Ngidam Aneh
Ngidam Aneh
"Iya sayang?"
Alisa pun terdiam kemudian. Wanita itu agak cengir-cengir tak karuan. Membuat Saga mengerutkan dahi, bingung karena ulah sang istri. Tiba-tiba, Alisa mengangkat tangan sang suami dan meletakkan kepalanya sendiri di bawah ketiak Saga.
Saga menatap heran. Tak biasanya Alisa seperti ini. Wanita itu juga tengah mengendus-endus ketiaknya.
"Sa–sayang, k–kau kenapa?" tanya Saga.
"Di sini nyaman, aku menyukainya."
'Istriku kenapa, ya? Apa karena bawaan orok?'
Kalau pun memang karena faktor kehamilan, Saga pun tak mempermasalahkannya sama sekali.
"Boleh aku berlama-lama di sini?" Alisa menunjuk ke arah ketiak Saga. Pria itu agak kaget.
"Bo–boleh sayang. Tentu saja boleh."
Saga tertawa kecut. Ia melihat perubahan perilaku Alisa yang sedikit aneh. Sang istri ternyata betah berlama-lama di area ketiaknya.
"Sayang." Alisa memonyongkan bibir. Sedikit terlihat kesal.
"Kenapa sayang?" Saga pun jadi heran lagi.
"Buka bajumu sekarang!"
Saat ini, Saga sedang memakai baju tidur dengan setelan panjang. Alisa pun sama, tengah memakai baju yang serupa. Agak sedikit ragu, lantas pria itu hanya menurut saja.
"Aku ingin mencium ketiakmu yang polos itu, tanpa memakai baju!" ucap Alisa dengan sedikit angkuh.
'Ya Tuhan, apalagi ini?'
Kini, tubuh bagian atas Saga sudah sangat polos. Tanpa berlama-lama lagi, Alisa segera menghirup aroma ketiak sang suami yang menurutnya sangat wangi. Kepalanya berlendeh di pergelangan Saga.
Melihat sang istri begitu nyaman berada di ketiaknya, Saga pun hanya membiarkannya saja. Perlahan-lahan, ia melihat Alisa mulai menguap. Sebentar lagi, pasti sang istri akan mengantuk dan tertidur.
Sebelah tangan Saga terjulur untuk meraba-raba rambut panjang sang istri. Mata Alisa sudah mulai terpejam perlahan.
"Tidurlah istriku. Tidur yang nyenyak." Saga mencium puncak kepala Alisa dan ia pun akan segera tidur juga.
***
Ternyata, Alisa sudah lebih dulu terbangun. Dan, wanita itu masih mengendus-endus ketiaknya. Saga akhirnya bangun dan melihat ke samping.
"Sayang?"
Namun, yang dipanggil tak menyahut. Alisa tengah asyik mencium ketiaknya sampai sekarang. Saga mengembuskan napas panjang karena tak dihiraukan.
"Sayang?"
"Hmm?" Alisa menjawab singkat.
"Aku ingin mandi sayang. Soalnya mau berangkat kerja ke kantor."
Alisa mengedikkan bahu. Ia menyuruh suaminya untuk libur saja, barang sehari. Permintaan sang istri mau tak mau harus dituruti. Wanita itu masih saja lengket di ketiaknya.
"Kau sangat menyukai ketiakku ya, sayang?"
"Iya sayang. Aromanya sangat wangi. Aku betah berlama-lama di sini."
Mendengar jawaban sang istri, membuat Saga agak kikuk. Baru pertama kalinya, Alisa jadi begini dan bertingkah aneh. Namun, tak mengapa.
"Aromanya campur-campur," ujar Alisa lagi.
"Campur-campur?"
"Iya, wangi dan agak sedikit masam. Tapi, aku sangat suka menciuminya. Ini adalah tempat favoritku sekarang."
Saga hanya diam dan ekspresinya datar. Tak tahu lagi harus menjawab pertanyaan Alisa seperti apa. Ia pun terpaksa hari ini tak masuk kerja karena permintaan sang istri.
"Ya Tuhan, kau ini sangat menggemaskan sekali sayang. Masa ... tempat favoritmu berada di ketiakku, bukan juniorku ya?" Saga mengedipkan sebelah mata. Terlihat menggoda sang istri.
