Bagaimana Lagi, Aku Tidak Mencintaimu (1)
Bagaimana Lagi, Aku Tidak Mencintaimu (1)
Istrinya tiba-tiba mengambil inisiatif untuk bertemu dan membahas perceraian secara pribadi. Begitu ini terjadi, Tang Ye benar-benar tidak dapat memercayainya. Padahal, ia telah kalah dalam gugatan sebelumnya, tetapi dalam sekejap mata, istrinya justru lebih dulu mengambil sikap untuk mengajukan perceraian.
Tentu tanpa ragu-ragu, Tang Ye langsung bernegosiasi untuk bertemu.
Bahkan ia memangkas waktu rapat perusahaan hanya demi bertemu dengan istrinya sore itu di sebuah kedai teh.
Tepat setelah pelayan membuka pintu, ia melihat penampilan istrinya yang tampak sangat berbeda dari sebelumnya. Dulu, tiap kali mereka bertemu, wanita itu akan berteriak pada Tang Ye dan merasa tidak puas dengan dirinya sebagai seorang suami. Sekarang, semua tampak berbeda. Untuk pertama kalinya, Tang Ye melihatnya menangis.
Bahkan sosoknya yang tidak memiliki keunikan semakin terlihat biasa saja. Padahal selama ini, ia hanya tahu untuk mendandani dirinya dengan merek-merek besar. Tapi hari ini, tampilannya begitu polos dan ia tidak bisa mengendalikan tangisnya.
Di belakangnya berdiri seorang pria seperti asisten, memegang tas kerja dan sesuatu yang terbungkus amplop cokelat.
"Kenapa, kamu berinisiatif ingin bercerai?" tanya Tang Ye tanpa ekspresi sembari ia duduk dengan malas.
Sementara wanita itu sibuk memegang saputangan untuk menyeka air matanya, kemudian ia terlihat mengangkat pandangannya dan bertanya dengan getir, "... Tang Ye... aku sangat mencintaimu. Aku menyukaimu pada pandangan pertama. Aku juga bersedia melakukan apa saja untukmu… tapi kenapa kamu tidak bisa melihat ke arahku sedikit pun..."
Sungguh, untuk pertama kalinya Tang Ye melihat istrinya seperti ini.
Tapi sayangnya, meski sosok di depannya penuh dengan air mata berlinang dan tampak begitu menyedihkan, hatinya bahkan masih tidak bisa membangkitkan gelombang kecil sama sekali.
Bagaimanapun, perasaan memang tidak bisa dipaksakan.
Orang bodoh pun tahu akan kenyataan itu.
Kemudian sembari menangis, wanita itu mengeluarkan isi dari amplop coklat yang sebelumnya dipegang oleh asisten di belakangnya, lalu menuangkan semua isinya ke atas meja. Di sana, tersebar foto-foto Tang Ye yang berkeliaran di sekitar klub malam dan bermain dengan wanita yang berbeda.
Saat melihat foto-foto itu, istri Tang Ye hampir menangis lagi.
Namun, Tang Ye hanya melirik samar dan berkata, "Kamu masih ingat apa yang aku katakan padamu ketika aku setuju untuk menikahimu?"
Wanita yang duduk di seberang Tang Ye perlahan menghentikan tangisnya begitu mendengar pertanyaan yang terlontar.
"Sebelum menikah, aku sudah memberitahumu bahwa ada wanita yang aku cintai dan aku tidak akan pernah bisa menyukaimu. Pernikahan kita hanya kesepakatan. Jika kamu masih mau mempertahankan pernikahan, silakan. Aku tidak peduli lagi." jelas Tang Ye dengan perlahan.
Begitu kata-kata ini keluar, wanita di seberangnya tidak lagi bisa membendung air matanya, "Tapi aku pikir setelah sekian lama dan kita memiliki anak, kamu akan selalu kembali ke keluarga ketika kamu telah menjadi seorang ayah. Cepat atau lambat, kamu juga pasti akan membalas perasaanku..."
Entah kenapa, saat Tang Ye diam-diam menyaksikan wanita itu menangis, ia benar-benar tidak merasa sedih sama sekali.
Justru perasaan lega yang menyelimutinya.
Apakah ia berdarah dingin?
Mungkin.
Yang pasti, wanita di hadapan Tang Ye kini tidak pernah tahu apa dampak dari pernikahan yang tidak bahagia.
Beban macam apa yang disebabkan oleh cintanya pada Tang Ye? Padahal ia tahu Tang Ye tidak menyukainya, tetapi setiap kali mereka berhubungan badan, ia tidak pernah merasa apakah Tang Ye menikmatinya atau bahkan sekadar menginginkannya.
Dan karena mengetahui bahwa Tang Ye tidak pernah menyukainya, ia mengawasi segala sesuatu tentangnya setiap hari, berteriak marah setiap kali di rumah, dan bahkan membuat masalah di perusahaan. Ia juga seringkali dengan kejam memarahi seorang sekretaris wanita yang begitu kompeten dan dipekerjakan Tang Ye dengan gaji tinggi. Sungguh, wanita itu telah mengacaukan hidup dan pekerjaan Tang Ye yang telah ia bangun selama ini.
Kini, hanya Tuhan yang tahu betapa menyesalnya ia.
Kemudian, asisten yang ada di belakang wanita itu mengambil berkas perceraian dan meletakkannya di atas meja. Tanpa ragu, Tang Ye segera membaca keseluruhan informasi di dalamnya——