Arrogant Husband

Yang Terbaik



Yang Terbaik

1Bu Angel mampir sebentar ke rumah Reva hanya untuk memberitahukan kondisi Saga. Reva terkejut saat wanita paruh baya itu mengatakan hal yang sesungguhnya, bahwa pria yang ia cintai saat ini sedang babak belur.     

"Loh, kok bisa sampai begitu sih tante?"     

"Tante juga tak tahu." Rasa cemas masih menyelimuti wajah cantik wanita paruh baya itu.     

Reva berniat akan ke rumah Saga sekarang, tapi dilarang oleh Bu Angel. Wanita itu melarangnya karena sekarang Saga perlu istirahat total.     

"Tante, aku bisa mengurus Saga dengan baik," ujar Reva yakin.     

"Tak perlu kau ke sana. Sudah ada Alisa yang menjaga suaminya."     

Mendengar Bu Angel menyebut nama Alisa, membuat Reva agak heran. Apa yang terjadi dengan wanita di depannya sekarang? Bukankah, ibunya Saga sangat membenci Alisa?     

"Loh, kok tante bicara seperti itu? Jarang banget loh tante ngomong begini. Tante membela Alisa ya sekarang?"     

"Bukan begitu maksud tante."     

"Terus apa tante?"     

"Ahh, sudahlah. Tante mau pulang dulu ke rumah, ya. Satu lagi, jangan menemui Saga dulu di rumahnya. Kasian dia, perlu banyak istirahat." Bu Angel segera ke luar dari rumah Reva. Ia masuk ke dalam mobil dan beberapa saat kemudian Bu Angel dan suaminya sudah menjauh.     

Namun, tetap saja Reva berniat akan mampir ke rumah pria itu, walaupun Bu Angel sudah melarangnya. Ia ingin melihat langsung, bahkan akan merawat Saga. Dirinya siap-siap ke lantai atas dan mengambil tas selempang. Kemudian, mengemudikan mobil menuju rumah Saga.     

***     

Anton melihat mobil Reva terparkir di depan. Tak berapa saat kemudian, wanita itu pun ke luar. Ia langsung grasah-grusuh ingin masuk ke dalam.     

"Aku ingin menjenguk Saga!"     

"Tidak bisa! Tuan Saga sedang istirahat di dalam kamarnya."     

"Minggir kau! Aku ingin menemuinya!" Reva mencoba untuk menerobos agar bisa masuk ke dalam. Namun, Anton tak akan membiarkan wanita itu masuk. Karena ia tahu, Reva hanya akan membuat keributan saja di dalam.     

"Lebih baik kau pulang saja! Percuma kau datang. Tuan Saga sedang dirawat oleh Nyonya Alisa." Reva tak suka mendengar nama Alisa disebut-sebut lagi.     

Saat Alisa berada di dapur untuk menyiapkan Saga makanan, samar-samar terdengar keributan yang terjadi di luar. Tak mau sampai sang suami mendengar, dirinya pun lantas ke luar.     

Saat dirinya sudah berada di ambang pintu, matanya langsung bertatapan dengan sang pembuat onar. Siapa lagi kalau bukan Reva. Wanita itu tersenyum licik ke arah Alisa. Anton masih berjaga di luar pintu.     

"Aku sudah menduga, bahwa kau datang ke sini," ujar Alisa.     

"Jelas saja aku datang kemari. Aku ingin menemui Saga di dalam."     

"Tak bisa. Dia sedang istirahat total di dalam. Tak kuizinkan kau menemuinya."     

Alisa berucap ketus pada Reva. Ia tak akan membiarkan sang suami diganggu oleh siapa pun. Saga harus istirahat untuk menyembuhkan luka-lukanya. Namun, wanita itu bersikeras agar bisa masuk ke dalam.     

Dengan terpaksa, Alisa meminta bantuan Anton dan yang lain untuk mengusir Reva dari sini. Wanita itu lantas berontak dan tak terima diusir. Ini semua Alisa lakukan demi Saga. Ia tak mau, suaminya diganggu oleh wanita lain.     

Anton dengan sigap menuruti ucapan sang Nyonya rumah. Ia tegas mengusir Reva dari sini. Wanita itu mencak-mencak dan tak terima. Lantas, Reva berucap dengan kasar pada Alisa.     