"Kalau juniormu itu, aku sudah sangat kenyang. Dan, agak membosankan sekarang." Saga terkejut dengan ucapan Alisa. Pria itu membuka mulut dan kemudian berada di atas tubuh Alisa, tapi tak menindihnya saat seperti bercinta.
"Wah, begitu kah? Aku tak percaya kalau kau bosan dengan juniorku."
Alisa mendorong tubuh Saga dan membuat pria itu tak menindihnya lagi. Sekarang, Alisa duduk di atas paha sang suami. Tangannya bergerayangan ke mana-mana ke sekitar tubuh Saga.
"Sayang," lirih Alisa dengan manja.
"Ahh, iya sayang?"
Alisa menciumi tubuh bagian atas Saga. Terlebih, menghirup aroma ketiak sang suami dengan begitu bergairah. Saga merasa geli, karena sang istri terkadang menjilat-jilat dan mencium tubuhnya.
Tok! Tok!
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah luar. Keduanya pun saling pandang cukup lama. Saga tengah berpikir, siapa yang datang sepagi ini.
"Apakah itu dokter?" tanya Alisa.
"Ahhh, iya. Itu pasti si dokter."
Alisa langsung turun dari paha Saga. Pria itu dengan segera mengenakan lagi pakaiannya. Setelah keduanya sudah siap, Saga pun melangkah keluar dan akan membuka pintu.
Ternyata benar, dokter wanita itu telah datang untuk memeriksa kondisi Alisa. Saga pun mempersilakan dokter itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
Alisa merebahkan diri di atas ranjang. Dokter itu langsung memeriksanya. Saga hanya terdiam dan berdiri tegak di depan pintu kamar. Sedang memperhatikan bagaimana kerja dokter itu pada sang istri.
"Syukurlah. Kondisi ibu masih stabil, sama seperti hari sebelumnya," ujar dokter.
Saga tersenyum saat mendengar apa kata dokter. Pria itu lantas mendekat ke arah sang istri. Kondisi Alisa cukup stabil dan membuat hatinya senang.
"Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan, pak, bu. Saya permisi dulu ya."
"Mari dok, saya antarkan Anda ke luar."
Pria itu mengantar sang dokter menuju ke luar, meninggalkan Alisa yang sendirian di dalam kamar. Saat mereka berdua menuruni anak tangga, Saga lantas ingin bertanya, tetapi rasanya canggung sekali.
"Dok," panggil Saga saat mereka sudah separuh menuruni anak tangga.
"Iya pak, ada apa?"
"Saya ingin bertanya."
Saga dan dokter itu melanjutkan jalan lagi, menuruni anak tangga sampai ke depan.
"Tadi malam, istri saya itu ...."
"Istri Anda kenapa pak?"
Saga garuk-garuk kepala. Bingung, apakah harus berkata jujur ataukah tidak. Rasanya malu sekali kalau ingin bertanya tentang hal semacam ini pada sang dokter.
"Malam tadi, istri saya itu tiba-tiba saja mengendus-endus ketiak saya. Sampai pagi hari pun, dia masih seperti itu dok. Saya disuruhnya untuk tak bekerja hari ini."
"Istri Anda sedang mengidam pak. Mungkin saja, istri bapak selalu ingin melakukan seperti itu."
Saga mengangguk-angguk mendengar penjelasan sang dokter. Kalau seperti itu, ia akan selalu berada di samping Alisa, saat wanita itu ingin menghirup aroma ketiaknya. Saga akan melakukan apa saja demi sang istri dan si jabang bayi.
"Oh, baiklah dok kalau begitu. Terima kasih banyak atas penjelasannya." Saga pun mengantar dokter itu menuju ke luar rumah. Sang dokter langsung masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan rumahnya.
"Ya ampun sayang, kenapa kau mengidam yang aneh-aneh seperti ini. Tapi, tak apalah." Saga meremas-remas rambutnya sendiri. Kemudian, pria itu kembali lagi menuju ke dalam kamarnya. Ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada di kantor untuk Alisa seorang.
Setibanya di kamar, Alisa langsung merentangkan kedua tangan, untuk menyambut kedatangan Saga. Wanita itu hari ini sangat manja padanya. Saga langsung menggendongnya ala bridal style.
"Kau ingin mencium ketiakku lagi, sayang?" Alisa pun mengangguk-angguk dengan cepat. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini.