Kehancuran Brutal!
Kehancuran Brutal!
Perang kusut ini membutuhkan pengendalian api tingkat tinggi. Jika apinya terlalu besar maka dia akan menjadi sasaran banyak orang. Dan jika apinya terlalu kecil, serangannya tidak akan cukup.
Pada saat bersamaan, seseorang harus bisa mengendalikan api untuk bisa mengelak. Bisa dibilang ini adalah pekerjaan multi. Bagi para tabib, ini merupakan cara yang bagus untuk menguji pengendalian api.
Akan tetapi, Song Qiyang justru mengamuk. Apinya berubah menjadi naga raksasa. Selain orang-orangnya, dia akan membunuh api siapa saja yang dia lihat. Tidak ada yang bisa bertahan begitu bertemu dengan apinya.
Ini memang pertarungan para murid namun pada saat bersamaan ini juga pertarungan para tetua. Semakin banyak musuh yang dia bisa habisi maka akan semakin banyak tempat yang bisa dimenangkan.
Peringkat kompetisi api ini didasarkan atas berapa banyak api lawan yang bisa dihanguskan. Yang terakhir bisa bertahan maka akan menempati tempat pertama.
Jadi, selama seseorang berada di urutan ke 100 ketika disingkirkan maka bisa dipastikan kalau mereka akan maju ke babak selanjutnya.
Kali ini, terlihat semua jenis api dewa di medan perang saling saling silang. Situasi pertarungannya sangat tragis.
Meski begitu, begitu mereka melihat api milik Song Qiyang, mereka akan langsung menghindarinya.
Dalam waktu sekejap, Song Qiyang bisa membunuh lebih dari sepuluh api lawan, dia seolah berada di alam alam Tiada ego.
Kemampuannya mengendalikan api memang menonjol dibandingkan yang lainnya. Begitu ada orang ahli yang melihat penampilan Song Qiyang ini, mereka akan tahu kalau dia memang menonjol.
Tetua Utama mengelus janggutnya dan bersenyum di kursi tribun. Dia sangat puas dengan penampilan Song Qiyang.
"Tetua Utama, Qiyang itu sungguh menjanjikan! Seni Naga Langit Gelap ini sudah sempurna!" seorang tetua berkata, memuji Song Qiyang.
Rou Xu tersenyum tipis.
"Haha, bocah ini, masih muda! Dia masih 108,000 mil jauhnya dari persyaratanku!"
Si tetua itu tersenyum.
"Tetua Utama adalah guru yang tegas. Tetua membuat murid-murid luar biasa! Meski Seni Naga Langit Gelap Qiyang belum sampai standar kita, di antara para Dewa Tabib Bintang tiga, dia yang paling tinggi! Bahkan tidak ada yang bisa menjadi nomor dua setelahnya!"
Rou Xu tersenyum.
"Benar. Seni pengendali api Qiyang sudah mendekati pelindung Bintang empat. Sulit menemukan orang yang bisa melebihi dirinya di antara murid bintang tiga."
Heh, sekumpulan sampah ini ingin memasuki Menara Pil! Hari ini, aku akan tunjukkan kalau tidak ada murid Tetua Kedua yang bisa masuk!
Song Qiyang mencemooh dalam hati.
Tiba-tiba, tatapan matanya tertuju pada Ning Siyu.
"Heh, aku akan mulai denganmu, gadis! Siapa yang memintamu berjalan terlalu dekat dengan Ye Yuan!"
Ada semburat kesombongan yang melintas di mulut Song Qiyang. Jari-jarinya bergerak sedikit, dan api dewa naga raksasanya melompat ke arah api dewa Ning Siyu.
Api Ning Siyu berbentuk burung feniks kecil yang sangat indah. Di antara bentuk-bentuk ilusi yang sepertinya kuat ini, api Ning Siyu tampak tidak mencolok.
Meksi sebenarnya bentuk apinya adalah burung feniks, bentuknya lebih terlihat seperti burung kecil, tidak agresif sama sekali.
Jika Song Qiyang tidak beraksi melawan Ning Siyu, tidak akan ada orang yang tahu kalau bentu api ini adalah burung feniks. Ning Siyu memiliki bakat yang cukup bagus. Namun usianya terlalu muda. Dia belum matang.
Tidak ada orang yang berpikir kalau dia akan punya kesempatan masuk ke Menara Pil. Hanya orang seperti Song Qiyang yang setengah kakinya sudah melangkah ke tingkatan Dewa Tabib Bintang empat yang masih punya tempat di Menara Pil. Orang-orang ini tidak sekuat Song Qiyang.
"Mn? Song Qiyang menyasar Ning Siyu? Heh, bocah ini keterlaluan!"
"Heh heh, sepertinya Song Qiyang ingin menyingkirkan dan memusnahkan semua orang, dia sama sekali tidak memberi kesempatan pada murid Tetua Kedua."
"Kalau kau ingin menyalahkan orang maka salahkan saja Tetua Ye. Song Qiyang tidak akan berbuat keji kalau bukan karena dia. Sekarang, bagus kan ? dia marah."
...
