga," panggil Bu Angel. Wanita itu lalu duduk perlahan dibantu oleh Saga.     

"Ibu sakit apa?"     

"Jantung ibu tiba-tiba sakit. Sakit sekali, Nak."     

"Kenapa tak ke rumah sakit?"     

"Ibu tidak mau ke sana. Ibu sudah mendingan karena sudah melihat kau ada di sini." Bu Angel menyentuh wajah putra semata wayangnya.     

Sedangkan, Alisa hanya terpaku di tempat. Ia tidak mungkin ikut bicara perihal hal ini. Tentu saja, Bu Angel dan Pak Surya tambah tak suka padanya. Dirinya hanya berdiri tegak di samping Saga.     

"Terima kasih, kau sudah datang ke sini menemui ibu."     

"Iya, Bu. Aku merasa sangat lelah sekali. Menempuh perjalanan yang cukup panjang."     

"Istirahatlah di sini kalau kau mau, tapi ...." Bu Angel memandang ke arah Alisa.     

"Tidak bu. Aku di rumah saja dengan istriku. Yang penting sekarang ibu sudah melihatku kan?"     

Saga tahu, pasti ibunya tak suka ketika Alisa berada di rumah ini. Maka dari itu, ia ingin mengajak Alisa pulang saja ke rumah. Sang ibu juga terlihat baik-baik saja sekarang.     

Tak perlu berlama-lama di sini, karena Saga dan Alisa merasa sangat lelah. Mereka berdua berniat untuk segera pulang.     

"Saga nanti akan balik lagi ke sini buat jengukin ibu. Tapi, aku harus pulang dulu untuk istirahat."     

Saga berpamitan pada kedua orang tuanya. Pria itu menciumi punggung tangan Bu Angel dan Pak Surya. Sedangkan, Alisa merasa ragu untuk bersalaman dengan mereka.     

"Bu, yah, A–Alisa dan Saga pulang dulu."     

Sang menantu ingin bersalaman dengan mereka. Namun, uluran tangan Alisa tak dibalas sama sekali. Saga yang melihat pemandangan itu hanya bisa mengembuskan napas panjang. Tak mungkin dalam waktu sekarang ia harus menegur kedua orang tuanya.     

Saga lekas mengajak sang istri untuk pulang ke rumah. Meninggalkan rumah ini, karena hanya membuat Alisa bersedih saja. Pria itu menyuruh salah satu sopir sang ayah untuk mengantarnya pulang.     

Tak mudah memang, membuat orang tuanya menyukai Alisa dalam waktu singkat. Ia dan sang istri hanya bisa bersabar.     

"Sayang, maafkan orang tuaku," ujar Saga ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil. Namun, Alisa hanya diam saja. Pandangannya menuju ke kaca mobil. Tak lama kemudian, mobil pun mulai melaju meninggalkan rumah tersebut.     

Sedangkan, di dalam rumah, Bu Angel bersama sang suami terlihat senang karena berhasil mengelabui Saga. Pria itu tak menyadari sama sekali. Akting mereka berdua ternyata berhasil.     

"Kita berdua memang jago akting, yah." Bu Angel kegirangan.     

"Iya. Ibu memang hebat." Pak Surya mencubit gemas pipi sang istri.     

***     

Kepulangan Saga dan sang istri disambut dengan baik oleh para anak buah dan pelayan. Pelayan membawakan koper mereka dan membawakannya menuju kamar.     

"Alisa, dari tadi kau hanya diam saja."     

"Aku hanya lelah sayang."     

Sang istri menaiki anak tangga dengan langkah gontai. Saga hanya terpaku di tempat sambil mengekor menatap Alisa. Kemudian, ia berniat untuk menyusul sang istri yang lebih dulu berada di kamar.     

Saga menaiki anak tangga dengan cepat. Alisa pasti menyembunyikan sesuatu darinya. Kini, langkah kaki membawanya berada di depan pintu kamar. Dengan sekali tarikan, pintu itu sudah terbuka. Ia mulai masuk perlahan dan duduk di tepi ranjang. Alisa kemudian langsung bangun.     

"Sayang," panggil Saga.     

"Iya, kenapa?"     

"Pasti ada yang kau sembunyikan. Ceritalah. Apa ada kaitannya dengan ibu dan ayah tadi?"     

"Begitu susah untuk mendapatkan perhatian ibu dan ayahmu walau hanya sedikit." Alisa memasang ekspresi sedih. Saat hendak bersalaman pun, tak ada yang menyambut uluran tangannya.     

"Bersabarlah sayang. Aku merasakan apa yang kau rasakan." Saga kemudian memeluk tubuh Alisa dengan erat. Sambil mengusap-ngusap rambut panjang miliknya.     

"Iya sayang. Aku akan bersabar. Ini semua demi kita berdua." Alisa terpaksa memamerkan senyum cantiknya. Tak mau kalau sang suami ikut memikirkan hal ini juga.     

Saga menyuruh Alisa untuk tidur, karena mereka berdua baru saja pulang dari perjalanan yang cukup jauh. Meskipun hanya dua hari di Paris, tapi meninggalkan kesan yang mendalam di sana. Di kota romantis itu, berbagai momen telah mereka lewati bersama. Alisa merebahkan diri di atas ranjang, lalu disusul oleh Saga di sampingnya.     

"Nanti kita akan pergi ke Paris lagi, kalau kondisinya memungkinkan," ujar Saga.     

"Iya sayang. Semoga rumah tangga kita selalu bahagia seperti ini."     

"Amin."     

Alisa meletakkan kepalanya di dada Saga. Kemudian, perlahan-lahan mulai memejamkan mata. Ia mencoba untuk tak memikirkan masalah Bu Angel dan Pak Surya yang sampai saat ini, masih tak menerimanya. Ia pun membuka mata dan mendongak, menatap wajah rupawan sang suami. Ternyata pria itu sudah tertidur.     

'Tuhan tahu, apa yang aku rasakan sekarang. Sakit rasanya tak dianggap sebagai menantu oleh orang tuamu. Namun, apa boleh buat? Mungkin karena status sosialku yang membuat mereka tak menginginkan kehadiranku sampai detik ini.'     

Alisa hanya bisa mengembuskan napas panjang, agar membuatnya sedikit merasa tenang. Kemudian, ia pun kembali menutup mata. Cukup sudah hari ini, rasa sedihnya dan tak mau lagi memperpanjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.