Pemurnian yang Sukses
Pemurnian yang Sukses
"Hiss hiss!"
Dihadapkan dengan Dou Qi api hijau yang menyerbu, energi perak itu menjadi agak berani, saat sekali lagi meledak dengan cahaya yang kuat. Saat itu, energi itu terlihat seperti seekor landak yang merasakan bahaya, menegakkan duri - duri di tubuhnya dengan niat menakuti musuhnya.
Namun, setelah api hijau bercampur dengan Dou Qi yang sekarang, kekuatan yang terkandung di dalam energi berwarna perak itu, tidak lagi sedikitpun menekan apinya. Alih - alih, ketika cahaya perak itu melonjak, api hijau di dalam Dou Qi itu tampaknya telah terprovokasi, ketika ia menjalar keluar dengan suara chi.
Pertempuran pertama dari dua jenis energi itu langsung menghasilkan riak energi. Namun, terdapat Dou Qi yang menghalangi di sekitarnya, yang mencegah kerusakan yang lebih parah di bagian dalam tubuh.
Api hijau dan energi perak saling terjalin satu dengan yang lainnya. Hanya dalam waktu singkat, cahaya perak kuat itu mulai menunjukkan tanda - tanda kekalahan, saat cahaya tadi berulangkali mengecil…
Dalam waktu kurang dari semenit, energi perak itu telah benar - benar kalah dalam pertarungannya dengan api hijau. Di bawah kendali Xiao Yan, api hijau itu mengejar cahaya perak, setelah menang, sebelum menyelimutinya dan menciutkannya menjadi sebuah bola kecil, yang hanya berukuran dua telapak tangan. Intisari kekuatan petir - angin itu muncul di dalam bola itu!
Saat ini, cahaya benang kekuatan petir - angin, yang kuat ini, dihanguskan oleh api hijau. Ketika energi itu kehilangan cahaya perak penutupnya, tubuh aslinya tampak jelas di hadapan benak Xiao Yan.
Tubuh energi itu adalah sebuah benang petir perak yang sangat kecil. Mungkin bisa dikatakan, bahwa hal itu adalah sebuah petir perak dengan bentuk yang hanya sedikit berbeda dari seekor ular kecil… benang petir ini hanya sepanjang satu sentimeter dan memang sangatlah kecil. Jika dilihat secara sekilas, kemungkinan, benang ini bahkan tidak lebih tebal dari jari Xiao Yan. Karena telah kehilangan perlindungan energi di sekitarnya, benang petir perak ini berhati - hati, berdiam di dalam tubuh, dan memilin dirinya menjadi seekor ular petir kecil. Ketika ular itu membuka mulutnya, terdengar suara petir - angin samar.
"Ini adalah kekuatan petir - angin ya… memang berbeda dari energi biasa. Meskipun tidak memiliki kecerdasan, benda ini bisa bergantung pada seutas naluri, yang datangnya entah dari mana, untuk bertindak." Pikiran Xiao Yan memandang ular petir kecil ini, yang seperti dikepung oleh segerombolan serigala lapar, saat ia berbicara dengan agak terkejut di dalam hati.
"Ah. Lagipula, ini adalah sebuah kekuatan yang terbentuk di antara Langit dan Bumi. Sejenis energi yang terbentuk dari pengembangan manusia seperti Dou Qi, akan benar - benar kesulitan bersaing dengan energi alami seperti ini, kecuali sudah berkembang hingga ke tingkat yang sangat dalam." Tawa Yao Lao juga terdengar di hati Xiao Yan.
"Sungguh tidak terduga, bahwa 'Api Surgawi' ternyata seganas ini. Bahkan, kekuatan petir - angin yang sekuat ini, sedikit takut padanya. Dengan tekanan 'Api Inti Teratai Hijau', tidak akan begitu sulit bagimu untuk menyerapnya… Oleh karena itu, gunakan waktumu sebaik mungkin."
Xiao Yan mengangguk pelan dan pikirannya perlahan menjadi terfokus. Api hijau di sekitar energi perak itu, tiba - tiba berguncang. Seketika, api itu menerkam dengan hebat. Dengan sebuah lahapan besar, menelan energi di depannya…
...….
Xiao Yan duduk bersila di puncak gunung dan tubuhnya terkadang memancarkan kilatan petir. Saat ini, jumlah petir di langit tidak sebanyak sebelumnya. Akan tetapi, hujan deras sebesar kacang - kacangan, berhamburan ke bawah dengan penuh amarah, di bawah selimut langit malam hitam yang gelap. Dalam sekejap, seluruh pegunungan terselimuti oleh angin liar dan badai dahsyat ini.
Meskipun di dunia luar sedang hujan dengan sangat deras, area sejauh satu meter di sekitar tubuh Xiao Yan benar - benar sekering musim panas. Semua air hujan akan menguap menjadi kabut, karena suhu tinggi yang menyelubungi di sekitarnya. Kabut ini akan seketika bergerak naik, sebelum langsung dipecahkan oleh rintik hujan yang turun.
