Perjuangan Menembus Surga

Aula Koleksi Buku Misterius



Aula Koleksi Buku Misterius

2Rak - rak buku tersusun di dalam ruangan yang terang itu. Terdapat berbagai macam buku kuno diletakkan di rak buku tersebut, yang memancarkan suasana yang terasa begitu ilmiah. Saat ini, ada tiga orang yang berdiri di ruangan ini. Di balik meja, yang berada di depan mereka, terdapat seorang pria tua berambut putih, yang perlahan membalikkan berkas - berkas di tangannya. Suasana di seluruh ruangan itu hening.     

Dari tiga orang yang berdiri di ruangan itu, dua di antaranya adalah lelaki dan satunya perempuan. Jika diamati dengan cermat, mereka adalah Bai Shan, Wu Hao, dan Hu Jia yang telah dikalahkan oleh Xiao Yan hingga mereka cedera serius. Saat ini, Bai Shan dan Wu Hao menundukkan kepala mereka. Wajah mereka mungkin masih sedikit pucat, tetapi warna kulit mereka sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan pada saat hari kompetisi. Di sisi lain, mata Hu Jia terbuka lebar ketika ia menatap pria tua yang membalik - balikkan buku itu. Beberapa saat kemudian, ia menjulurkan lidahnya dan tampak tersinggung.     

Setelah suasana hening itu berlanjut selama hampir sepuluh menit, Wakil Kepala Sekolah, Hu Gan, akhirnya mengalihkan pandangannya dari bukunya. Ia berkata dengan pelan, "Jangan mengandalkanku untuk membantu kalian melampiaskan amarah kalian. Hal ini adalah sesuatu yang kalian perbuat terhadap diri kalian sendiri. Jika kalian mampu, kalian bisa langsung pergi dan serang Xiao Yan untuk melampiaskan amarah kalian. Namun, aku tidak akan memperdulikan siapa yang mengalahkan siapa. Akademi Jia Nan tidak melarang pertarungan semacam itu. Selama kalian memang ingin, kalian bisa melakukannya kapanpun."     

"Hmm, bukannya aku mengharapkanmu melakukan sesuatu. Aku dikalahkan hari itu karena aku tidak waspada. Aku tidak menggunakan jurus rahasia milikku. Jika kugunakan, kita tidak akan tahu pasti siapa yang menang ataupun kalah."     

Hu Jia mendengus saat ia melanjutkan berbicara, "Aku hanya marah karena anak itu tidak tahu caranya menjadi lembut kepada seorang wanita. Setidaknya, aku juga seorang gadis. Tidak bisakah ia lebih lembut ketika menyerang? Aku tak punya kulit kasar dan daging tebal seperti mereka berdua."     

Hu gan tidak bisa menahan tertawa ketika ia mendengar gumaman Hu Jia dan ia hanya dapat menjawab, "Saat itu, siapa yang peduli tentang berlaku lembut kepada seorang wanita. Kalian bertiga bekerjasama untuk menyerangnya sendirian. Jika Xiao Yan masih harus menahan diri saat itu, maka pertarungan itu akan tidak adil. Tentu saja, aksi terakhirnya itu juga membuatku sangat terkejut. Anak itu memanglah kejam."     

"Kalian bertiga tidak seharusnya menjadi bermusuhan karena hal ini. Anak muda harus lebih berpikiran terbuka. Tidak ada gunanya menjadi musuh hanya karena hal kecil seperti itu. Potensi Xiao Yan di masa yang akan datang sungguh mengerikan. Ingat, menambah satu teman lebih baik daripada menambah satu musuh. Terlebih lagi, musuh ini telah mencapai tingkat yang membuat orang - orang merasa ngeri." Hu Gan menatap tiga orang di depannya dan berbicara dengan sungguh - sungguh.     

"Hmm, wanita biasanya yang paling bisa memendam dendam. Aku ingat tendangan itu. Ia sebaiknya tidak memberiku kesempatan untuk membalas." Hu Jia mengerutkan bibirnya dan berkata.     

