Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Perkataan Cinta yang Paling Indah dan Menyentuh



Perkataan Cinta yang Paling Indah dan Menyentuh

0"Bibi Bai dan Bai Yusheng sebelumnya begitu menyukaimu, mereka pasti sangat ingin kau mengakui mereka. Mianmian, aku tidak akan membantumu menganalisa masalah ini, kau bisa mempertimbangkannya baik-baik sendiri."     

Ini juga merupakan salah satu peristiwa besar dalam kehidupan Qiao Mianmian. Biarkan Qiao Mianmian memutuskannya sendiri.     

Qiao Mianmian masih memasang ekspresi bingung. "Aku … aku juga tidak tahu ..."     

"Kalau begitu pikirkan perlahan, jangan terburu-buru."     

Mo Yesi mengusap-usap kepala Qiao Mianmian lagi dan berkata dengan lembut, "Bagus jika kau bersedia kembali ke rumah keluarga Bai. Jika kau tidak bersedia, itu juga bagus, aku akan selalu menemani di sisimu."     

Qiao Mianmian mengangkat kepalanya dan berhadapan dengan tatapan penuh kelembutan dan kasih sayang Mo Yesi. Qiao Mianmian mengerutkan bibir dan bertanya dengan suara pelan, "Mo Yesi, jika aku kembali ke keluarga Bai, dan menjadi anggota keluarga Bai di masa depan, apakah aku akan mengurangi banyak masalahmu?"     

"Apa?"     

"Jika aku menjadi putri Bibi Bai, maka di masa depan aku adalah putri konglomerat keluarga Bai. Latar belakang keluarga Qiao sangat rendah untuk memanjat keluarga Mo, sedangkan keluarga Mo dan keluarga Bai memiliki latar belakang keluarga yang sama.     

"Nanti, Ibu juga tidak akan merasa kita tidak cocok karena latar belakang keluargaku. Di masa depan, kau juga tidak perlu kesulitan untuk menyenangkan salah satu pihak.     

"Apakah kau berpikir begitu?" Mo Yesi tertegun, dan tangannya yang besar jatuh di rambut Qiao Mianmian. "Ya, jika kau kembali ke keluarga Bai dan menjadi putri keluarga Bai, ibuku pasti tidak akan tidak puas lagi dengan identitasmu. Hal ini memang dapat mengurangi beberapa konflik internal dalam keluarga.     

"Tapi, sayangku ..." Suara pria itu berhenti sejenak, menatap Qiao Mianmian dengan lembut, dan melanjutkan perkataannya, "Aku sama sekali tidak butuh kau melakukan seperti ini untukku. Aku ingin saat kau membuat keputusan, kau hanya cukup mempertimbangkan dirimu sendiri. Kau cukup ingat itu."     

Mo Yesi mengulurkan tangannya untuk meremas dagu Qiao Mianmian, mengangkat kepala Qiao Mianmian, menatapnya dengan mata gelap yang dalam, dan berkata kata demi kata, "Kamu adalah istri Mo Yesi. Sejak mendaftarkan pernikahan, kita akan bersama seumur hidup. Di masa depan, kau akan tinggal bersamaku, bukan dengan keluargaku.     

"Tentu saja sangat baik jika mereka bisa menyukaimu. Tapi jika ada orang yang tidak menyukaimu, juga tidak masalah. Kau ingat, selama suamimu mencintaimu, hal yang lainnya tidak lagi penting."     

Qiao Mianmian tertegun menatap Mo Yesi dam detak jantungnya semakin cepat tak terkendali.     

"Kalau begitu, jika ... jika suatu hari kau tidak mencintaiku lagi."     

"Tidak akan ada hari seperti itu."     

Mata Mo Yesi menjadi serius, seolah Mo Yesi sedang bersumpah, "Hari itu tidak akan pernah datang. Bahkan jika aku mati, jiwaku akan tetap mencintaimu. Qiao Mianmian, kau dapat meragukan banyak hal tentang aku, tetapi satu-satunya hal yang tidak bisa kau ragukan adalah aku mencintaimu."     

Wajah Qiao Mianmian sedikit panas. Saat pria itu berkata 'Aku mencintaimu', jantung Qiao Mianmian berdegup kencang.     

Qiao Mianmian sedang berpikir, ternyata kata-kata cinta yang paling indah dan menyentuh di dunia ini adalah benar-benar 'Aku mencintaimu'.     

*     

Di sisi lain.     

"Bu, masuklah. Kau sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi, untuk apa kau masih berdiri di sana?" Bai Yusheng meletakkan tangannya di bahu Nyonya Bai dan mengajaknya berbalik badan untuk kembali.     

"Yusheng."     

Nyonya Bai berjalan beberapa langkah dan berhenti dengan ekspresi kesedihan dan sedikit kekecewaan di matanya. Nyonya Bai berbalik badan, matanya masih merah dan suaranya masih tercekat. "Menurutmu, apakah Mianmian membenciku? Dia menolak untuk memaafkanku dan menolak mengenaliku sebagai ibu kandungnya."     

"Bu, jangan berpikir terlalu banyak." Bai Yusheng menenangkan Nyonya Bai dengan sabar. "Bukankah Mianmian mengatakan bahwa dia tidak menyalahkanmu?"     

"Dia memang mengatakannya." Nyonya Bai berkata dengan sedih. "Tapi, itu mungkin hanya di mulut saja, karena dia tidak ingin mempermalukan semua orang. Tapi di dalam hatinya masih ada perasaan menyalahkanku. Jika dia tidak menyalahkanku, mengapa dia seketika mengasingkanku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.