Setiap apa yang dilakukan Song Qiyang akan menarik perhatian orang. Orang-orang langsung memiliki firasat begitu dia beraksi melawan Ning Siyu.
Semua orang merasa kalau hasil pertarungan antara si naga dan burung kecil ini tidak akan menegangkan.
Para tetua juga memiliki pemikiran yang sama. Para penonton yang sedang makan melon juga tidak memiliki pemikiran yang berbeda begitu juga dengan Song Qiyang.
Akan tetapi, ketika dia api dewa yang berubah wujud ini bersentuhan, semua orang tercengang.
"Huek!"
Si burung feniks kecil itu seperti berlian yang menusuk ke dalam sasarannya, melewati naga raksasa!
Naga raksasa yang terkena serangan tiba-tiba menjadi semakin tidak ketara wujudnya. Kekuatannya juga tidak seganas sebelumnya.
Song Qiyang terkejut, pseni kendali apinya hampir tidak karuan. Naga raksasa gemetar dan menunjukkan tanda-tanda akan ambruk. Song Qiyang pun menjadi ketakutan dan langsung menstabilkan naga raksasanya.
Akan tetapi, ini semua ternyata belum berakhir!
Si burung feniks kecil itu menggambar garis lengkung indah dan kembali lagi dalam waktu sekejap.
"Huek!"
"Huek!"
"Huek!"
Si burung feniks kecil terbang kembali ke sana ke mari, seolah tengah mengebor lubang, membuat bingung si naga besar yang sudah penuh dengan lubang ini.
"Ini...ada apa ini? Kenapa burung feniks kecil si Ning Siyu begitu kuat?"
"Pasti ada yang salah dengan mataku, kan? Aku tidak bisa memahami aspek luar biasa dari burung feniks kecil ini!"
"Sial, semuanya tampak nyata sekarang! Song Qiyang tidak akan tersingkir di babak pertama, kan?"
...
Suara seruan terdengar di mana-mana setelah kekaguman itu menghilang. Dampak visual yang dibawa oleh burung feniks kecil milik Ning Siyu terlalu intens. Burung itu memang makhluk kecil yang luar biasa, tidak ada seorang pun yang menyangka dia akan sekuat ini!
Satu hal yang tak terbantahkan adalah ada kekuatan besar dalam diri makhluk kecil ini! Song Qiyang menjadi bingung, seluruh badannya hampir ambruk.
Kalau terus-terusan seperti ini, dia akan tersingkir di babak pertama!
Tatapan mata Song menjadi tajam. Ada sorot kekejaman di sana. Dia membentuk ajian tangan yang berubah tidak teratur.
Duar!
Naga raksasa ini akhirnya jatuh!
Ning Siyu tertawa sinis. "Ingin lari? Tidak semudah itu!"
Si naga raksasa hancur berkeping-keping, namun api dewa Song Qiyang tidak mati. Bentuknya masih terlihat seperti naga namun bentuknya yang mengecil.
Dengan ilmu seni pengendalian api yang Song Qiyang milik, dia tidak akan begitu mudah tersingkir. Namun sekarang, dia tidak akan mau berhadapan langsung dengan Ning Siyu meski dia dipukul sampai mati!
Dia hanya punya satu pemikiran sekarang, yakni lari!
Kekuatan api dewanya sudah dimatikan oleh Ning Siyu. Sekarang, tinggal sepertiganya saja. Ini saja sudah tidak bisa membantunya berhadapan langsung dengan Ning Siyu.
Dia sangat kaget. Dia tidak paham kenapa seni pengendalian api Ning Siyu tiba-tiba menjadi mengerikan seperti ini. Song Qiyang tidak punya banyak waktu untuk memikirkan masalah ini, ajian pengunci di tangannya begitu cepat, memadatkan api-api yang berserakan sekali lagi untuk bergabung kembali menjadi seekor naga kecil. Naga kecil ini ukurannya dua pertiga lebih kecil dari naga sebelumnya.
"Huek!"
Tepat pada saat ini, burung feniks kecil Ning Siyu menghantam naga kecil itu sekali lagi dengan kecepatan penuh.
Song Qiyang menjadi gila karenanya!
Tidak mungkin, aku harus bertahan! Jika aku tersingkir di babak pertama, Guru pasti akan sangat malu hari ini! Song Qiyang berteriak sekencang mungkin di dalam hatinya.
Api dewa menderita pukulan besar, kekuatannya sudah tinggal setengah dibandingkan sebelumnya. Setelah berkali-kali kalah, api dewa Song Qiyang sudah mencapai titik akan ambruk. Dia mengangkat si naga kecil yang terluka itu dengan membabi buta, ingin menghindar dari kejaran si feniks kecil.
Wush! Wush! Wush!
Beberapa api dewa bergerak cepat ke arah burung feniks kecil. Adik-adik seperguruan Song Qiyang sekarang bereaksi. Semua orang langsung ikut mengejar dan mencegat, melindungi kakak seperguruan mereka. Ada semburat senyum tipis di sudut mulut Ning Siyu. Gerakan ajian pengunci tangannya semakin cepat!
Pembantaian dimulai sekali lagi!