Hu Gan tertawa ketika ia mendengar Hu Jia berkata seperti itu. Dengan pemahamannya terhadap Hu Jia, ia sudah sewajarnya mengerti ketika saat seperti ini, Hu Jia tidak lagi memendam dendam. Namun, sudah jelas tendangan Xiao Yan memang menyebabkan masih ada kemarahan yang terpendam di hati Hu Jia. Ia mungkin tidak akan bermusuhan dengan Xiao Yan, tetapi kemungkinan ia tidak akan menunjukkan sikap yang ramah kepadanya.     

"Aku tidak akan memandangnya sebagai musuh, tetapi aku akan memandangnya sebagai lawan yang harus aku lampaui." Wu Hao merespon dengan tenang.     

Hu Gan mengangguk pelan. Wu Hao ini memang seseorang yang tergila - gila dengan pertarungan. Namun, hal itu juga karena ia adalah orang yang akan berjalan lebih jauh demi menjadi seorang yang kuat. Tidak heran Kepala Sekolah sangat optimis terhadapnya.     

"He he, kita hanya bertanding. Sudah wajar jika terluka. Mengapa kita harus mendendam?" Bai Shan menjawab. Dapat dilihat bahwa tak terdapat sedikitpun amarah di wajahnya, yang penuh dengan senyuman.     

Namun, cara tersenyum Bai Shan inilah yang membuat alis Hu Gan sedikit mengerut. Sebagai Wakil Kepala Sekolah di Akademi Jia Nan dan juga dengan kelihaiannya karena hidup bertahun - tahun, bagaimana bisa ia tidak mendengar apakah kata - kata Bai Shan ini pura - pura atau yang sebenarnya?     

Hu Gan menatap dalam Bai Shan yang sedang tersenyum itu, tetapi ia tidak lanjut berbicara. Ia jelas mengerti bahwa Bai Shan sungguh menikmati menjadi terkenal selama ini. Kini setelah Xiao Yan menghajarnya hingga menghancurkan sesuatu yang ia nikmati itu, hatinya pasti sungguh tidak berniat untuk melepaskan dendamnya. Namun…ia berharap bahwa orang ini tidak akan melakukan suatu tindakan bodoh. Hu Gan tidak berpikir bahwa pemuda itu, yang berani menggunakan kekuatannya sendiri untuk menantang sebuah sekte di Kekaisaran Jia Ma, adalah seseorang yang biasa saja.     

"Ngik."     

Suara jelas dari pintu ruangan itu yang sedang dibuka mendadak berbunyi diam - diam. Sebuah suara terdengar memasuki ruangan itu, "Wakil kepala Sekolah, Xiao Yan dan Xun Er telah tiba."     

"Biarkan mereka masuk." Hu Gan menutup buku di tangannya dan tersenyum ketika ia berbicara. Seketika, ia memalingkan pandangannya kepada Bai Shan dan kedua orang lainnya dan berkata, "ketika kalian masuk ke Akademi Dalam di masa yang akan datang, kau mungkin harus bertarung dan berusaha bersama. Oleh karena itu, jangan merusak hubungan kalian. Jika murid baru yang masuk Akademi dalam setiap tahun tidak membentuk kelompok, maka nasib mereka tidak akan begitu bagus. Juga, kekuatan dihormati di Akademi Dalam; siapa yang memiliki tinju yang lebih keras akan mendapatkan kondisi dan perlakuan yang lebih baik. Latar belakang apapun yang kalian miliki tidak akan berguna di sana. Hal itu termasuk kekuatanku."     

Pandangan Hu Gan terarah dengan serius kepada Hu Jia ketika ia mengatakan kalimat terakhirnya. Makna di dalamnya dipahami tanpa harus diucapkan.     

Mulut Hu Jia berkedut. Meskipun ia tidak menunjukkan pendapatnya di dalam hatinya, ia masih mengangguk di sisi luar.     

Tidak lama setelah suara Hu Gan berbunyi, dua sosok manusia perlahan berjalan masuk dari pintu tadi. Mata mereka menatap ruangan yang luas itu sekali sebelum akhirnya berhenti di Hu Gan, yang berada di belakang sebuah meja. Mereka berdua melangkah maju dan membungkuk memberi hormat.     