Wajah Xiao Yan tegang, saat tangannya yang telah membentuk segel pelatihan, sedikit gemetar. Sesekali, akan ada benang petir yang melesat dari jarinya, sebelum dengan cepat menghilang.
Waktu perlahan mengalir, saat ia berlatih dan awan pekat hitam gelap tadi telah menjadi semakin memudar tanpa disadari. Badai hebat mengamuk semalaman, sebelum berangsur - angsur menjadi lelah. Hal itu akan membutuhkan jeda yang lama, sebelum ada sebuah gelombang tetesan air hujan yang berhamburan turun. Badai tadi tidak lagi memiliki daya gerak seperti sebelumnya.
Awan gelap perlahan berenang di langit hitam yang gelap. Tiba - tiba, seutas cahaya bergerak menembus awan gelap dan melesat ke arah lautan pepohonan yang tak berujung. Setelah kemunculan seutas cahaya pertama, benang demi benang lainnya mulai berhamburan turun dengan cepat, tidak lama setelahnya, layaknya benang pertama tadi telah memulai sebuah reaksi berantai. Benang - benang tadi melesat menembus awan hitam, hingga awan itu dipenuhi dengan lubang - lubang. Pada akhirnya, awan - awan tidak lagi bisa menahannya, saat benang - benang tadi benar - benar merobek awan, hingga terbuka. Dalam sekejap, cahaya hangat menyilaukan, berhamburan turun, menyelimuti hutan ini, yang telah menahan siksaan cuaca malam yang buruk.
Cahaya matahari hangat menyinari pemuda berjubah hitam yang duduk bersila di puncak gunung. Setelah tampak merasakan perubahan cuaca di dunia luar, mata pemuda yang tertutup rapat itu sedikit bergerak. Seutas petir perak berdiam pada jarinya, sebelum dengan hening memasuki tubuhnya dan akhirnya menghilang.
Setelah menghilangnya petir perak tadi, getaran bulu mata pemuda berjubah hitam itu menjadi semakin hebat. Sesaat kemudian, mata itu akhirnya tampak seperti telah terlepas dari pengekangan, saat terbuka mendadak. Seketika, petir perak itu membawa ketajaman yang luar biasa, saat petir itu melesat dari matanya dan bergerak sejauh lebih dari tiga meter!
Petir berwarna perak itu hanya bertahan sekejap, sebelum tiba - tiba menghilang. Tepat setelah petir perak itu menghilang, sepasang mata hitam gelap itu sekali lagi menjadi tenang.
Segel yang dibentuk tangan Xiao Yan mengendur dan dadanya kembang kempis, saat ia mendongak sedikit dan memandang cahaya matahari hangat yang terpancar dari langit. Akhirnya, udara kusut bergerak di sepanjang tenggorokannya, sebelum dihembuskan keluar. Setelah udara kusut ini keluar, wajah Xiao Yan seketika semakin berseri. Di bawah sinar matahari, wajahnya tampak seperti giok yang sangat menarik bagi orang lain.
Tubuh Xiao Yan sedikit gemetaran. Tubuhnya yang sedang duduk bersila, berdiri seperti pegas. Ia memilin tubuhnya dan suara retakan tulang terdengar di antara tulangnya membuat senyum yang terangkat di sudut mulutnya melebar.
Xiao Yan perlahan menjulurkan telapak tangannya. Jarinya mengusap dengan lembut. Seketika, seutas petir perak sangat samar, yang mendesis, muncul dari jarinya.
"Apakah aku telah berhasil memurnikannya?" Xiao Yan menatap ular petir kecil itu, saat kegembiraan terpampang di antara alis matanya. Pemurnian kekuatan petir - angin ini tidak sesulit, maupun seberbahaya yang ia bayangkan. Apakah para murid hebat 'Paviliun Petir Angin' itu menghentikan kemajuan mereka pada tahap ini?
"Apakah kau benar - benar berpikir, bahwa semua orang punya 'Api Surgawi' untuk membantu menekan kekuatan petir - angin?" Suara tajam Yao Lao mendadak berbunyi di dalam hati Xiao Yan. Kekuatan petir - angin itu sangatlah besar. Bagaimana bisa sebuah Dou Qi biasa menekannya? Jika Xiao Yan tak memiliki 'Api Ini Teratai Hijau', sudah pasti hal itu hanyalah ocehan seorang idiot, jika ia bilang ingin memurnikan kekuatan petir - angin dengan semudah ini.
Xiao Yan tersenyum canggung, ketika mendengar teguran Yao Lao. Ia membubarkan gumpalan energi dari ujung jarinya, saat ia mengusap kepalanya dan berkata, "Guru, karena aku telah memurnikan kekuatan petir - angin, aku rasa, aku seharusnya mampu melatih 'Gerakan Tiga Ribu Petir', kan?"
"Tentu saja."
Kegirangan sekali lagi muncul di wajah Xiao Yan, ketika ia mendengar hal ini dan ia menundukkan kepalanya untuk mengambil gulungan berwarna perak di atas batu, namun kemudian, ia terkejut. Saat ini, gulungan itu telah menjadi hitam. Jangankan lukisan di dalamnya, empat kata 'Gerakan Tiga Ribu Petir' di permukaan gulungan itu telah menghilang.
