Halo Suamiku!

Berbagi Tempat Tidur (1)



Berbagi Tempat Tidur (1)

0Tapi tidak bisa.     

Sekarang ia tidak memiliki alasan untuk bisa melakukannya. Yang ada justru nantinya ia akan membuat An Xiaoyang merasa ketakutan.     

Jadi saat di depannya kini, ia harus meminimalisir sikap dan tindakannya.     

Karena akan sangat mudah untuk ketahuan jika ia terlalu banyak melakukan pergerakan.     

Bagaimanapun, ia harus melakukan semua ini secara sembunyi-sembunyi dan tidak boleh memberitahu siapa pun kecuali kakak iparnya.     

Terutama gadis kecil ini. Kalau tidak, An Xioayang pasti tidak akan merasa nyaman.     

Tepat ketika An Xioayang hendak memasuki apartemen, Sang No dengan cepat melompat dari jendela lantai dua melalui pohon di belakang apartemen dan langsung memasuki kamar tidurnya.     

Sesaat setelah berhasil masuk, ia dengan cepat berganti pakaian dan tidak sabar untuk membuka pintu.     

Tapi kemudian, ia baru menyadari tangannya yang tergores ketika melepas sarung tangan yang ia kenakan. Tampaknya, itu tidak sengaja tergores di pohon ketika ia melompat keluar dari jendela, dan ranting itu menusuk telapak tangan hingga menembus ke dalam.     

"Sial!"     

Seketika Sang No mengutuk, lalu menutup pintu lagi, bergegas ke kamar mandi, mengeluarkan alkohol yang dibeli An Xioayang beberapa saat lalu, kemudian mencucinya beberapa kali. Untungnya, luka itu tidak dalam dan tidak banyak mengeluarkan darah setelah dibersihkan dengan alkohol.     

Kasa atau yang lainnya tidak bisa digunakan saat ini karena akan terlihat terlalu mencolok.     

Kali ini, Sang No berganti pakaian dengan sweater hitam berlengan panjang. Tentu alasan mengapa ia mengenakan lengan panjang adalah agar bisa menutupi setengah telapak tangannya yang terluka. Kemudian, ia segera beranjak keluar.     

Dan di saat yang sama, An Xioayang baru saja tiba.     

Setelah mencuci kaki dan mengganti sandalnya, ia bergegas naik ke atas seperti kura-kura kecil sembari menutupi perutnya dengan satu tangan, sedikit membungkukkan tubuh kecilnya, lalu tampak dengan lembut menggigit bibir putihnya dan melangkah sedikit demi sedikit.     

Tepat ketika An Xiaoyang mendengar gerakan pintu milik Sang No terbuka, ia tertegun sejenak dan langsung mendongak.     

Ia bangun?     

Sementara itu, begitu Sang No keluar dan menatap penampilan An Xioayang yang baru saja kembali dari luar, ia segera membuka suara, "Apa yang telah kamu lakukan? Kenapa kamu tidak datang padaku dan menungguku pergi bersamamu."     

Padahal Sang No pasti sangatlah tahu alasannya, baik yang pertama maupun yang terakhir.     

Tapi ia tetap harus bertanya.     

Di tempatnya, An Xiaoyang bersandar di dinding dengan wajah pucat, tetapi senyum tipis terlihat muncul di bibirnya yang terlalu dibuat-buat, "Aku hanya keluar untuk membeli sesuatu. Tidak masalah. Sebenarnya aku sudah mencarimu, tapi sepertinya kamu sedang tidur..."     

Saat itu juga Sang No merasa sangat bersalah.     

Ia-lah yang telah mengurung An Xiaoyang dalam bayangannya sendiri. Dan sekarang, ia masih bersikap kejam pada gadis kecil ini. Sungguh, sudah terlambat baginya untuk merasa menyesal atau semacamnya.     

"Maaf, aku tidak mendengarnya. Tapi di lain waktu terjadi hal yang sama, tunggu aku. DIbandingkan tidur, lebih baik untuk menemanimu keluar. Apalagi jika sesuatu terjadi padamu, aku akan merasa bersalah dan menyesal setengah mati." Ucap Sang No dengan serius.     

"Oke." Sahut An Xioayang sembari mengangguk pelan. Bahkan kini, tubuhnya masih disandarkan dengan lemah di dinding tangga.     

Suaran yang keluar dari mulutnya juga terdengar sangat tak berdaya.     

Sebenarnya, ia sangat ingin naik ke atas, tetapi Sang No menghalangi jalannya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dilakukan atau dikatakan oleh pemuda itu.     

Alhasil, ia naik setengah langkah kecil dari tangga seraya melihat Sang No yang menghalangi di depannya.     

"Bukankah… itu sangat menyakitkan?" tanya Sang No sembari menahan napas.     

Begitu pertanyaan itu terlontar, An Xiaoyang sontak terperanjat.     

Kemudian ia menurunkan kelopak matanya sedikit dan wajahnya tampak bersemu merah.     

Sepertinya ia tidak menyangka bahwa indera Sang No begitu kuat hingga bisa melihat jika dirinya sedang datang bulan.     

Namun, An Xioayang hanya mengerutkan bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba, Sang No yang ada di depan membungkuk dan berkata, "Pegang leherku."     

Tepat di detik setelah ia berseru, tubuh kecil An Xiaoyang langsung diangkat olehnya, meringkuk di lengannya, dan dengan cepat dibawa ke atas oleh Sang No.     

Sementara An Xiaoyang memeluk lehernya erat-erat dan menggantungkan hidupnya pada Sang No saat ini.     

Ia telah mempercayakan segalanya pada pemuda ini.     

Harus diakui, pemuda ini terkadang hangat tapi juga energik, terkadang seperti anak kecil, tapi juga memiliki sisi kedewasaan, terkadang memberontak, terlihat kesepian, dingin, bahkan terkadang juga sangat lembut dan penuh perhatian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.