"He he, kalian berdua akhirnya sampai." Hu Gan tersenyum ketika ia memandang mereka berdua. Tatapannya terhenti sedikit lebih lama di muka Xiao Yan. Selama sepuluh hari Xiao Yan datang ke Akademi Jia Nan, ini pertama kalinya Hu Gan bertukar tatapan mata begitu dekat dengan murid terbaik ini, yang reputasinya telah mencapai puncak di dalam akademi.     

Sejuk dan lembut. Dua kata mendadak melompat keluar dari hati Hu Gan ketika ia saling menatap untuk pertama kalinya. Ia menggumam pelan, lalu tertawa kecut. Dua kata ini dan kebuasan yang dipertontonkan Xiao Yan selama pertandingan benar - benar sangat berbeda.     

Setelah Hu Gan secara cermat menatap kedua biji mata yang hitam gelap, seperti tinta itu, mata tuanya yang tajam akhirnya merasakan sebuah perasaan kesal dan kegelisahan yang seperti api yang mengalir di bawah sikap tenangnya. Hal itu seperti sebuah gunung tenang yang menyembunyikan gunung berapi di bawahnya. Kapanpun dan dimanapun, gunung berapi yang mengerikan itu dapat meledak menjadi energi mengerikan dan api murka yang akan membuat orang bungkam.     

"Dou Qi di dalam tubuhnya tampaknya beredar dengan lembut, tetapi memancarkan sebuah perasaan gelisah, seperti sebuah gunung berapi. Sepertinya, hal itu berhubungan dengan 'Api Surgawi' yang ia kendalikan." Mata Hu Gan menyapu tubuh Xiao Yan dan ia dapat merasakan pergerakan Dou Qi di dalam tubuhnya. Kemampuan ini memang pantas, untuk seorang Wakil Kepala Sekolah dari Akademi Luar Akademi Jia Nan.     

"Karena kalian semua sudah di sini, aku tidak akan bertele - tele lagi. Kalian semua seharusnya tahu alasan aku memanggil kalian kemari." Hu Gan berdiri dari kursinya dan berkata dengan sebuah senyuman, "Kalian adalah lima murid terbaik di Kompetisi Kualifikasi ini. Menurut peraturan yang ada, kalian memiliki kualifikasi untuk memasuki 'Aula Koleksi Buku' dan mencoba keberuntungan kalian."     

Ketika ia berbicara, Hu Gan berjalan menuju sebuah tembok di belakangnya. Tangannya mengetuk beberapa kali dan sebuah suara bergemuruh yang lembut, tiba - tiba menggema. Sebuah terowongan seketika muncul di depan mereka berlima.     

"Ikuti aku." Hu Gan melambaikan tangannya kepada mereka berlima dan membimbing mereka memasuki terowongan gelap tersebut. Di belakangnya, Hu Jia, yang wajahnya penuh dengan rasa penasaran, mengikutinya tanpa ragu. Setelah dirinya, Wu Hao dan Bai Shan masuk. Baru setelah mereka masuk, Xiao Yan menarik Xun Er dan dengan berhati - hati memasuki terowongan hitam yang gelap itu. Latihan bertahun - tahun telah membentuk wataknya yang berhati - hati.     

Setelah memasuki terowongan itu, Xiao Yan menemukan bahwa terdapat mutiara besar yang bersinar, yang ditancapkan di dinding - dinding terowongan itu. Cahaya yang redup menyinari terowongan itu hingga tampak sedikit berkabut. Namun, cahaya yang redup itu sudah cukup bagi Xiao Yan dan yang lainnya.     

Suasananya begitu tenang di dalam terowongan. Hanya ada suara gemerisik langkah kaki yang pelan. Mata Xiao Yan menatap Hu Gan, yang membimbing di depan mereka. Tangan yang ia gunakan untuk menggenggam Xun Er menjadi sedikit lebih erat. Sebagai seorang murid baru yang baru saja tiba, ia belum mengenal Akademi Jia Nan. Ia juga tidak memiliki pengetahuan yang dalam tentang watak dari Wakil Kepala Sekolah yang sangat kuat itu.     