"Semoga kau keguguran, Sa! Aku berdoa pada Tuhan."     

Mendengar ucapan wanita itu, Alisa langsung naik pitam. Ia mendekat dan langsung menampar pipi mulus Reva. Terlihat semburat-semburat kemerahan di pipinya.     

"Kurang ajar sekali kau hah?! Mendoakanku yang tidak baik seperti itu!"     

"Kau memang pantas seperti itu!" balas Reva.     

Anton menarik kedua tangan Reva dengan kasar dan mendorong tubuhnya. Pria itu menyuruhnya pergi dari sini.     

Alisa kemudian masuk ke dalam rumah dan menangis tersedu-sedu. Ia langsung mengelus-elus perutnya dan berdoa agar janin dalam kandungannya akan baik-baik saja. Ia berpikir, Reva tahu kehamilannya pasti mendapat kabar dari Bu Angel.     

"Ya Tuhan, semoga kandunganku dalam keadaan baik-baik saja." Alisa menghapus air matanya dan kembali lagi menuju dapur. Ia sudah menyiapkan makanan untuk Saga.     

Sebelum benar-benar menuju ke dapur, Alisa menoleh ke belakang lagi. Menatap Reva yang masih saja berada di sini. Wanita itu marah-marah pada anak buah Saga. Mencak-mencak dan tak suka hati. Tak lama kemudian, Reva akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Alisa bisa bernapas lega sekarang. Ia pun melangkah menuju ke dapur.     

***     

"Aaaaaa," ujar Alisa yang membuka mulut sembari menyendokkan nasi ke mulut Saga layaknya anak kecil yang doyan minta disuapi.     

Saga makan dengan lahap. Pria itu suka disuapi oleh sang istri seperti ini. Alisa menyuapinya dengan telaten.     

"Makan yang banyak ya sayang."     

"Iya sayang. Kau jangan khawatirkan aku. Jangan kelelahan ya. Fokus dengan kesehatanmu sendiri dan anak kita di dalam kandungan," balas Saga.     

Sang istri mengangguk dengan patuh. Melihat senyum yang terlukis di sudut bibir Alisa, membuat Saga merasa sehat sekarang. Pria itu tak merasakan sakit lagi.     

"Melihat kau seperti ini, membuatku merasa sudah sehat. Kau memang obat yang mujarab sayang." Saga mengelus-elus pipi Alisa dengan penuh kasih sayang.     

Dipuji-puji seperti itu oleh sang suami, membuat Alisa senang. Bahkan, ia sudah melupakan keributannya dengan Reva di luar tadi. Hatinya sekarang tak bersedih lagi akibat memikirkan ucapan Reva.     

Bersama dengan Saga seperti ini, membuatnya lupa dengan segala kesedihannya yang menimpa. Mana mungkin, ia akan meninggalkan sang suami begitu saja.     

"Makan lagi ya sayang." Alisa kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut Saga. Pria itu menurut seperti anak kecil.     

Piring yang dipegang oleh Alisa, hanya menyisakan sedikit makanan. Saga makan dengan lahap. Membuat dirinya merasa senang melihat sang suami begini.     

"Satu suap lagi sayang."     

Alisa menyuapinya dengan sabar. Sang istri memang sangat baik dan penyabar. Maka dari itu, membuat dirinya merasa kagum pada sosok wanita yang ada di depannya saat ini.     

Alisa meletakkan piring kosong itu di atas nakas. Kemudian, ia mengambilkan segelas air putih untuk sang suami. Meminumkannya pada Saga dengan perlahan.     

"Kau memang wanita yang sungguh pengertian. Maka dari itu, aku sangat mencintaimu. Cintaku padamu sangat besar sayang." Saga kemudian mencuri satu kecupan dari Alisa. Ia mencium bibir mungil itu dalam waktu singkat, bagaikan sebuah kecepatan kilat.     

"Kau memang nakal, sayang. Sempat-sempatnya mencuri kesempatan." Alisa mencubit pinggang Saga dengan pelan. Lantas, mereka berdua tertawa bersama-sama. Suami istri itu lalu berpelukan satu sama lain. Saga memeluk tubuh sintal sang istri begitu erat, begitupun sebaliknya.     

"Sayang, kau memang yang terbaik dari wanita mana pun."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.