Halo Suamiku!

Bertemu Teman Lama yang Seperti Mimpi (2)



Bertemu Teman Lama yang Seperti Mimpi (2)

1Su Li, yang berada di garis terdepan mode, memang selalu berdandan sesuai karakternya. Tak lupa, ia juga melakukan hal yang sama pada putranya yang tampan. Dari awal, Xiaobai memang sudah terlihat tampan, tapi setelah didandani oleh Su Li, ia terlihat semakin menarik perhatian.     

Sembari berjalan menuju ke pintu villa, Su Li kembali menggendong Xiaobai untuk bertanya pada putranya, "Nak, kamu belum memberitahu Ibu apakah kamu menyukai adik perempuanmu atau tidak."     

Cinta mereka saat ini masih begitu murni sehingga perasaan itu hanya berasal dari hal-hal yang indah.     

Namun, ketika Xiaobai mendengar pertanyaan ibunya, ekspresi di wajahnya tampak berubah. Bahkan, wajahnya yang kecil sedikit menyiratkan semburat merah. Sampai akhirnya, ia melingkarkan tangannya di leher Su Li, lalu menggosok wajah kecilnya, dan kemudian berbalik ke suatu arah. Baru setelahnya ia dengan lembut membuka suara dengan lembut, "Suka."     

Sontak, Su Li menyunggingkan sudut bibirnya dan merasa senang. Perasaan manis yang tiba-tiba menyergapnya seolah ia-lah yang sedang jatuh cinta.     

Saat itu, Su Li ingin menanyakan sesuatu lagi padanya, tapi Xiaobai seketika tampak malu dan tidak mau ditanyai lagi oleh ibunya. Tanpa ragu, ia menendangkan kakinya dua kali dan ingin turun. Su Li pun tanpa enggan menurunkannya, tetapi tidak disangka, sosok kecil itu berlari sangat cepat di atas salju.     

"Nak, pelan-pelan, nanti jatuh—-!"     

Mau tak mau, Su Li bergegas mengejar sembari berteriak.     

Alhasil, ketika si kecil menaiki tangga, terlihat sosok kecilnya akan tergelincir karena tangganya yang sangat basah dan licin. Hati Su Li sontak menegang dan ia dengan cepat melompat.     

Dan di luar dugaan Su Li.     

Seorang pria telah satu langkah lebih cepat darinya. Pintu di depan anak tangga tiba-tiba dibuka, dan seorang pria dengan cepat meraih kerah Xiaobai untuk mencegah kepala kecilnya terbentur anak tangga.     

Namun, di saat yang bersamaan Su Li pun juga segera menangkap putranya. Jadi mereka semua kini berhasil membawa Xiaobai keluar dari bahaya.     

Tepat di detik setelahnya, Su Li menarik napas panjang untuk menenangkan diri, sebelum akhirnya ia mengangkat kepala untuk mengucapkan terima kasih. Namun, ketika ia melihat penampilan sosok di depannya, ucapan terima kasih di tenggorokan Su Li tiba-tiba tercekat.     

Dan matanya sontak melebar saat sosok itu juga menatapnya.     

Keterkejutan di matanya pun juga tidak bisa disembunyikan.     

Bahkan sentuhan kerumitan yang melintas cepat membuatnya tidak punya waktu untuk memikirkannya.     

Begitu pun dengan Tang Ye yang tidak menyangka akan bertemu Su Li di sini.     

Saat Rong Zhan menggelar pesta pernikahan, ia sedang ada di luar negeri.     

Namun, bukan karena ia tidak ingin kembali, tetapi memang ia tidak bisa kembali hari itu.     

Karena ia tahu... pasti akan ada satu wanita yang membuatnya tidak bisa muncul di depannya.     

Karena alasan itulah ia baru kembali saat ini untuk bertemu Rong Zhan dan mengirim doa sebagai sahabat. Bagaimanapun, persahabatan mereka telah terjalin selama bertahun-tahun.     

Tapi sangat tidak disangka... hidup begitu dramatis hingga ia tidak bisa melarikan diri.     

Padahal ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk "menyembunyikan diri".     

Harus diakui, ia sangat takut jika kemunculannya akan merusak suasana hati Su Li.     

Bahkan meski semuanya sudah berlalu sekian lama.     

Dan benar saja, begitu Su Li melihatnya, sorot matanya tiba-tiba berubah, tampak menggelap seketika, dan napas yang menguar dari tubuhnya menjadi kental.     

Setelah beberapa saat, Tang Ye baru bereaksi dengan melonggarkan jeratannya di pakaian Xiaobai dan kemudian menegakkan tubuh.     

Kini, kepalanya berdengung dalam kekacauan. Bahkan, ia tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan.     

Namun, tiba-tiba, suara kekanak-kanakan menyela pikiran Tang Ye yang carut marut, "Terima kasih, Paman."     

Saat itu, Xiaobai meraih tangan ibunya sambil berdiri di sana menatapnya.     

Dan setelah kalimat itu terlontar.     

Tubuh Tang Ye seketika bergetar.     

Sebuah serangan balik seolah menyentakkan kembali kesadarannya.     

Itu, itu…?     

Perlahan, ia menundukkan kepala untuk menatap anak di sebelah kiri Su Li. Bocah itu masih kecil, kira-kira berumur dua tahun. Melihat pakaiannya, ia bisa menilai jika bocah itu memiliki penampilan yang menawan, fitur wajah yang tegas dan tampan, juga mata yang indah.     

Melihat anak itu, hati Tang Ye yang sudah mulai beriak tampak semakin bergejolak dengan ganas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.