Kisah Cinta Manis di Hari Natal (4)
Kisah Cinta Manis di Hari Natal (4)
Terlebih lagi, keduanya pasti tidak bisa menghadapi apa yang sebenarnya terjadi, seperti jika nantinya An Xiaoyang hamil di luar nikah secara tidak sengaja.
Mau tak mau, An Xiaoyang memikirkan kembali beberapa kali keduanya saling bersentuhan cukup intim... dan seketika wajahnya merah, kelopak matanya terkulai, dan ia mengepalkan tangan kecilnya cukup erat.
Apa yang Kak Sang Xia ucapkan benar. Ia tidak boleh terlalu terbiasa seperti itu dengan Sang No.
Sementara di sisi lain.
Segera setelah Sang Xia dan An Xiaoyang pergi, Rong Zhan sudah bersiap ingin menendang Sang No dan langsung bertanya, "Kamu sudah melakukannya?"
Terlihat Sang No menghindar dengan cepat. Kini, pemuda tampan itu tampak memerah dan segera menjawab, "Belum!"
Lagi-lagi, Rong Zhan ingin menendangnya sembari menyipitkan mata, "Benar-benar belum?!"
"Benar-benar belum!" jawab Sang No seraya ia berusaha menghindar dari serangan kayak iparnya.
Namun, tendangan Rong Zhan kali ini tepat sasaran, "Wah, benar-benar tidak berharga."
Sang No membelalakkan matanya, "???"
Apa karena ia belum melakukannya yang membuat kakak ipar menendangnya?
**
Saat itu, Sang Xia telah menyiapkan agar masing-masing dari mereka bisa beristirahat. Setelahnya, ia kembali bersama Rong Zhan ke kamar pengantin yang sudah disiapkan khusus. Namun sebelum mereka benar-benar mengistirahatkan diri, keduanya harus membujuk anak-anaknya setelah menggantikan popok.
Ini adalah malam pernikahan mereka dalam arti sebenarnya.
Meskipun biasanya mereka sudah menghabiskan waktu seperti ini, tapi hari ini tetap berbeda. Saat itu, Rong Zhan ingin membawa dua anaknya yang tertidur ke kamar anak-anak sendiri, tetapi begitu Sang Xia melihatnya, ia menolak dengan keras.
"Tinggalkan saja mereka di sini." Mata Sang Xia kini penuh dengan sorot kasih dan kelembutan seorang ibu.
Dulu sekali, Sang Xia tentu tidak akan berpikir akan memiliki anak-anaknya di saat seperti ini.
Bahkan ia pikir memiliki anak-anak itu sangat mengerikan. Ia rasa mereka akan menguasai seluruh waktu orang dewasa. Mereka hanya akan membuat kebisingan dan menangis setiap saat. Sedangkan sebagai seorang ibu, ia akan memasak, mencuci, dan mendidik mereka, juga ia akan menjadi wanita berwajah kuning yang tidak berbentuk.
Kala saat itu, ia pikir tidak mungkin baginya untuk memiliki anak.
Namun, sekarang Sang Xia baru mengerti.
Padahal, anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada dirinya. Anak-anak memang sangat polos, cantik, pintar, sekaligus menggemaskan. Yang paling penting adalah bahwa mereka adalah anak-anak dari pria yang dicintainya, dan anak-anak yang lahir untuknya.
Dengan begitu, ia merasa hebat dan bahagia.
Tapi alasan utama dari semua ini tetap karena pria yang ia cintai.
Sebagai seorang istri atau bahkan seorang ibu, ia seringkali tidak cukup baik, apalagi suami. Karena jika seorang wanita memiliki kehidupan yang buruk, lelah membesarkan anak, menjalani kehidupan yang sibuk, dan menjadi wanita yang tidak terawat, maka semua ini berasal dari suami yang tidak kompeten.
Pria seperti itu akan membuat wanitanya hidup seperti pengasuh.
Sementara di hidup Sang Xia, meski Rong Zhan sering mengeluh, tapi ia masih tetap berkompromi.
Karena—-
Tepat ketika Sang Xia bangkit untuk mengganti piyamanya di depan lemari pakaian, Rong Zhan segera bangkit dan mendorongnya ke depan. Kemudian, ia langsung menggerakkan tangan dan bibirnya yang panas ke dalam desahan beratnya.
Fakta telah membuktikan bahwa tidak harus berada di tempat tidur untuk menikmati malam pertama pernikahan
Sama sekali tidak.
Biarkan semua itu seperti air mengalir dan awan yang mengambang perlahan.
Apalagi, setelah Sang Xia semakin menggeliatkan tubuhnya. Gairah di antara keduanya semakin tak terkendali.
Dan di kamar lain, seorang An Xiaoyang sedang tidur di tengah malam itu. Tiba-tiba, ia merasakan angin sejuk menerpa, yang membuat ia membuka matanya samar-samar. Sontak, ia melihat sesosok muncul di jendela dan melompat di detik berikutnya.