Merasakan kegelisahan Xiao Yan, Xun Er dengan lembut menepuk tangannya, tersenyum, dan menggelengkan kepalanya.     

Xiao Yan mengangguk pelan dan menghirup nafas dalam - dalam. Perasaannya berangsur - angsur kembali menjadi tenang dan langkah kakinya juga menjadi sedikit lebih cepat.     

Setelah berjalan di dalam terowongan itu selama hampir setengah jam, sebuah cahaya terang akhirnya muncul di ujung terowongan. Ketika mereka melihat cahaya itu, langkah kaki beberapa orang di dalam terowongan juga menjadi lebih cepat. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya sampai di ujung terowongan dan melangkah keluar.     

Cahaya yang menyilaukan tersebar dari kaki langit, membuat Xiao Yan dan yang lainnya secara refleks menutup mata mereka. Beberapa saat kemudian, mereka sedikit terkejut ketika mereka perlahan membuka mata dan melihat pemandangan yang muncul di depan mereka.     

Saat ini, pemandangan yang ada di depan Xiao Yan dan yang lainnya jelas - jelas adalah sebuah hutan lembah. Di sana, terdapat sebuah pegunungan terjal yang memanjang ke atas dan membentang seperti tembok. Akhirnya, tembok gunung itu memanjang hingga ke ujung pandangannya. Di dalam tiga permukaan tebing, terdapat sebuah tanah kosong yang begitu luas. Saat ini, sebuah paviliun kuno yang sangat besar, hingga membuat orang tertegun, berdiri di sana.     

Mata mereka perlahan terarah ke paviliun kuno yang besar itu dan terhenti pada papan tanda tegak lurus yang sangat kuno di paviliun tersebut. Di papan tersebut, tiga kata, yang telah menjadi kabur karena digerus waktu, terlihat secara samar - samar.     

Aula Koleksi Buku!     

Kata - kata kuno itu mungkin telah melewati penggerusan waktu, tetapi Xiao Yan dan yang lainnya masih merasa terkejut terhadap konsep artistik sederhana yang terkandung dalam kata - kata itu. Memang pantas sebagai Aula Koleksi Buku dari Akademi Luar Akademi Jia Nan. Papan tanda horisontal ini saja sudah menunjukkan statusnya.     

Hu Gan memimpin mereka berlima ketika mereka berjalan perlahan ke arah Aula Koleksi Buku. Mereka hendak memasuki jarak dua puluh meter dari Aula tersebut, ketika Hu Gan mendadak berhenti. Ia mengarahkan tangannya ke arah Aula Koleksi Buku dan berkata, "Nama lima besar Kompetisi Kualifikasi tahun ini sudah muncul. Sesuai peraturan, aku telah membawa mereka ke sini. Tetua, mohon buka pintunya!"     

Kata - kata Hu Gan terbawa oleh Dou Qi ketika suara itu menggema tanpa henti di lembah gunung yang kecil itu. Gema kata - kata itu tidak menghilang untuk waktu yang lama.     

Tidak lama setelah kata - kata Hu Gan terdengar, mata Xiao Yan, yang menatap serius Aula Koleksi Buku, mendadak menyipit. Tatapannya teralih secara mendadak. Akhirnya, tatapannya berhenti pada dua sosok berjubah abu - abu, yang duduk bersila di tanah. Ketika mereka masuk tadi, ia jelas melihat bahwa tidak ada seorangpun di sana!     

Namun, saat ini, dua orang berjubah abu - abu muncul, tampak seperti mereka telah duduk di situ untuk beberapa saat. Pemandangan yang aneh ini membuat rasa ngeri dan kaget muncul di hatinya. Namun selain terkejut, perasaan tertariknya terhadap Aula Koleksi Buku ini menjadi lebih pekat. Karena diperlakukan dengan begitu serius oleh Akademi Jia Nan, kemungkinan besar barang - barang yang ada di sana juga bukanlah benda - benda biasa.     

"Tempat ini memang pantas menjadi bagian Akademi Jia Nan. Peninggalannya memang benar - benar kaya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.