"Ke mana perginya?" Xiao Yan bergegas bertanya, saat raut mukanya berubah sedikit, ketika ia menatap gulungan yang benar - benar kosong itu.
"Sudah masuk ke kepalamu. Bagaimana bisa masih berada di gulungan? Tetap tenanglah dan ingat lagi gambar - gambar kemarin malam. Hal itu adalah kunci dari melatih 'Gerakan Tiga Ribu Petir'. Kini, setelah kau memiliki kekuatan petir - angin, melatihnya akan menjadi semudah seperti air mengalir turun ke selokan. Selama kau berlatih dengan keras dan memiliki bakat yang cukup, kau akan bisa masuk ke tingkat penguasaan penuh, cepat atau lambat." Yao Lao menjelaskan.
Baru setelah diingatkan oleh Yao Lao, Xiao Yan mendadak memahaminya dan ia tertawa kecut. Tampaknya, ia telah menjadi lebih bodoh setelah berlatih di dalam badai semalaman.
Xiao Yan menghirup udara pagi yang segar. Ia mengangkat wajahnya untuk melihat lautan hijau yang membentuk hutan yang luas ini. Setelah guyuran hujan deras semalaman, hutan ini tampaknya membuat orang merasa benar - benar terlahir kembali. Mata Xiao Yan menyapu ke arah hutan itu dan hatinya yang agak bergejolak, juga berangsur - angsur menjadi damai.
Setelah kedamaian menjalar di benaknya, mata Xiao Yan sekali lagi dengan lembut tertutup. Akan tetapi, kali ini, kegelapan tidak tampak, setelah ia menutupnya. Alih - alih, ia seperti telah memasuki sebuah ruangan yang seluruhnya berwarna perak. Di depannya, banyak sosok manusia yang berkedip - kedip dengan sikap aneh, yang dengan cepat muncul. Meskipun kilatan gambar itu sangat cepat, gambar - gambar itu dengan cepat tertanam di hati Xiao Yan setiap mereka mengkilat. Gambar - gambar itu tidak lagi memberikan perasaan memabukkan, dimana ia berpikir, bahwa ia akan lupa, saat ia berhenti memandangnya.
Mata Xiao Yan menatap gambar - gambar sosok manusia yang mengkilat itu dan menyadari, bahwa benang - benang cahaya perak sedang dipancarkan dari bawah kaki mereka. Cahaya ini seperti sebuah jalur yang membuat langkah mereka menjadi semakin cepat.
"Merubah tubuh seseorang menjadi petir, menggunakan hatinya untuk mengendalikannya!"
Setelah Xiao Yan dengan kuat mengingat gambar terakhir, gambar - gambar di depannya mendadak menggumpal dengan cepat. Hal itu menggumpal menjadi delapan kata - kata kuno yang berpijar dan mengkilat.
Mata Xiao Yan terfokus kuat pada delapan kata - kata besar perak di depannya. Setelah beberapa saat yang cukup lama, Xiao Yan tampak telah memahaminya. Saat hatinya tergerak, benang kekuatan petir - angin yang dimurnikan, mulai merembes keluar dari tubuhnya. Akhirnya, benang itu membentuk benang - benang petir yang membungkus permukaan tubuhnya. Ketika cahaya itu muncul, hal itu akhirnya secara otomatis mulai menggelora turun. Hanya dalam sekejap, hal itu menggumpal menjadi sebuah gumpalan cahaya perak yang benar - benar membungkus tubuh Xiao Yan.
Xiao Yan menunduk dan memandang cahaya perak yang benar - benar menutupi kakinya. Saat itu, kakinya membawa benang - benang aneh saat diangkat perlahan. Akhirnya, gerakan kakinya membentuk gaya yang benar - benar sama seperti gambar tadi.
Gaya itu dipertahankan dalam sekejap, sebelum kaki Xiao Yan dengan lembut mendarat. Setelah mendaratnya kakinya, ia tiba - tiba merasa pusing dan ruang berwarna perak itu juga mendadak pecah. Ketika pandangannya berkeliaran di sekitarnya, ia agak takjub, saat mendapati tubuhnya sedang berada di udara di sekitar puncak gunung. Langkah lembut yang ia ambil tadi, ternyata membuatnya melesat dari puncak gunung hingga ke angkasa.
Xiao Yan sedikit menundukkan kepalanya. Ia memandang jurang dalam tanpa berdasar di bawah puncak gunung dan wajahnya mendadak memucat. Seketika, ia memalingkan kepalanya, merasa agak terkejut, tetapi, ia tidak melihat Sayap Awan Ungu terbentang dari punggungnya. Di udara ini, cahaya perak yang mengkilat di bawah kakinya tampak telah kehabisan energi. Setelah bergetar untuk sesaat, cahaya itu tiba - tiba menghilang. Tubuhnya juga terjatuh ke arah jurang dalam itu, pada saat ini juga, seperti seekor burung yang sayapnya patah…
"Ah… toloooong!"
Ratapan menyedihkan mendadak terdengar di sela - sela pagi yang riang, jauh di dalam pegunungan.