Jam Pasir (13)
Jam Pasir (13)
Gu Qingqing berdiri jauh dari mereka sehingga ia tidak dapat mendengar percakapan mereka, ia hanya melihat senyuman Xu Zipei, tapi tidak melihat ekspresi dingin Leng Sicheng. Ia hanya melihat ekspresi Leng Sicheng ketika memanggil Xu Zipei terlihat … terbawa perasaan.
Gu Qingqing diam saja, matanya terus menatap mereka. Di lantai bawah, Leng Sicheng masih mengerutkan keningnya, "Ya."
Namun nadanya sama sekali tidak menunjukkan perasaan apa pun, tetap sangat dingin.
Xu Zipei sendiri juga merasakannya, sehingga ia pun merasa sedikit canggung dan segera menambahkan, "Kalau kamu tidak memberikan kami keuntungan yang besar, aku akan mencarimu sampai ke depan rumahmu."
Xu Zipei sangat cerdas, ia tahu di saat seperti ini ia tidak boleh membuat Leng Sicheng menolaknya. Bukannya dia mau perhitungan dengan pria itu, ia hanya mengikuti percakapannya.
Sesuai dugaannya, setelah satu kalimat ini, meskipun Leng Sicheng tetap menjaga jarak dengannya namun ekspresinya tidak sewaspada tadi, "Oke."
Xu Zipei tahu apa yang dia pikirkan tadi dan tersenyum, "Tadi bukannya Qingqing bilang mau aku makan ke rumahmu? Aku tunggu kabarmu."
Benar, sekali mengungkit nama Gu Qingqing, ekspresi Leng Sicheng akan melembut seketika. Xu Zipei berdiri tidak jauh darinya, jadi jelas ia bisa merasakan dengan jelas perubahan ekspresi pria itu. Bisa dibilang ekspresi mata Leng Sicheng langsung melembut ketika ia menyebut nama Gu Qingqing.
Kali ini pria itu tetap membalas dengan pendek, "Oke."
Namun nada bicaranya kali jauh lebih ramah dibandingkan tadi.
Ketika mereka sedang ngobrol, sekretaris Cheng tiba-tiba mendekati mereka dan berbisik di samping telinga Leng Sicheng. Leng Sicheng mengerutkan keningnya, sepertinya ada lagi sesuatu yang terjadi. Tetapi anehnya, kali ini ia mengarahkan tatapannya kepada Xu Zipei, tatapannya … sedikit aneh.
Xu Zipei sepertinya juga merasakannya, namun kali ini tidak tidak mengambil inisiatif, melainkan menolehkan kepalanya dan berbicara dengan asistennya.
Mengambil inisiatif malah akan memberikan kesan memiliki niat lain, sedangkan Xu Zipei sama sekali tidak ingin Leng Sicheng mencurigainya, dan itu tidak ada gunanya.
"Benarkah?" Kening Leng Sicheng semakin mengerut, ia melihat Xu Zipei di sampingnya dengan tatapan sedikit kaget dan rumit.
Dari sudut mata Xu Zipei, ia melihat tatapan Leng Sicheng, namun ia pura-pura tidak melihatnya. Asistennya sedang mengecek barang yang ketinggalan di mobil, mereka berdua sudah mau masuk ke dalam wisma.
Di sana, Leng Sicheng sedikit canggung, bagaimanapun tadi sikapnya kurang bagus, dan kini malah memerlukan bantuannya lagi.
Leng Sicheng memberikan isyarat mata kepada sekretaris Cheng, dan dia pun mengerti, dengan canggung ia maju, "Nona Xu, maaf, apa bisa minta bantuan Anda sekali lagi?"
Xu Zipei tidak menghiraukannya, bicara dengannya saja membutuhkan sekretaris, sebenarnya, apa arti dirinya di hadapan Leng Sicheng? Ia melirik asistennya yang segera menjawab, "Kak Zipei sudah dua hari tidak istirahat."
Ini sama saja dengan penolakan secara halus.
Kedua pihak sedikit tegang, pada akhirnya tetap Leng Sicheng yang maju, "Pemimpin dari provinsi turun langsung untuk penyelidikan kasus ini, ia ingin mengundang kita ke sana."
Apa kalau kamu mau aku ikut, maka aku harus ikut? Kalau kamu mau aku pergi, aku harus pergi? Memangnya aku ini apa? Ketika Xu Zipei mau menolaknya, secara tidak sengaja ia melihat ke lantai atas, dari salah satu teras kamar di atas sana ada seseorang sedang melihat mereka, ia pun segera merubah keputusannya, "Oke."